Minggu, 15 Maret 2015

Apakah Itu Psikoterapi?

Psikoterapi. Jika teman-teman mendengar kata tersebut pasti teman-teman akan langsung berpikir bahwa kata tersebut ada hubungannya dengan dunia psikologi. Ya, untuk lebih jelasnya saya akan menuturkan sedikit mengenai psikoterapi.

Wolberg (1954) merumuskan bahwa psikoterapi sebagai suatu bentuk perawatan (atau perlakuan, treatmen) terhadap masalah yang timbul yang asalnya dari faktor emosi pada mana seorang yang terlatih, dengan terencana mengadakan hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah sesuatu simtom dan mencegah agar simtom tidak muncul pada seseorang yang terganggu pola perilakunya, untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi secara lebih positif. Wolberg sendiri menggunakan kata "treatment" karena terpengaruh oleh kata "terapi" pada psikoterapi dalam dunia kedokteran yang berarti tindakan pengobatan dalam menyembuhkan pasien.

Sedangkan menurut Kamus Dewan (2002), psikoterapi ialah rawatan sakit jiwa atau gangguan mental dengan menggunakan kaedah psikologi. Tetapi, Branch (1981) beranggapan bahwa psikoterapi adalah proses dimana dua orang berinteraksi atau berusaha untuk mencapai pemahaman antara satu dengan lain bagi mencapai matlamat khusus yang menuju ke arah perkembangan diri. 

Jadi, bisa dikatakan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perawatan terhadap seseorang yang mengalami masalah atau gangguan mental yang terencana dengan mengadakan hubungan yang profesional antara dua orang saling berinteraksi bertujuan untuk memindahkan, mengubah suatu simtom dan mencegah simtom muncul kembali, serta meningkatkan perkembangan pribadi yang lebih positif.

Psikoterapi tentunya memiliki tujuan dalam pemberian perawatan pada pasien. Tujuan-tujuan tersebut antara lain ialah perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi), rehabilitasi yakni memperbaiki gangguan perilaku berat, pemeliharaan yakni pencegahan keadaan memburuk jangka panjang, dan restrukturisasi yakni meningkatkan perubahan yang terus menerus pada pasien. Sedangkan unsur-unsur dari psikoterapi terdiri dari peran sosial dari psikoterapis, hubungan (persekutuan terapeutik), hak, retrospeksi, re-edukasi, rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat), resosialisasi (mensosialisasikan ulang pada pasien), dan rekapitulasi.

Lalu, apakah teman-teman tahu apa perbedaan dari psikoterapi dengan konseling? Perbedaan antara psikoterapi dengan konseling menurut saya pribadi ialah terletak pada psikoterapi secara spesifik diterapkan terhadap penyakit klinis atau mental, dilakukan oleh psikoterapis (terapis umum atau terapis berkualitas), dan dalam psikoterapi terdapat pemberian perawatan / treatment pada pasien yang mengalami gangguan. Jika konseling, dapat dilakukan oleh semua orang (mulai dari pemuka agama sampai konselor profesional), dan cenderung ke arah pemecahan masalah dan tentunya konseling bersifat lebih praktis karena tidak adanya pemberian treatment.

Psikoterapi melakukan berbagai pendekatan terhadap mental illness :
1. Psychoanalysis & Psychodynamic : berfokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Tujuan dari metode ini ialah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Karena setiap gangguan merupakan adanya masalah di alam bawah sadar yang belum terselesaikan, sehingga harus menggali alam bawah sadar pasien untuk menemukan solusinya.
2. Behavior Therapy : berfokus pada hukum pembelajaran. Dimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup,\. Inti dari pendekatan ini ialah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).
3. Cognitive Therapy : terapi ini mempunyai konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Maka dari itu pendekatan ini lebih berfokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Dan pandangan pendekatan ini ialah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Dan tujuan utama pendekatan ini ialah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
4. Humanistic Therapy : pendekatan ini menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia, sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Maka dari itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
5. Integrative/Holistic Therapy :  suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

Bentuk-bentuk utama psikoterapi menurut Wolberg, yaitu :
1. Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy) : perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian), memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi / kepribadian, dan pengembalian pada penyesuaian diri yang seimbang.
2. Penyembuhan Redukatif (Reeducative Therapy) : metode penyembuhan yang mempunyai tujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran / tujuan hidup, dann untuk menghidupkan kembali potensi.
3. Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy) : bertujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk perluasan pertumbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi.




Daftar Pustaka
1.  Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
2. Mohammad Aziz Shah Mohamed Arip, Mohammad Nasir Bistaman, Ahmad Jazimin Jusoh, Syed Sofian Syed Salim, Noor Saper. 2009. Kemahiran Bimbingan & Kaunseling. Kuala Lumpur: PTS Professional Publishing.
3. Paul Morrison & Philip Burnard. 2002. Caring and Communicating Hubungan Interpersonal Dalam Keperawatan. Ed.2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
4. Residen Bagian Psikiatri UCLA. 1997. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.