Jumat, 02 Mei 2014

Gangguan-Gangguan Kepribadian


Gangguan-gangguan kepribadian atau watak  pada hakikatnya harus dibedakan dari gangguan-gangguan mental lain karena gangguan-gangguan ini disebabkan oleh kekurangan pada  struktur kepribadian dan bukan fungsinya.
Disamping itu penting juga diketahui bahwa pada suatu saat kebanyakan di antara kita mungkin memperlihatkan beberapa simtom seperti yang terlihat pada gangguan-gangguan kepribadian. Misalnya, kita mungkin dependen, pasif, egosentrik, tidak emosional atau tidak merasa  bersalah setelah melakukan suatu kesalahan.
Ada tiga faktor yang memisahkan orang-orang uang mengalami gangguan-gangguan itu. Pertama,  orang-orang yang tidak mengalami gangguan-gangguan tesebut akan terus-menerus menggunakan tingkah laku-tingkah laku itu, sedangkan orang-orang yang tidak mengalaminya akan melakuannya hanya kadang-kadang  saja. Kedua, orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan kepribadian akan memperihatkan perilaku yang ekstrem.  Misalnya, ada perbedaan antara sifat yang suka akan keteraturan dan kompulsif.  Ketiga, orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan kepribadian itu menderita masalah-masalah  yang berat dan berlangsung lama.
Dalam bab ini  dikemukakan tiga kelompok utama gangguan kepribadian,  yakni gangguan pola kepribadian, gangguan  sifat kepribadian, dan gangguan kepribadian sosiopatik. Ciri-ciri utama dari kelompok gangguan kepribadian sosiopatik adalah tingkah laku yang menentang tuntutan-tuntutan masyarakat atau sekurang-kurangnya tidak mau menuruti tunutan-tuntutan tersebut. Kepribadian-kepribadian sosiopatik diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: gangguan kepribadian antisocial, gangguan-gangguan seksual, ketergantungan dan penyalagunaan zat, dan akan dibahas dengan judul tersendiri.
Perlu juga diketahui bahwa: (1) kebanyakan individu yang menderita gangguan-gangguan kepribadin tidak cukup sakit  untuk dirawat di rumuah sakit, dan walaupun tetap dirawat, tetapi hanya dirawat sebagai pasien liar; (2) banyak diantara orang-orang tersebut tidak menganggap diri mereka sakit, dengan demikia mereka tidak mencari perawatan; (3) sejumlah besar individu tersebut dikurung sebagai narapidana, oleh karena itu pada statistik mereka digabung sebagai penghuni lembaga-lembaga penjara.

GANGGUAN-GANGGUAN POLA KEPRIBADIAN
Kelompok ini meliputi tipe-tipe utama kepribadian dimana ketidakmampuan menyesuaikan diri terungkap  dalam pola tingkah laku  abnormal sepanjang hidup. Gangguan tesebut, meskipun tidak psikotok, terdapat pada kepribadian-kepribadian yang sering digambarkan sebagai “prapsikotik”. Meskipun orang-orang semacam itu lebih mirip dengan pasien psikotik daripada pasien neurotik, namun mereka mungkin memperlihatkan beberapa ciri tertentu dari keduanya dan sebenarnya pada batas kemampuan menyesuaikann diri. Tipe-tipe gangguan pola kepribadian yang terpenting adalah gangguan kepribadian paranoid, gangguan schizoid, gangguankepribadian skizotipal, dam gangguan perbatasan.
Gangguan Kepribadian Paranoid
Kepekaan tajam dalam hubungan-hubungan antarpribadi yang disertai dengan kecenderungan untuk memproyeksikan perasaan-perasaan curiga, cemburu yag ekstrem, dan iri hati dalam hubungan-hubungan itu merupakan ciri yang sangat khas dari pada paranoid.
Karena orang yang menderita gangguan ini beranggapan bahwa ancama-ancaman dari orang-orang yang berada disekitarnya, maka ia akan menjadi cemas, tidak ramah, tanpa humor, dan suka berdebat dan ia sering “membesar-besarkan masalah-masalah yang kecil”. Tidak adanya kepercayaan terhadap orang-orang lain dan tingkah lakunya yang protektif mungkin akan merusak hubungan-hubungan antarpribadi dan performansi dirinya di bidang pekerjaan. Tetapi,  orang yang mengalami gangguan ini sering bekerja dengan sangat keras (ia bepikir bahwa ia harus mendahului orang-orang lain).
Orang yang paranoid sering cepat marah, susah diajak bergaul,dan bereaksi terhadap frustasi gerakan “balas dendam”. Ia termasuk dalam kelompok pengagum yang rajin, pendukung setiap usaha atau peradapan yang menimbulkan sensasi dan perbaharuan. Gangguan kepribadian paranoid berbeda dengan gangguan delusional memiliki delusi-delusi yang sudah terbentuk sedangkann individu yang menderita gagguna kepibadian paranoid hanya memilliki kecurigan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain secara samar-samar. Gangguan ini didiagnosis lebih umum  terdapat pad pria dan tidak jelas apa yang menyebabkannya.
Gangguan Kepribadian Skizoid
Simtom utama gangguan kepribadian schizoid ialah tidak tertarik  pada orang-orang lain atau hubungan-hubungan social. Orang yang menderita gangguan kepribadian schizoid tidak hanya tidak bergaul dengan orang lain, tetapi ia juga jarang memberikan respon terhadap orang-orang lain. Misalnya, ia acuh tak acuh terhadap ujian atau kritik dari orang-orang lain, dan ia jarang membrikannkan isyrat timbal-balik seperti  senyuman atau anggukan. Orang yang mengalami gangguan kepribadian skizoid adalah orang yang menyendiri, tidak mampu memasuki hubungan-hubungan antarpribadi yang hangat.
Orang yang mengalami gangguan kepribadian skizoid juga memperlihatkan emosi yang sedikit, dan dengan demikian mereka kelihatannya menjauhkan diri, tanpa humor, dan emosi yang tumpul. Pola ketidakramahan kepribadian skizoid terlihat pada sejarah awal kehidupannya, dan biasanya dibarengi oleh ketakutan, menghindari persaingan, dan tidak emosional. Semasa kanak-kanak, orang itu biasanya sangat penurut, sangat pemalu, dan suka menyendiri serta sangat sensitif. Sifat-sifat ini menjadi sangat jelas pada permulaan masa remaja, lebih-lebih sifat menyendiri dan ekstrofet.
Gangguan Kepribadian Skizotipal
Individu yang mengalami “gangguan kepribadian Skizotipal”  (schizotypal personality disorder)  memiliki ciri khas skizofrenia jauhh lebih banyak dibandingkan dengan orangyang mengalami gangguan schizoid, tetapi simtom-simtomnya tidak begitu berat untuk membenarkan diagnosis skizofrenia. Orang memiliki gangguan ini memiki kepercayaan-kepercayaan yang aneh (misalnya ia mungkin berpikir bahwa ia ahli nujum atau memiliki telepati jiwa), secara social aneh dan terisolasi atau memperlihatkan perilaku eksentrik atau khas (misalnya ia berbicara kepada dirinya sendiri atau memiliki tata  cara atau tingkahlaku motor yang aneh) atau tidak memberikan perhatian sedikitpun terhadap penammpilannya.
Gangguan Kepribadian Perbatasan
“Gangguan kepribadian perbatasan” (border-linepersonality disorder) adalah sebuatan diagnosis yang baru.  Pada mulanya istilah “perbatasan” (borderline) digunakan untuk menyebut individu yang penyesuaian dirinya pada perbatasan antara yang normal dan yang psikotik. Misalnya, kita akan menyebut individu sebagai “pasien skizofrenia perbatasan” bila ia kalut, tetapi tidak begitu kalut untuk diklasifikasikan sebagai orang yang menderita skizofrenia. Dengan demikian, orang yag mengalami gangguan kepribadian skizotipal akan disebut sebagai orang yang menngalami gangguan keprivadian perbatasan.
Dengan adanya bermaca-macam simtom dari orang yang mengalami gagguan kepribadian skizotipal, ada kemungkinan bahwa idividu ini tidak  hanya mengalami suatu gangguan tunggal, tetapi mengalmi simtom-simtom dari berbagai macam gangguan. Dengan kata lain, individu kelihatannya secara serentak berada di pinggir gangguan suasana hati, skizofrenia, dan sejumlah gangguan kepribadian lainnya, serta memperlihatkan simtom-simtom yang ringan dari masing-masing gangguan ini.
GANGGUAN-GANGGUAN SIFAT KEPRIBADIAN
Sifat (trait) adalah cara tetap digunakan individu dalam mengadakan respons terhadap orang lain atau situasi-situasi yang melingkupinya. Misalnya, seorang individu dengan sifat  permusuhan pada umunya akan mengadakan respons terhadap orang lain dangan cara menentang, memberontak, atau suka membantah dan invidu dengan kompulsivitas akan tertib dan teratur, metodis, dan kurang spontan. Suatu sifat akan menyebabkan gangguan kepribadian bila banyak kesulitan, misalnya individu dengan sifat permusuhan mungkir mengusir orang-orang lain,  dan dengan demikian ia  menjadi sendirian atau kesepian dan mengalami  depresi. Orang yang memiliki  sifat  sangat kompulsif mungkin membuat perencanaan yang menghabiskan waktu sangat banyak, tetapi ia  tidak pernah melakukan sesuatu.
Orang-orang dengan gangguan sifat kepribadian berbeda dengan orang-orang yang menderita gangguan pola kepribadian karena manifestasi-manifestasi penyakit, kelihatannya mereka lebih tergantung pada stres yang berasal dari lingkungan atau berasal dari dalam diri orang sendiri (endopsikis).
Dipandang dari segi dinamika kepribadian, gangguan sifat kepribadian mungkinn dianggap sebagai akibat fiksasi pada taraf penyesuaian diri yang lebih dini dengan melebih-lebihkan pola-pola tingkah laku tertentu atau sebagai akibat dari pola regresi ke taraf lebih diniini dalam menghadapi stres. Gangguan-gangguan sifat kepribadian itu meliputi gangguan pasif-agresif, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, gangguan kepribadian yang menghindar , gangguann kepribadian dependen, gangguan kepribadian historic, gangguan kepribadian narsisitik, gangguan kepribadian sedistik, dan gangguan kepribadian yang merusak diri sendiri.
Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif
Karena dasaranya sama dengan psikopatologi, maka tipe gangguan sifat gangguan sifat kepribadian ini dikelompokan sebegai berikut: tipe  pasif-dependen, tipepasif-agresif, dan tipe agrsif.
Tipe Pasif-Dependen
Ciri khas dari tipe pasif-dependen ialah tidak berdaya, tidak tegas,  dan tergantung pada orang lain. Apabila mereka dituntut untuk memikul tanggung jawab atau mengambil prakarsa,  mereka segera cemas dan panik. Orang yang pasif-dependen cebderung menngadakan hubungan-hubungan manusia secara sepihak yang tidak memuaskan bagi mereka sendiri dan orang lain.
Tipe Pasif-Agresif
Meskipun sikap pasif mereka sama dengan tipe pasif-dependen, namun orang-orang ini memiliki pola agresi yang halus dan tak langsung pada hubungan mereka dengan orang lain. Rasa permusuhan mereka diungkapkan dengan cara mencibir, bersunggut-sunggut,  keras kepala, tidak efisien, membuan-buang waktu atau berlengah-lengah. Mereka sering kali menhalang-halangi kegiatan orang lain yang berhungan dengan diri mereka dengan melawan secara pasif dengan taktik-taktik untuk menghalang-halangi secara halus.
Tipe Agresif
Karena tingkah laku mereka ada hubungannya dengan kepribadian-kepribadian yang emosionalnya tidak stabil dan antisocial, maka orang-orang ini pun memperlihatkan ledakan-ledakan kejengkelan, kemarahan, dan bertingkah  laku sebagai respon terhadap frustasi-frustasi yang sekecil apapun. Reaksi mereka dapat berbentuk perasaan dendam yang tidak sehat atau patologik.
Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif
Orang-orang dengan gangguann obsesif kompulsif memiliki kebutuhan yang tinggi akan kesempurnaan, tata tertib, dan control; kehidupan mereka dikuasai oleh sifat yang teratur dan disiapkan dengan baik. perhatian mereka yang berlebihan terhadap hal-hal yang terinci menyebabkan mereka tidak dapat melihat “gambaran yang luas” dan mungkin mereka meghabiskan begitu banyak waktu pada aspek-aspek suatu masalah yang tidak berarti dan tidak  penting. Misalnya, seorang mahasiswa yang mengalami gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang menulis suatu makalah mungkin menggunakan waktu tanpa batas untuk mengumpulkan bahan, menyusun bahan-bahan tersebut dalam suatu tumpukan yang rapi dan dan selalu cemas akan masalh-masalah kecil yang menyangkut catatan-catatan kaki, tetapi tidak pernah merumuskan dengan jelas tujuan dari makalah itu atau tidak berusaha  untuk menulisnya.
Gangguan Kepribadian Yang Menghindar
Individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian yang menghindar (avoidant personaliydisorder) sangat peka terhadap penolakan orang lain dan merasa terhina oleh penolakan itu. Karena mereka berpikir tetang penolakan, maka individu-individu ini menghindari hubungan dengan orang-orang lain kecuali ada jaminan bahwa mereka diterima tanpa dicela.  Mereka menginginkan afeksi, keakraban,dan penerimaan dari orang lain, tetapi mereka menghindari hubungan yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut karena kebutuhan mereka yang kuat untuk mempertahankan diri terhadap penolakan.
Karena individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian ini tidak dapat memuaskan kebutuhan mereka akan keakraban dan selalu merasakan seolah-olah mereka ditolak, maka mereka memilih self-concept yang rendah, serta menderita kecemasan dan depresi. Karena menghindari diri dari situasi-situasi sosial, maka dalam kasus-kasus yang ekstrem gangguan ini akan berkembang menjadi fobia social.
Gangguan Kepribadian Dependen
Individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian dependen membiarkan secara pasif orang-orang lain mengambil keputusan yang penting untuk mereka. Mereka sering mudah bergaul karena mereka tidak  melakukan sesuatu yang berbahaya bagi hubungan mereka dengan orang-orang tempat mereka bergantung untuk mengambil keputusan-keputusan penting.
Gangguan ini leih sering kelihatan pada wanita, dan hal ini disebabkan oleh fakta bahwa streotipe  wanita secara tradisional adalah dependensi. Penyebab gangguan ini tidak jelas, tetapi  mungkin  juga disebabkan-karena tidak adanya kepercayaan ini.
Gangguan Kepribadian Historik
Ada tiga gangguann individu yang mengalami gangguan kepribadian historic (histonic personality disorder).  Pertama, orang seperti itu biasanya menarik,mepesona,dan menggiurkan secara seksual. Teatpi meskipun ia berusaha mempesona dan menggoda setiap orang, namun bila orang-orang lain mulai bersungguh-sungguh ia mundur dengan cepat.
Kedua, individu historic ingin menjadi pusat perhatian dan sering bertindak dalam cara-cara yang sangat dramatis dan emosional unntuk menarik perhatian (menjerit, menangis, dan mengancam bunuh diri). Dalam kegemparan dan tragedi yang dibangkitkannya, ia sealu memainkan peran utama dan orang-orang lain hanya dilihat sebagai orang-orang yang menunjang peran itu.
Ketiga, walaupun memperlihatkan afek yang hebat, namun emosi dari individu historik sangat  dangkal dan emosinya mungkin cepat sekali berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain atau dari positif ke negatif.
Gangguan Kepribadian Sadistik
Gangguan kepribadian sadistik adalah satu tambahan yang baru pada daftar gangguan-gangguan kepribadian, dan digunakan untuk orang yang memperlihatkan suatu pola yang tetap untuk bersikap kejam dan agresif dalam respons terhadap orang-orang lain. Individu yang mengalami gangguan ini memperoleh kesenangan dalam menyakiti atau menghina orang-orang lain atau lebih senang melihat terhibur oleh penderitan orang-orang lain.
Gangguan Kepribadian yang Merusak Diri Sendiri
Gangguan ini adalah suatu tambahan baru pada daftar gangguan-gangguan kepribadian untuk individu yang menghidari atau mengabaikan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan  dan masuk ke dalam hubungan-hubungan atau situasi-situasi di mana ia akan mennderita dan tidak membiarkan orang lain membantunnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa orang ini kelihatannya mencari kagagalan. Gangguan ini tidak boleh dikacaukan dengan masokhisme karena dalam masokhisme  individu mencari rasa sakit fisik.
GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
Gangguan antisosial ini adalah sebutan diagnosis untuk masalah yang akan dibicarakan dalam bagian ini, tetapi individu yang mengalami gangguan ini biasanya disebut sebagai orang psikopat atau sosiopat. Orang yang didagnosis sebagai orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial adalah orang yang tidak memilki kematangan emosi, kurang memiliki pertimbangan dan rasa tanggung jawab, tidak mampu menilai akibat-akibat dari tingkah laku. Individu antisosial selalu berselisih dengan masyarakat dan selalu berada dalam kesulitan.
Orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial harus memenuhi empat kriteria seperti dikemukakan dalam daftar diatas. Ada tiga aspek diagnosis yang harus diketahui, yakni: (1) Seorang individu harus berusia 18 tahun sebelum didagnosis sebagai orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial karena kita yakin bahwa individu pada usia tersebut  memiliki peluang untuk mempelajari apa itu tingkah laku yang tidak tepat; (2) Tingkah laku delinkuen (bersifat selalu melanggar aturan) atau criminal memainkan peran yang sangat penting dalam  menetukan diagnosis.
Simtom
Simtom-simtom  gangguan kepribadian antisosial dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok , yakni simtom suasana hati, simtom kognitif, dan simtom motor.
Simtom Suasana Hati
Simtom pertama yang sangat penting dalam gangguan kepribadian antisosial adalah tidak ada kecemasan atau rasa bersalah. Orang yang sering mengalami gangguan kepribadian sosial sering disebut orang yang tidak memilki suasana hati.
Simtom kedua ialah orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial iedonistis (mencari kesenangan). Dalam berbagai banyak kasus, orang ini tidak mampu dan tidak rela menunda kepuasan kebutuhan-kebutuhannya, dengan akibat ia bertindak impulsive.
Simtom ketiga adalah kedangkalan perasaan-perasaan dan tidak ada  cinta emosional terhadap orang lain.
Simtom Kognitif
Sesuatu yang penting diketahui adalah orang yang mengalami gangguan kepribadian kelihtan sangat cerdas, memiliki ketrampilan verbal dan social yang berkembang dengan baik dan memiliki kemampuan untuk merasionalisasikan tingkah laku yang tidak tepat sehingga kelihatannya masuk akal dan dapat  dibenarkan. Kebanyakan orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial juga keliihatannyya tidak mampu  menikmati keuntungan dari hukuman. Bila  mereka dihukum, maka hukumannya itu tidak berpengaruh sedikitpun terhadap mereka meskipun hukuman sangat berat.
Simtom Motor
Kerena orang yang mengalami gangguan antisosial tidak cemas, maka ia bertingkah laku impulsive. Suatu halyang menarik ialah tingkah lakunya mencari sensasi yang tinggi. orang dengan gangguan kepribadian ini melakukan kegiatan-kegiatan yang berbahaya hanya unutk sensasi. Apabila ia menggunakan obat, maka  obat tersebut hanya berfungsi sebagai obat stimulan bukan sebagai obat penenang.
Penyebab
Telah dikemukakan tiga pendekatan untuk menjelaskan penyebab dari gangguan kepribadiaan antisosial, yakni pendekatan psikodinamik, pendekatan belajar, dan pendekatan fisiologis.
Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan psikodinamik tradisional memberikan dua penjelasan mengenai gangguan kepribadian antisosial. Pertama, dengan menggunakan pendekatan structural dari Freud terhadap kepribadian.  Orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial adalah kurang cemas dan merasa bersalah karena ia tidak mengembangkan superego yang  kuat. Kedua, penjelasan psikoanalisis  tentang gangguan kepribadian antisosial bertolak dari pendekatan Freud  terhadap kepribadian yang  mengemukakan bahwa tingkah laku impulsif, hedonistis, serta kekanak-kanakan yang diperlihatkan oleh orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial terjadi  karena ia  telah melekat pada tahap  awal perkembangan psikoseksual.
Pendekatan Belajar
Para ahli teori belajar mengemukakan dua penjelasan mengenai gangguan antisosial, yakni teori kekurangan dalam  pengkodisian kalsik dan teori penghindaran kecemasan yang terkodisi secara operan.
Teori kekurangan dalam pengkodisian klasik. Teori ini dimulai dengan gagasan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang terkodisi secara klaisik, dan orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial kurang merasa cemas karena kemampuannya untuk mengembangkan respon-respon yang terkondinisi secara klasik kurang (lemah). Apabila kita mengasumsikan bahwa sekurang-kurangnya suatu tingkah laku antisosial disebabkan oleh gangguan kepribadian antisosial, maka diharapkan bahwa subjek yang melakukan akan mempelihatkan pengkondisan klasik yang kurang dari pada  yang tidak melakukan tingkah laku sosial.
Teori penghindaran kecemasan yang terkondisi secara spontan. Teori ini mulai dengan dalil bahwa selama masa kanak-kanak yang normal, anak-anak dihukum karena tingkah laku yang buruk dan dalam usaha untuk menghindari hukuman dab kecemasan yang berkaitan dengan  hukuman itu ,  anak=anak berhenti untuk bertingkah laku buruk dan kemudian bertingkah laku dengan tepat.
Pendekatan Fisiologis
Teori ini mengemukakan bahwa orang-orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial  disebabkan oleh “rangsangan neurologis yang kurang” (meurological underarousal). Rangsangan neurologis yang kurang digunakan untuk menjelaskan kecemasan yang relatif kurang yang kelihatan pada orang yang mengalami gangguan tersebut.
Rangsangan elektrokortikal, mengacu pada tingkat-tingkat aktifitas listrik pada otak dan aktivitas ini diukur dengan rekaman EEG  (electroencephalogram).
Pendekatan Psikodinamik
Teori psikodinamik tentang gangguan kepribadian antisosial mengemukakan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial tidak memiliki figur-figur orang tua yang penuh kasih saying dan yang bertingkah laku yang tepat dapat dipelajari. Degan demikian, para terapis yang berorientasi pada pendekatan psikodinamik beruusaha memberikan figur-figur orang tua yang sportif, kuat, dan bertingkah laku yang tepat untuk pasien-pasien mereka yang mengalami gangguan kepribadian antisosial.
Pendekatan Belajar
Teori belajar mengemukakan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial kurang mampu mengembangkan respons-respons kecemasan yang terkondisi secara klasik dan dengan demikian tidak belajar menghindari tingkah laku-tingkah laku yang tidak tepat.
Pendekatan Fisiologis
Teori fisiologis mengemukakan bahwa gangguan kepribadian antisosial terjadi karena korteks kurang terangsang (cortical underarousal) sehingga orang-orang yang menngalami gangguan kepribadian antisosial tidak mengkondisikan dengan baik dan sering melakukan tingkah laku yang tidak tepat untuk menigkatkan rangsangan.
GANGGUAN-GANGGUAN SEKSUAL
Gangguan-gangguan dalam bidang seks biasanya tidak melemahkan atau melumpuhkan seperti yang terjadi pda kecemasan, depresi, dan skizofrenia. Karena itu, gangguan ini sering dilihat sebagai gangguan-gangguan yang kurang berat. Dalam beberapa bentuk gangguan itu terlihat bahwa kepuasan seksual yang diperoleh dengan vara-caara dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dari persetubuhan yang wajar merupakan satu-satunya bentuk kegiatan seks yang lebih disukai. Gangguan-gangguan ini dapat sangat mengganggu karena pegaruh yang ditimbulkannya terhadap orang lain. Individu-individu dikategorikan sebagai orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan seksual kalau gangguan-gangguan tersebut bukanlah simtom dari sindrom-sindrom yang lebih luas, misalnya skizofrenia dan reakasi-reaksi obsesif. Pola-pola  gangguan-gangguan seksual disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan dan jarang sekali sebagai akibat dari cacat-cacat konnstitusional saja. Gangguan-gangguan seksual yang terpenting adalah homoseksual, parafilia, difungsi seksual, dan gangguan identitas gender.
Homoseksual
Tingkah laku homoseksual adalah kegiatan seksual dengan mitra  sesame jenis. Dalam membicaarakan  masalah homoseksual harus diperhatikan bahwa tidak ada dikotomi yang sederhana mengenai orang yang homoseksual dan heteroseksual. Kinsey melaporkan bahwa 37% pria dan 25% wanita telah melakukan kegiatan homoseksual sampai pada titik orgasme setelah memulainya pada masa adolesen.  Tetapi, hanya 4% dari anak laki-laki melaporkan hubungan yang benar-benar homoseksual.
Penyebab
Tidak ada penyebab khusus tingkah laku homosksual. Banyak faktor sebagai penyebabnya da kepentingannya yang relatif sangat berbeda-beda juga.
Pendekatan fisiologis, dalam tunuh manusia terdapat hormon-hormon pria dan wanita keseimbangan yang relatif antara hormone-hormon tersebut merupakan faktor penunjang kadar maskulinitas atau feminimitas dari individu.
Faktor psikologis. Perkembangan psikoseksual normal menyebabkan penyesuaian diri yang heteroseksual tergantung pada pola yang berlangsung lama dari hubungan emosional yang efektif, terutama diperoleh dalam kalangan keluarga tetapi juga dalam hubungan di luar keluarga. Tipe pengalaman-pengalaman emosional yang berikut ini telah dikaitkan dengan homoseksualitas.
·               Pengalaman homoseksual pada usia dini menyenangkan karena godaan dari orang yang berpengalaman atau karena turut serta secara sukarela untuk sekedar ingin mengetahui.
·               Identifikasi silang. Merupakan identifikasi dengan salah satu orang tua yang tidak sejenis. Hubungan orang tua-anak yang meneruskan hubungan kasih sayang (afektif) yang akrab antara ibu dab anak pria atau antara  ayah dan anak gadis sesudah bertahun-tahun kehidaupan awal menguatkan ikatan emosional dan sering merintangi anak untuk menerima peranan hidup yang sesuai  dengan jenis kelaminnya.
·               Ketakutan akan kastrasi. Ini merupakan pusat dari teori psikoanalitik yang menjelaskan homoseksualitas sebagai pertahanan ego terhadap ketakutan akan kastrasi. Fenichel melaporkan bahwa kecemasan akan kastrasi menyebabkan homoseksualitas bisa muncul dengan dua cara: (a) Penemuan adanya orang-orang tanpa penis  oleh anak pria yang masih kecil; (b) Genitalia wanita sebagai akibat dari fantasi-fantasi masa lampau dan ancaman akan kantrasi munngkin dilihat sebagai alat untuk kastrasi yang membahayakan penis.
·               Membangkitkan kembali fantasi-fantasi Oedipal. Teori ini juga telah diberikan oleh para peneliti yang berorientasi psikoanalitik dan dilihat sebagai penyebab homoseksualitas pada inidividu-individu tertentu.
·               Faktor-faktor psikologis lain. Ada juga faktor-faktor lain yang menyebabkan tingkah laku homoseksual, yang mungkin sekali merupakan akibat-akibat samping faktor-faktor yang  sudah dibicarakan.
Simtom. Homoseksualitas bisa diungkapkan dalm bermacam-macam bentuk: saling mengadakan maturbasi,  memasukan alat kelamin mitranya (penis) ke dalam mulut dan menggunakan bibir, lidah,dan mulut unutk menggelitik (oral eroticism;oral =  segala sesuatu yang berkaitan dengan mulut), stimulus oral pada penis/zakar (fellatio;fellare = menghisap), stimulus oral pada vagina (cunninilingus;cunnus = vulva;lingquere = menjilat). Cara lain adalah bergantian melekukan persetubuhan melalui dubur, dan ini disebut sodomi/analisme seks,  atau analeroticism (anal = segala sesuatu yang berhubungan dengan anus atau dubur).  Bisa juga persetubuhan dilakukan dengan jalan interfemoral coitus, yakni memanipulasikan zakar di sela-sela antara kedua paha.
Perawatan
Psikoterapi sangat efektif dalam merawat orang-orang homoseksualjika mereka benar-benar ingin mengatasi masalahnya.  Mereka yang puas hidup sebagai orang-orang homoseksual tidak begitu tertarik akan terapi .
Parafilia
 Pada umumnya parafilia dilihat sebagai cara yang menyimpang untuk memuaskan dorongan seksual. Istilah parafilia berasal dari kata “para” yang berarti “menyimpang” dan “filia” yang berarti “cinta” atau “daya tarik” (attraction). Simton-simton utama parafilia antara lain dorongan, fantasi, dan rangsangan seksual yang terjadi berulang-ulang dan ada kaitannya dengan :
  1. objek-objek yang bukan manusia
  2. menyakiti diri sendiri atau menghina mitra sendiri
  3. individu-individu yang tidak diperbolehkan menurut hukum

Kita tidak mengetahui sejauhmana meluasnya parafilia itu karena tingkah laku-tingkah laku yang berkaitan dengan gejala tersebut bersifat privat dan sering dilakukan tanpa seorang mitra. Atau juga parafilia itu dilakukan dengan seorang mitra, tapi tidak melaporkan tingkah laku tersebut. Dalam beberapa kasus, mitra tersebut bahkan tidak menyadari bahwa rangsangan / dorongan seksual dari individu yang lain itu disebabkan oleh parafilia. Misalnya :
seorang wanita yang mengadakan hubungan seksual dengan seorang wanita mungkin tidak menyadari bahwa rangsangan / dorongan seksual tersebut disebabkan oleh pakaian atau fantasi-fantasi untuk menyakiti pria dan bukan oleh diri atau tubuh wanita tersebut.

Pada umumnya parafilia lebih banyak ditemukan pada para pria, kecuali masokhisme seksual yang lebih banyak ditemukan pada para wanita (American Psychiatric Association, 1987:281). Tetapi mengingat sifat dari gangguan tersebut sangat privat dan larangan masyarakat untuk melaporkannya, maka tidak mungkin menarik kesimpulan yang pasti mengenai jumlah orang-orang yang mengalami gangguan tersebut dan penyebarannya pada penduduk.

Gangguan seksual yang termasuk dalam kelompok parafilia konvensional antara lain fetishisme, fetishisme transvestis, pedofilia, eksibisionisme, voyeurisme, frottage, sadisme seksual, dan masokhisme seksual.

  1. Fetishisme adalah gejala dimana dorongan seks itu selalu diarahkan pada benda yang dipakai atau berhubungan dengan jenis seks lain yang dicintai.
·         Objek-objek itu bisa berupa bagian tubuh, pakaian, atau benda-benda lain yang tak bernyawa
·         Objek-objek fetish yang paling lazim : pakaian dalam, rambut, sapu tangan, bra, parfum dan bagian-bagian tubuh seperti kaki, payudara atau telinga
·         Benda-benda tak bernyawa itu dipuja sebagai simbol seks atau jimat yang disanjung-sanjung serta dihormati secara patologik dan dicintai secara berlebihan
·         Biasanya benda-benda tersebut berasal dari seorang kekasih (yang sudah meninggal atau yang sudah meninggalkannya
·         Untuk mendapatkan benda-benda tersebut mungkin orang-orang yang mengalami gangguan tersebut melakukan tindakan kejahatan seperti menyerang dengan tiba-tiba dan mencuri
·         Setelah melepaskan nafsu seksual, benda-benda itu mungkin disimpan atau dibuang
·         Ekspresi fetishisme ditampilkan dengan cara membelai-belai, melihat-lihat, menciuminya, atau dipakai sebagai alat melakukan masturbasi
·         Fetishisme banyak terdapat pada kaum pria
·         Yang erat hubungannya dengan fetishisme adalah kleptomania (dorongan kuat untuk mencuri) dan pyromania (dorongan kuat untuk membakar dimana motif utamanya adalah kepuasan seksual

  1. Fetishisme Transvestis
·         Transvestis (trans = melampaui, lintang, di seberang lain; vestis = pakaian) atau cross-dressing adalah gejala nafsu yang patologik untuk memakai pakaian dari orang yang tidak sejenis (lawan seks)
·         Seseorang mendapatkan kepuasan seks dengan jalan memakai pakaian dari orang yang tidak sejenis. Jadi, anak laki-laki / laki-laki dewasa lebih suka memakai pakaian wanita dan anak perempuan / perempuan dewasa lebih suka memakai pakaian pria
·         Cross-dressing dapat berupa hanya mengenakan salah satu bahan yang dipakai oleh wanita / mengenakan pakaian lengkap wanita dan menampilkan diri seperti seorang wanita di depan umum
·         Dalam beberapa kasus, cross-dressing adalah sangat efektif sehingga orang sulit membedakan pria yang mengenakan pakaian wanita itu dari seorang wanita. Tetapi tujuannya bukan untuk mencari pengalaman, tetapi untuk mencapai rangsangan seksual
·         Pria yang menderita gangguan fetishisme transvestis sering mengadakan masturbasi pada waktu mengenakan pakaian wanita dan berfantasi mengenai pria lain yang tertarik kepadanya pada waktu ia mengenakan pakaian itu
·         Orang homoseksual mungkin mengenakan pakaian wanita, tetapi tujuannya tidak untuk memperoleh kenikmatan seksual dari pakaian yang dikenakan itu melainkan hanya untuk memikat pria lain, maka ia tidak didiagnosis sebagai orang yang menderita gangguan fetishisme transvestis. Demikian pula dengan wanita

  1. Pedofilia (pais, paios = anak; phileo = mencintai) merupakan penyimpangan seksual dimana orang dewasa (pria atau wanita) mencari kepuasan seksual dengan anak-anak kecil (anak-anak praremaja).
·         Hubungan seperti itu bisa heteroseksual dan homoseksual
·         Praktek pedofilia ini bisa berupa :
1)      Perbuatan eksibisionistik dengan memperlihatkan alat kelamin sendiri kepada anak-anak
2)      Memanipulasi tubuh anak-anak (membelai-belai, mencium, menimang, dsb)
3)      Melakukan persetubuhan dengan anak-anak
·         Pada percobaan melakukan persetubuhan, anak mungkin mengalami luka fisik dan mengalami trauma psikis jika orang yang akan melakukannya menggunakan kekerasan
·         Bentuk penyimpangan ini dipandang sebagai kejahatan yang sangat mengerikan dan biasanya dihukum penjara tanpa diberi perawatan
·         Sebagian besar pelaku pedofilia ialah pria

  1. Eksibisionisme ialah kepuasan seksual yang diperoleh dengan memperlihatkan alat kelamin atau bagian tubuh yang lain, biasanya kepada orang-orang yang tidak sejenis atau kepada anak-anak kecil.
·         Eksibisionisme (to exhibit = mempertontonkan, mempertunjukkan; exhibiton = tontonan, pertunjukkan)
·         Kegiatan tersebut sering dilakukan di tempat umum atau setengah umum seperti kereta api, taman, perpustakaan, halaman sekolah, bus, opelet, bioskop maupun jalan raya
·         Sifat regresif penyimpangan ini umumnya terjadi di kalangan anak-anak (baik pria maupun wanita)
·         Kebanyakan yang melakukan penyimpangan ini adalah kalangan pria dewasa
·         Seorang eksibisionis bisa menikah, tetapi relasi seksnya tidak memuaskan karena kehidupan seksualnya tidak baik dan banyak mengalami gangguan batin
·         Untuk penyembuhannya seorang eksibisionis memerluka bimbingan psikoterapi yang intensif dan cukup lama

  1. Voyeurisme (voyeur = mengintip, mengintai; to peep = mengintip, mengintai) ialah gejala pada seseorang yang mendapatkan kepuasan seks dengan jalan diam-diam melihat orang telanjang melalui lubang angin, lubang kunci, dll. Atau juga dengan membuat lubang di tembok, pintu WC, kamar ganti pakaian dll untuk mengintip orang telanjang atau orang bersetubuh
·         Penyimpangan ini disebut juga dengan skopofilia atau inspeksionisme
·         “tukang-tukang intip” termasuk kategori ini dan mungkin juga melakukan masturbasi pada waktu memandang
·         Kepopuleran pertunjukkan tari telanjang dan gambar-gambar porno menunjukkan tersebarnya kebutuhan-kebutuhan voyeuristis
·         Perbandingan voyeurisme antara pria dan wanita ialah 9 : 1, sebab biasanya wanita tidak senang melihat kegiatan seksual dan gambar-gambar / film-film porno dan mengecamnya ats pertimbangan sosial, moral dan estetis

  1. Frottage (frotase; frotter, bahasa Prancis = menggesek-gesek, mengurut-urut, memijit-mijit, meraba-raba) ialah gejala seseorang mendapatkan kepuasan seks dengan meraba-raba orang lain yang disenangi, biasanya tanpa sepengetahuan orang yang bersangkutan (korbannya)
·         Biasanya dilakukan oleh seseorang yang sangat pemalu dan tidak mempunyai keberanian sama sekali untuk mengadakan persetubuhan
·         Dirinya selalu dicekam oleh perasaan rendah diri, malu dan tidak berdaya

  1. Sadisme seksual dan masokhisme seksual
·         Algolacni (algos = penderitaan, menyakitkan badan; lagneia = persetubuhan) adalah perbuatan untuk mendapat kepuasan seks dengan cara memberi penderitaan / memperoleh penderitaan
·         Bila tidak merasakan kepuasan seks dengan relasi heteroseksual yang biasa dan mendapatkan kepuasan seks serta orgasme dengan cara menyiksa mitra seksnya secara fisik dan psikologis, maka perbuatan itu dinamakan sadisme
·         Perbuatan sadistik dalam persetubuhan : memukuli mitranya, menampar, menggigit, mencekik, menoreh-noreh mitranya dengan pisau, menyayat-nyayat payudara dan perut mitranya dengan benda tajam, melontarkan kata-kata kotor dan sarkastis, mengancam, membentak, bahkan sampai pada pembunuhan
·         Hal-hal tersebut dilakukan hanya uintuk mendapatkan kepuasan seks dan untuk mendapatkan orgasme
·         Biasanya semua dilakukan dengan kondisi jiwa yang psikotik / kejiwaan yang abnormal
·         Ada semacam obsesi yang sangat kuat yang merasa ditolak oleh wanita sekaligus dibarengi oleh rasa agresif, dendam, dan benci yang hebat yang diungkapkan dalam perbuatan sadisme seksual
·         Masokhisme merupakan bentuk lain dari algolacni, dan lawan dari sadisme
·         Masokhisme adalah dorongan untuk menyakiti diri sendiri yang sifatnya patologik
·         Sadisme lebih banyak terdapat pada pria, masokhisme banyak terdapat pada perempuan
·         Pada gejala masokhisme yang ekstrem terdapat dorongan-dorongan yang kuat untuk memusnahkan diri sendiri (bunuh diri) disertai dengan kompulsi-kompulsi
·         Masokhisme morak banyak dibarengi dengan unsur-unsur rasa bersalah dan berdosa besar
·         Ada juga gejala yang berupa kesediaan untuk tunduk secara erotik dan secara mutlak kepadan mitra seksnya, yang disebut dengan masokhisme erotik
·         Atribut masokhisme erotik ialah bersedia menderita kesakitan hebat demi cintanya

Yang sangat mencolok pada manifestasi homoseksualitas dan lesbianisme ialah kedua mitra itu selalu bergantian peranan.  Mereka secara bergantian memainkan peranan pria dan wanita. Seorang berperan sebagai pria yang bersikap aktif dan sadistik (didorong oleh keinginan menuntuk hak untuk menjadi pria / keinginan untuk diakui kejantanannya sebagai pria sejati), mitranya yang berlaku sebagai wanita bersikap pasif masokhistik feminin (didorong oleh rasa kecintaan dan kesetiaan untuk menderita lahir dan batin demi objek cintanya). Peranan yang berganti-ganti sebagai pria dan wanita para waktu melakukan persetubuhan disebut “sadomasokhisme (sadis; masokhis)”. Baik pada homoseks maupun lesbian, sebab utama dari pola tingkah laku relasi seksual abnormal ialah rasa tidak puas dalam relasi heteroseksual.

Parafilia-parafilia yang tidak diatur secara khusus

Kelompok parafilia ini terdiri dari aktivitas dan sebutan yang beraneka ragam dan kebanyakan diantaranya tidak dapat dipahami dengan baik.

  1. Bestialitas ialah penyimpangan seksual dimana seseorang mendapatkan kepuasan seksual dengan melakukan persetubuhan dengan binatang (bestia = binatang).
·         Biasanya terjadi di medan-medan pertempuran / peperangan dan di desa-desa terpencil karena tidak ada banyak wanita
·         Pada umunya kaum pria yang dibesarkan di daerah peternakan melakukan relasi seks dengan binatang dan dengan tersebut bisa menikmati orgasme
·         Kinsey melaporkan bahwa orgasxme melalui relasi seks dengan binatang pada pria (kira-kira 17%) yang dibesarkan di daerah pertanian
·         Bestialitas yang menetap biasanya sebagai subtitusi karena pria yang bersangkutan takut mengalami kegagalan dan kekecewaan dalam bersetubuh dengan wanita

  1. Troilisme / triolisme / group sex
·         Troilisme (troi = tiga; trio bertiga) : gejala seseorang yang melakukan persetubuhan dengan mitra seksnya dengan cara mengikutsertakan orang lain untuk menonton dirinya
·         Biasanya ada 2 pasang sehingga bisa saling menonton
·         Orang-orang troilis mempunyai kehidupan seks yang tidak adekuat, tidak dewasa
·         Mereka baru bisa melakukan persetubuhan jika bisa membagikan pengalamannya dengan orang lain
·         Troilisme lebih banyak terdapat pada kaum pria daripada kaum wanita
·         Kurang adanya kepercayaan diri pada kemampuan seksual pria tadi menimbulkan mekanisme kompensasi untuk memperlihatkan / mempertontonkan kemampuan / keunggulan seksnya pada orang lain

  1. Geronto-seksualitas (geroon, gerontos = tua renta) adalah gejala seorang pemuda atau pemudi yang lebih senang melakukan hubungan seks dengan wanita atau pria tua yang sudah berusia lanjut.
·         Biasanya aktivitas ini dilakukan dengan motivasi pertimbangan ekonomis sehingga pemuda / pemudi tersebut bersedia kawin dengan orang yang jauh lebih tua usianya daripada dirinya sendiri
·         Maka hal itu berindikasi dorongan / keinginan seks sebagai substitusi dari cinta kasih terhadap orang tuanya (a parent subtitute)

  1. Incest (incestum, in/non = tidak; castus = suci, bersih; incest = penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang sifatnya tidak suci) ialah hubungan seks diantara pria dan wanita di dalam / di luar ikatan perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan / keturunan yang dekat sekali.
·         Secara legal dan biologis mereka tidak diizinkan melakukan pernikahan dan persetubuhan
·         Hal ini banyak terjadi di kalangan rakyat dari tingkat sosial ekonomis yang sangat rendah dan pada orang keturunan darah campuran serta kalangan bangsawan maupun hartawan, untuk menjamin supaya harta kekayaan tetap terpusat dalam lingkungan keturunan
·         Contoh : ayah – anak perempuan, kakak – adik, ibu – anak pria, dll
·         Perbuatan incest ini juga disebut sebagai peristiwa “penodaan darah”
·         Hasil dari incest ini ialah sering kali melahirkan anak-anak yang cacat jasmaniah dan rohaniahnya

  1. Saliroma adalah gejala pria yang mendapatkan kepuasan seks dengan jalan mengotori / menodai badan dan pakaian wanita / barang-barang yang ada hubungannya dengan kaum wanita.
·         Biasanya orang tersebut dihinggapi oleh rasa benci, dendam dan kompulsi-kompulsi tertentu yang dilampiaskan dengan jalan secara simbolis menodai / mengotori tubuh wanita / patung wanita dengan telur busuk, tinta, cat, ter, tahi dsbg

  1. Misofilia, koprofilia, urofilia (miseo, misein = benci, kotoran; kopron = benda buang, tahi, najis; ouron = air kencing, kemih, air seni) adalah gejala dimana seseorang senang melakukan persetubuhan dibarengi dengan kesenangan pada kotoran-kotoran (hal-hal yang jorok), tahi dan air kencing.
·         Sebabnya : sejak kecil individu itu sudah mengembangkan pola asosiasi yang salah diantara seksualitas dengan dosa-dosa dan kotoran-kotoran sehingga pola kaitan antara persetubuhan dan hal-hal yang jorok itu menjadi tingkah laku yang menetap
·         Koprofilia sering terdapat pada pria, urofilia banyak terdapat pada kaum wanita

  1. Tukar istri / wifeswapping (swap = bertukar, berganti)
·         Biasanya dilakukan oleh para anggota dari satu Klub Kunci (Sleutel Club)
·         Kunci-kunci kamar beserta isinya yakni istri masing-masing di undi, lalu masing-masing orang melakukan relasi seks dengan wanita penghuni kamar dengan kunci yang diperoleh itu
·         Sebab-sebab :
1)      Kebosanan dalam perkawinan
2)      Ingin mendapatkan petualangan pengalaman seksual dengan macam-macam pria atau wanita, serta ingin mendapatkan variasi seks dan kegairahan seks dalam bentuk lain
3)      Ketidakserasian kepribadian
·         Peristiwa tersebut berlangsung dengan persetujuan semua pihak, namun praktek tersebut disebut sebagai promiskuitet dan sering menggoncangkan / membahayakan kestabilan perkawinan

  1. Promiskuitet adalah hubungan seks secara bebas dengan siapapun juga dan dilakukan dengan banyak orang
·         Perbuatan tersebut merupakan tindakan seksual yang tidak bermoral secara terang-terangan dan tanpa malu-malu
·         Biasanya didorong oleh nafsu-nafsu seks yang tidak terintegrasi, tidak matang (tidak dewasa) dan tidak wajar
·         Penganut-penganutnya menuntut adanya kebebasan seks secara ekstrem dalam iklim cinta bebas dan seks bebas
·         Dengan jalan tersebut, orang-orang ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman seksual yang intensif dan eksesif tanpa dibatasi oleh norma-norma sosial atau tabu-tabu agama yang mengatur kebebasan manusia dalam relasi seksnya
·         Wanita yang melakukan promiskuitet = amatrice
·         Pria yang melakukan promiskuitet = amateur / don juan
·         Emosi mereka sangat tidak stabil, dan fungsi intelektual dan relasi sosialnya tidak dewasa
·         Oleh relasi seks yang eksesif, mereka justru tidak mampu menghayati kepuasan seks yang sebenarnya, sebab mereka menjadi budak dari dorongan seks yang tidak terkendali
·         Mereka akan menjadi pecandu seks yang tidak puas-puasnya dan tidak pernah bisa menghayati kebahagiaan dalam relasi seksual. Mereka juga tidak bisa menikmati keindahan persetubuhan dan kehidupan erotik yang sejati
·         Serta mengakibatkan mental yang labil dan menumbuhkan sikap yang tidak bertanggung jawab

  1. Perzinahan ialah relasi seksual diantara pria yang sudah kawin dengan wanita yang bukan mitra legal (istri orang lain, gadis / janda binal).
·         Hal ini menyebabkan perceraian dalam rumah tangga
·         Perzinahan yang dilakukan oleh seorang istri umumnya bersifat serius dan bisa lebih membahayakan perkawinannya jika dibandingkan dengan perzinahan yang dilakukan oleh seorang suami. Sebab, biasanya wanita itu baru mau melakukan hubungan seks dengan pria lain (diluar suaminya) bila ia menaruh rasa cinta, jadi ada relasi emosional atau afektif yang kuat
·         Sedangkan perzinahan pada pria umumnya disebabkan oleh dorongan keisengan / untuk memuaskan kepuasan seks sesaat saja
·         Perzinahan lebih banyak terjadi dan berlangsung secara sembunyi-sembunyi
·         Tetapi ada juga suami-istri yang hypermodern dan bersifat radikal yang menganut seks bebas, justru suami mengizinkan / menganjurkan istrinya melakukan perzinahan diluar perkawinan agar istri memperoleh tambahan pengalaman dan tambahan kepuasan seks
·         Izin perzinahan tersebut sering dijadikan alasan bagi suami untuk melakukan perzinahan denganwanita-wanita lain

  1. Seduksi dan perkosaan
·         Seduksi (seduire = membujuk, menggoda) : bujukan dan godaan untuk mengajak mitranya bersetubuh, yang sebenarnya melanggar norma susila dan melanggar hukum
·         Biasanya pihak wanita mendapat janji-janji indah akan dikawini dan ditanggung nasibnya
·         Dalam hal ini terdapat unsur-unsur paksaan halus dan tekanan-tekanan yang sifatnya kurang / tidak normal
·         Terlebih jika bujukan itu mengakibatkan penyerahan diri dari pihak wanita dan mengakibatkan kehamilan
·         Perkosaan / rape ; perbuatan cabul melakukan persetubuhan dengan kekerasan dan paksaan, yang merupakan perbuatan kriminal yang dikecam oleh masyarakat dan bisa dituntut dengan hukuman berat
·         Perkosaan selalu didorong oleh nafsu-nafsu seks yang sangat kuat dan dibarengi oleh emosi-emosi yang tidak matang dan tidak adekuat, serta unsur-unsur kekejaman dan sifat sadistik

  1. Nekrofilia (nekros = mayat; necro = segala sesuatu yang berhubungan dengan mayat) adalah melakukan hubungan seks dan menikmati orgasme dengan mayat.
·         Tidak jarang terjadi pada wanita dan anak-anak dibunuh dan sesudahnya diperkosa
·         Disebabkan oleh orang yang dihinggapi rasa inferior yang begitu hebat karena mengalami trauma serius sehingga ia tidak berani melakukan relasi seks dengan seorang wanita yang masih hidup
·         Biasanya dihinggapi pula oleh rasa cemas / ketakutan dan dendam yang kronis
·         Gejala ini menjurus pada sifat psikotik
·         Dan terkadang beberapa bagian tubuh mayat tersebut dimakannya, sehingga terjadilah kanibalisme

  1. Pornografi dan dukana / obscenity
·         Pornografi ialah bacaan yang imoral, berisikan gambar-gambar dan tulisan asusila, yang khusus dibuat untuk merangsang nafsu seks
·         Tingkah laku pornografis : tingkah laku yang abnormal yaitu bila seseorang lebih banyak mendapatkan kepuasan seks dengan bacaan dan gambar-gambar yang pornografis, maka demikian selera halus seksualnya dan sifat-sifat erotik yang wajar menipis
·         Dukana / obscenity (obscenity = lacur, tidak senonoh) ialah pola tingkah laku, gerak gerik, perkataan-perkataan dan ekspresi lainnya yang bersifat erotik, yang berlangsung secara tidak sopan, jorok dan menjijikan
·         Misalnya : melakukan kontak erotik ditempat-tempat umum secara terbuka dan mencolok

Ada 3 pendekatan yang merupakan usaha untuk menjelaskan penyebab dan perawatan beberapa parafilia dan tidak lengkap karena tidak mencakup untuk semua parafilia karena ada banyak parafilia lain yang belum diketahui penyebabnya.

  1. Pendekatan Psikodinamik
·         Pandangan psikodinasik terhadap sadisme seksual bertolak belakang dari pandangan Freud yang mengemukakan bahwa ada dua insting dasar pada manusia, yakni agresi dan seks
·         Perlu diketahui juga bagwa tindakan agresif yang sederhana seperti menggigit, sering terjadi pada saat melakukan hubungan seksual yang normal dan digunakan sebagai bukti untuk pemindahan seks kepada agresi
·         Meskipun pemindahan energi antara agresi dan seks merupakan suatu proses normal, namun menurut teori psikodinamik kemungkinan besar pemindahan itu terjadi pada individu-individu yang tidak berada pada tahap genital dari perkembangan psikoseksual
·         Teori psikodinamik berpendapat bahwa kejadian sadisme itu lebih tinggi di kalangan pria karena mereka memiliki kadar agresi bawaan lebih tinggi sehingga tindakan-tindakan agresif lebih mudah terangsang (Freud, 1905/1953)
·         Penjelasan tentang masokhisme menimbulkan kesulitan bagi kebanyakan ahli teori psikodinamik karena Freud mengemukakan bahwa manusia didorong oleh prinsip kenikmatan, sedangkan masokhisme justru berusaha untuk memperoleh rasa sakit (Bieber, 1974; Freud, 1915/1955, 1925/1955)
·         Dari makalah Freud yang berjudul Beyond the Pleasure Principle, ia mengemukakan bahwa masokhisme mungkin merupakan manifestasi dari insting lain, yakni insting mati. Kemungkinan lain, masokhisme merupakan usaha untuk membelokkan insting agresif itu kepada diri sendiri. Dengan kata lain, kalau individu sangat takut untuk mengungkapkan agresi kepada orang lain, maka agresi itu mungkin diungkapkan kepada diri sendiri
·         Teori psikodinamik tradisional tentang eksibisionisme dan transvestisme mengemukakan bahwa kedua parafilia itu merupakan usaha-usaha untuk mengingkari kemungkinan kastrasi (Bak & Stewart, 1974)
·         Gagasannya ialah pria terpaku / melekat / mundur kembali pada tahap phalik dari perkembangan psikoseksual dimana masalah yang dominan adalah pikiran mengenai kastrasi dan parafilia-parafilia itu menunjukkan usaha-usaha pria untuk mengingkari kemungkinan bahwa dia dapat dikastrasi
·         Motif yang mendasarinya ialah individu-individu berfungsi pada tahap perkembangan psikoseksual yang tidak matang yakni melekat / terpaku kembali pada tahap perkembangan lebih awal
·         Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan fetishisme transvestis tidak melakukan tindakan-tindakan kriminal dibandingkan dengan orang-orang lain dan telah ditemukan juga bahwa para eksibisionis mendapat skor normal pada semua skala MMPI
·         Salah 1 ciri khas yang mencolok dari orang-orang yang mengalami gangguan ini adalah dalam semua hal yang lain mereka sangat normal
·         Perawatan dipusatkan pada usaha membantu perkembangan emosional dan mengatasi konflik-konflik tak sadar

  1. Pendekatan Belajar dan Kognitif
·         Ada 2 cara pengkondisian yang dapat menimbulkan parafilia-parafilia
·         Pertama, parafilia dapat berkembang bila secara kebetulan rangsangan seksual berpasangan dengan suatu objek / kegiatan tertentu, pasangan itu menyebabkan asosiasi antara hukuman dan rangsangan seksual demikian pada masa yang akan datang apabila ia dihukum maka ia akan mengalami rangsangan seksual. Pasangan hukuman dengan rangsangan seksual akan menjadi dasar untuk gangguan masokhisme seksual
·         Kedua, karena rangsangan seksual menyenangkan maka akan mencari secara aktif kegiatan-kegiatan yang memerlukan hukuman dan menimbulkan rangsangan seksual. Kebiasaan yang terkondisi secara operan untuk menggunakan objek atau kegiatan parafilia supaya mencapai kenikmatan seksual akan berkembang
·         Teori belajar mengenai parafilia menghasilkan strategi perawatan yang disebut terapi aversi yang dilakukan dengan cara kecemasan diberi berpasangan dengan objek / kegiatan parafilia tersebut akan menimbulkan kecemasan di samping / tanpa rangsangan seksual
·         Terapi aversi mengurangi respons terhadap pakaian wanita tetapi bukan kepada wanita
·         Tingkat rangsangan akan menurun bila diberi latihan tambahan
·         Terapi aversi efektif karena apabila objek (kegiatan) parafilia dapat dibuat untuk menimbulkan kecemasan maka objek (kegiatan) tersebut akan dihindari dan apabila objek parafilia itu dibuat untuk menghilangkan kecemasan maka kecemasan mungkin mengganggu dan menghalangi rangsangan seksual
·         Teori belajar kedua didasarkan pada konsep pengondisian klasik, tapi mengemukakan bahwa untuk suatu alasan, maka mitra seks yang tepat tidak disediakan, dengan demikian individu mengalami rangsangan seksual / kenikmatan terhadap suatu objek yang diasosiasikan dengan mitra seks yang diinginkan tetapi tidak ada. Teori ini, parafilia adalah suatu subtitusi
·         Tindakan-tindakan sosial yang tidak pantas mungkin mengakibatkan kegagalan hubungan sosial / seksual dan mungkin menyebabkan individu mencari sumber-sumber alternatif kepuasan seksual
·         Perawatannya membantu supaya orang yang menderita gangguan parafilia itu mencapai secara psikologis anggota yang tidak sejenis, biasanya dicapai dengan suatu bentuk keterampilan sosial yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan sosial
·         Latihan relaksasi digunakan untuk mereduksikan kecemasan yang diasosiasikan dengan anggota yang tidak sejenis

  1. Pendekatan Fisiologis
·         Teori yang sangat populer adalah “dorongan seks yang tinggi menyebabkan parafilia”
·         Pria yang mengalami gangguan parafilia memiliki tingkat hormon testoteron yang lebih tinggi daripada yang normal
·         Dorongan yang sangat tinggi bagaimanapun juga akan meluap kepada tingkah laku seksual yang tidak tepat / mendorong individu kepada tingkah laku abnormal
·         Mengurangi dorongan tersebut dengan cara pembedahan (kastrasi) / obat akan menjadi perawatan yang efektif, tapi tidak berarti bahwa parafilia-parafilia disebabkan oleh dorongan seks yang tinggi
·         Ada kemungkinan juga bahwa parafilia-parafilia disebabkan oleh dorongan seks yang diarahkan ke jurusan yang salah
·         Pendekatan yang sangat drastis adalah kastrasi (melakukan operasi dengan menghilangkan testikel) yang menghilangkan sumber dari testoteron, hanya digunakan secara terbatas dan hanya untuk orang-orang seperti para pemerkosa yang tingkah laku seksualnya menyebabkan bahaya yang hebat bagi orang-orang lain
·         Kastrasi mengurangi dorongan seksual, tetapi bertentangan dengan anggapan banyak orang karena kastrasi tidak harus menghilangkan dorongan dan tingkah laku seksual
·         Akibat utama kastrasi adalah dorongan seksual berkurang yang menyebabkan tingkah laku seksual yang tidak tepat berkurang juga
·         Pendekatan kedua untuk mengurangi dorongan seks adalah pemakaian obat yaitu dengan merk dagang Depo-Provera untuk mengurangi dorongan seks pada pria dikenal dengan sebutan antiandrogen
·         Depo-Provera mengurangi dorongan seks pria karena pelepasan hormon-hormon yang berkaitan dengan seks dikurangi
·         Akibat samping Depo-Provera ialah perasaan mengantuk, berat badan bertambah, dan tekanan  darah meningkat, tetapi Depo-Provera tidak menghasilkan pengaruh jangka panjang


DISFUNGSI-DISFUNGSI SEKSUAL

Gangguan disfungsi seksual adalah tidak adanya atau tidak dapat mengadakan respons seksual dalam suatu hal tertentu selama siklus respons seksual. Disfungsi seksual tidak melibatkan dorongan-dorongan seksual, fantasi-fantasi / pola-pola tingkah laku yang menyimpang / aneh. Disfungsi seksual juga tidak menimbulkan rasa sakit bagi orang-orang lain, dan juga tidak dianggap abnormal karena biasa terjadi. Disfungsi seksual merupakan penyebab kesulitan pribadi untuk seorang individu dan/atau mitranya.


SIKLUS RESPONS SEKSUAL

Menurut DSM III-R, siklus respons seksual terdiri dari 4 tahap yakni :
1)      Tahap selera seksual (appetitive phase) : dimana individu memiliki fantasi-fantasi tentang kegiatan seksual dan mengembangkan selera untuk kegiatan-kegiatan seksual
2)      Tahap perangsangan (excitement phase) : yang terdiri dari kenikmatan seksual subjektif dengan perubahan-perubahan fisiologis (yakni ereksi pada pria dan lubrikasi atau keluarnya cairan vagina pada wanita)
3)      Tahap orgasme (orgasm phase) : puncak dari kenikmatan seksual dan perubahan-perubahan fisiologis yang meningkat (yakni ejakulasi pada pria dan kontraksi-kontraksi dinding vagina pada wanita)
4)      Tahap penyelesaian (resolution phase) : terdiri dari perasaan relaks dan sejahtera

3 gangguan disfungsi seksual ada hubungannya dengan 3 tahap siklus respons seksual, yakni :
1)      Gangguan selera seksual ada hubungannya dengan tahap selera seksual (appetitive phase) yakni selera seksual pada individu tidak ada
2)      Gangguan rangsangan seksual ada hubungannya dengan tahap perangsangan seksual (excitement phase) yakni meskipun selera seksual ada, tapi rangsangan fisiologis tidak cukup
3)      Gangguan orgasme ada hubungannya dengan tahap orgasme (orgasm phase) yakni tidak mencapai orgasme meskipun ada selera dan rangsangan seksual / terjadi orgasme prematur


GANGGUAN SELERA SEKSUAL (SEXUAL DESIRE DISORDER)

DSM III-R menyebut 2 gangguan selera seksual, yaitu :
1)      Gangguan aversi seksual : orang yang tetap selalu menolak / enggan melakukan hubungan seksual genital dan menghindari semua / hampir semua hubungan genital dengan mitranya. Tapi ia mungkin menginginkan dan melakukan hubungan yang penuh kasih sayang / hubungan seksual non genital dengan mitranya. Perasaan jijik dan menolak persetubuhan sering merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman traumatis pada masa lampau, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual pada masa kanak-kanak / incest
2)      Gangguan selera seksual hipoaktif : individu yang mengalaminya tidak jijik / menolak terhadap seks, tapi selalu tidak memiliki selera dan fantasi seksual

Pendekatan psikologis dibagi dalam 3 pendekatan yaitu pertama mengemukakan gangguan itu disebabkan oleh supresi defensif terhadap selera seksual, kedua mengemukakan bahwa gangguan selera seksual disebabkan oleh akibat-akibat dari stres, dan yang ketiga mengemukakan bahwa gangguan selera seksual mungkin menggambarkan suatu cara yang pasif-agresif untuk memanipulasi, menghukum, atau menanamkan perasaan-perasaan tidak adekuat pada mitra seseorang. Psikoterapi adalah suatu teknik yang populer untuk merawat gangguan selera seksual, tetapi hanya sedikit saja penelitian yang terkontrol telah dilaporkan mengenai keberhasilan dari teknik ini.

Pendekatan lain yakni pendekatan fisiologis mengemukakan bahwa gangguan selera seksual itu disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, dan perawatannya adalah mengatur kembali keseimbangan itu. Pandangan bahwa gangguan selera seksual disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon didukung oleh hasil-hasil dari dua kumpulan penelitian, yang pertama adalah tingkat-tingkat hormon seks yang rendah ada hubungannya dengan selera seksual yang rendah. Yang kedua bahwa apabila hormon-hormon seks ditingkatkan, maka selera seksual juga akan meningkat. Tingkat-tingkat hormon dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti penyakit, usia dan latar belakang genetik, tetapi pengaruh-pengaruh eskternal perlu diperhatikan pula seperti stres psikologis. Faktor-faktor fisiologis memainkan peran penting dalam menentukan selera seksual pada manusia, namun jelas bahwa faktor-faktor psikologis dapat memengaruhi faktor-faktor fisiologis.


GANGGUAN RANGSANGAN SEKSUAL (SEXUAL AROUSAL DISORDER)

Ciri rangsangan seksual pada pria adalah ereksi (zakar tegang) dan ciri rangsangan seksual pada wanita adalah keluarnya cairan pelicin (lubrication) dari dinding vagina yang memungkinkan penis bisa memasuki lubang vagina. Gangguan rangsangan seksual pada pria disebut impotensi dan gangguan rangsangan pada wanita disebut frigiditas.

Dari pendekatan psikologis bahwa kecemasan merupakan penyebab psikologis utama gangguan rangsangan seksual. Perawatan untuk gangguan rangsangan seksual yang disebabkan oleh faktor psikologis adalah usaha untuk mengurangi kecemasan dengan menanamkan keyakinan yang lebih besar pada pasien dan dengan demikian mengurangi pikiran-pikiran yang mengganggu rangsangan seksual. Faktor fisiologis juga mengurangi rangsangan seksual. Rangsangan yang berkurang juga dapat disebabkan oleh hambatan pada pembuluh-pembuluh nadi yang menyalurkan darah ke penis atau clitor.


GANGGUAN ORGASME (ORGASM DISORDER)

Individu yang mengalami gangguan ini memiliki selera seksual dan melakukan kegiatan seksual, mengalami rangsangan dan mempertahankan rangsangan, tetapi tidak mengalami orgasme, atau pada pria ia mengalami orgasme terlalu cepat. Ada 3 gangguan orgasme yaitu :
1)      Orgasme yang terhambat pada wanita : bila terjadi terus menerus penundaan dalam mencapai orgasme sesudah rangsangan seksual yang adekuat
2)      Orgasme yang terhambat pada pria : kesulitan yang terus menerus terjadi untuk mencapai orgasme sesudah suatu pola rangsangan seksual yang normal (yakni ereksi dan peningkatan tegangan seksual)
3)      Ejakulasi prematur / ejakulasi dini : pembuangan sperma yang terlalu dini, berlangsung sebelum zakar melakukan penetrasi dalam vagina atau berlangsung beberapa detik sesudah penetrasi dan individu tidak mampu menahan dorongan ejakulasi tersebut. Terjadi pada waktu orang bersetubuh dengan mitra yang baru atau karena sangat terangsang pada waktu mengadakan persetubuhan tetap dianggap normal. Orang dalam suatu hubungan seksual yang baru dan orang yang lebih muda pada umumnya sangat sering mengalami gangguan ejakulasi dini, tetapi ejakulasi dini yang terjadi terus menerus akan menimbulkan diagnosis tentang gangguan itu

Gangguan orgasme primer adalah gangguan dimana wanita tidak pernah mengalami orgasme dengan cara apapun. Gangguan orgasme sekunder adalah gangguan dimana wanita dapat mengalami orgasme dalam masturbasi tetapi bukan dalam persetubuhan. Secara tradisional gangguan orgasme pada wanita dijelaskan sebagai akibat dari kecemasan dan konflik tak sadar yang ada hubungannya dengan seks. Gangguan orgasme sekunder dimana wanita dapat mengalami orgasme melalui masturbasi dan bukan melalui persetubuhan.

Perawatan untuk gangguan orgasme primer yang menggunakan pendekatan pendidikan atau latihan membutuhkan beberapa langkah. Hal pertama yang harus dilakukan adalah wanita perlu belajar lebih banyak mengenai tubuhnya dan apa yang memberi kenikmatan baginya.tahap berkutnya, wanita berkomunikasi dengan mitra seksnya kira-kira apa yang merangsangnya.
Pendidikan, eksplorasi-diri, perangsangan diri sendiri, komunikasi dengan mitra seks, dan praktek persetubuhan merupakan langkah-langkah yang penting dengan terapi ini. Tetapi sekarang kelihatan bahwa kecemasan kurang penting dibandingkan dengan apa yang pernah dipikirkan, dan dalam banyak kasus kecemasan dan tegangan interpersonal mungkin merupakan akibat dari masalah-masalah dengan seks dan bukan penyebabnya.
Penyebab dan perawatan gangguan orgasme pada pria.
Ada banyak teori yang dikemukakan untuk menjelaskan ejakulasi dini, antara lain :
·         Ketakutan pada pihak wanita dan apa yang dilakukan wanita dalam persetubuhan yang berlangsung lama.
·         Permusuhan pada pihak pria yang menghilangkan kenikmatan seks wanita dengan mengakhiri tindakan itu dengan segera.
·         Kecemasan yang tinggi menyebabkan rangsangan yang tinggi
·         Tidak mampu mepersepsikan rangsangan dengan akurat sehingga tidak dapat melakukan kontrol.
·         Pantang dari  kegiatan seksual yang menyebabkan rangsangan yang lebih tinggi.
·         Penis terlalu peka yang menyebabkan rangsangan terlalu tinggi
·         Pengondisian dalam situasi yang mendorong waktu yang singkat untuk ejakulasi.
Ejakulasi dini bisa disebabkan juga oleh rasa tidak aman dan rasa kurang percaya diri.
Meskipun tidak memahami penyebab dari ejakulasi dini, namun ada dua peawatan untuk masalah ini.
·         Start-stop technique.
Teknik ini menggunakan perangsangan penis seperti yang dilakukan pada masturbasi sampai mencapai rangsangan yang tinggi. Kemudian perangsangan dihentikan sebelum tingkat perangsangan mencapai titik ejakulasi. Selama stop phase, rangsangan mereda dan kemudian prosedur itu diulangi lagi. Ini dilakukan tiga atau empat kali sehari dan biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.
·         Start-squeeze technique.
Sangat mirip dengan start-stop technique, kecuali bila rangsangan tinggi, individu memencet dengan singkat ujung penis dan bukan menghentikan rangsangan. Apa yang dilakukan itu tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi segera mengurangi rangsangan dan melenyapkan dorongan untuk ejakulasi.
Metode perawatan ini efektif, tetapi kita masih tidak memahami penyebab dari rjakulasi premature atau apa sebabnya perawatan-perawatan ini efektif untuk mengatasi gangguan itu.
Gangguan rasa sakit seksual
DSM-III R menyebut dua gangguan rasa sakit yang berkenaan dengan seks, yakni dyspareunia dan vaginismus.
Kesakitan dyspareunia ini menurut tempatnya bisa digolongkan sebagai berikut :
·         Pada waktu pria mengadakan emissio (pengeluaran air mani) pihak wanita merasakan kesakitan pada vulva atau lubang kemaluan.
·         Transudasi (transude=keluarnya lender pelican yang kurang) yang berkurang karena rasa takut, misalnya takut hamil, takut kena penyakit kotor, takut karena berzinah dengan pria yang bukan suaminya sendiri.
·         Ada rasa sakit pada pinggul bagian dalam.
Penyebab dan perawatan
Pada umumnya, orang mengenal empat macam (bentuk) vaginismus, yakni :
·         Vaginismus reflektif primer yang terjadi pada waktu melakukan persetubuhan pertama kali.
·         Vaginismus reflektif sekunder yang disebabkan karena kelainan somatic atau gangguan organic.
·         Vaginismus psikogen primer ialah vaginismus yang terjadi pada persetubuhan pertama yang bersumber pada sebab-sebab psikis.
·         Vaginismus psikogen sekunder.
Perawatan dapat dilakukan dengan berbagai cara :
·         Memberikan penerangan dan penjelasan sebab-sebab terjadinya vaginismus dan memberikan bimbingan psikoterapis.
·         Wanita tersebut disuruh “mengejan” untuk menghilangkan spasme (tarikan-tarikan kekejangan) dan kontraksi pada waktu pria melakukan penetrasi dan zakarnya.
·         Wanita itu disuruh melakukan latihan untuk mengeluarkan flatus atau udara dari perut, lalu menggunakan salep yang dimasukkan dengan dua jari ke dalam vagina dengan tujuan melebarkan vagina.
·         Belajar melebarkan vagina dengan menggunakan dilator(alat untuk melebarkan atau memuaikan/mengembangkan).
GANGGUAN IDENTITAS GENDER
Identitas gender, sebagai suatu ciri dasar kepribadian, adalah suatu perasaan individu tentang menjadi pria atau wanita. Identitas gender berbeda dari prefensi seksual. Prefensi seksual adalah apakah seseorang menginginkan mitra seks yang sejenis atau yang tidak sejenis.
Simtom utama dari gangguan identitas gender ialah individu tetap gigih untuk tidak mengakui identitas seks fisiologisnya. Dalam masa remaja atau dewasa, orang-orang yang mengalami gangguan ini lebih realistic dan menyadari bahwa identifikasi seks fisiologis mereka tidak akan berubah, tetapi mereka tetap merasa tidak senang dengan hal itu. Dalam kasus yang lebih berat dimana individu benar-benar merasa bahwa ia adalah salah seorang dari jenis kelamin yang berlawanan, maka di sini digunakan diagnosis transeksualisme.
Penyebab
DSM-III R, dimana gangguan ini didaftar pada bagian tentang “Disorders Usually First Evident in Infacy, Childhood, or Adolescence” dan bukan pada bagian tentang “Sexual Disorder”
Gangguan itu disebabkan oleh latihan dalam peran gender yang tidak tepat dalam awal masa kanak-kanak. Tetapi di sini muncul pertanyaan, apakah hormone-hormon tersebut dapat juga mempengaruhi tingkah laku sosial yang lebih halus yang pada umumnya harus dipelajari? Untuk menguji kemungkinan tersebut, peneliti memberikan androgen (hormone jantan) kepada sekelompok kera betina. Dengan demikian tingkah laku dari kera ini adalah sama dengan tingkah laku yang kelihatan pada orang-orang yang mengalami gangguan idenntitas gender.
Perawatan
Dalam usaha untuk menggulangi masalah-masalah yang dihadapi oleh orang-orang yang mengalami gangguan identitas gender, banyak orang yang mengalami gangguan itu mengambil peran gender yang disenangi. Orang lain mencari pemecahan yang lebih drastis, yakni pembedahan yang disebut sex reassignment surgery atau biasanya disebut operasi mengubah jenis kelamin. Operasi ini dapat efektif dalam membuat orang-orang kelihatannya seperti orang-orang adri jenis kelamin beralwanan.
Apakah operasi mengubah jenis kelamin itu menyebabkan perbaikan penyesuaian diri dalam identitas gender?
·         Kira-kira 2/3 dari orang-orang yang menjalani operasi jenis kelamin itu melaporkan penyesuaian diri yang membaik setelah menjalani operasi.
·         Meskipun jumlah pria yang menjalani operasi tersebut tiga kali lebih banyak daripada wanita, dan operasi pria menjadi wanita lebih efektif sebagai bahan kecantikan, namun kelihatannya operasi wanita menjadi pria secara psikologis lebih efektif.
·         Kira-kira 7% dari operasi-operasi tersebut menimbulkan akibat-akibat yang buruk atau tragis, dengan akibat-akibatnya yang sangat bervariasi.
KETERGANTUNGAN DAN PENYALAHGUNAAN ZAT
Fakta bahwa penyalahgunaan obat-obat merupakan salah satu masalah berat yang dihadapi oleh dunia dan khususnya bangsa kita dewasa ini. Ini adalah masalah yang harus diberikan perhatian utama.
Hal-hal yang Berhubungan dengan Ketergantungan dan Penyalahgunaan Zat
Beberapa istilah dan batasan
Obat(drug) adalah setiap zat (bahan atua substansi) yang jika masuk ke dalam badan organism hidup dapat mengadakan perubahan pada satau atau lebih fungsifungsi organism tersebut.
Obat psikoaktif adalah zat yang mengubah suasana hati individu (misalnya membuat seseorang bahagia, sedih, marah, dan mengalami depresi), mengubah kesadaran individu terhadap lingkungan eksternal.
Bila obat itu digunakan secara periodic atau terus-menerus, maka bisa menimbulkan ketergantungan obat (drug dependence). Ketergantungan obat adalah dorongan yang terjadi secara periodic atau terus-menerus unutuk menggunakan obat supaya menghindari simtom-simtom putus obat.
Ada dua macam ketergantungan obat ;
·         Ketergantungan Fisik (physical dependence) tidak lain daripada suatu keadaan penyesuaian yang muncul pada penggunaan zat secara terus-menerus dan akan terjadi gangguan fisik apabila penggunaannya dihentikan atau kadarnya dikurangi.
·         Ketergatungan psikis (physic or psychological dependence) adalah suatu keadaan yang disertai dengan suatu dorongan psikis yang memaksa individu untuk memakai zat secara periodic atau terus menerus(ketagihan).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek-efek Obat
·         Efek Ketergantungan pada Dosis
Pertama, tingkat dosis dapat mempengaruhi berapa banyak efek yang akan muncul. Kedua, tingkat dosis dapat mempengaruhi tipe efek-efek yang akan terjadi.
·         Perbedaan-perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam pengalaman dengan obat-obat dapat juga mempengaruhi efek dari obat-obat. Misalnya, orang-orang yang tidak berpengalaman dalam menggunakan marijuana tidak melaporkan efek-efek dari obat tersebut meskipun ukuran-ukuran fisiologis menunjukkan bahwa efek-efek tersebut terjadi.
·         Efek-efek Interaksi
Efek-efek obat dapat berubah secara drastis bila digunakan bersama dengan obat lainya. Misalnya, kombinasi valium dan alcohol menyebabkan tingkat sedasi fisiologis jauh lebih besar dibadingkan efek-efek dari masing-masing obat. Hal itu sangat berbahaya karena tingkat dari efek itu sulit diprediksi dan efek seluruhnya dapat menyebabkan kematian.
·         Toleransi dan Toleransi Silang
Toleransi adalah peningkatan dosis pemakaian obat untuk memperoleh efek yang sama.
Toleransi silang (cross-tolerance) adalah kejadian dimana penggunaan obat dari salah satu tipe bisa menyebabkan tolerasi terhadap obat-obat lain dari tipe tersebut.
Diagnosis Ketergantungan dan Penyalahgunaan Zat
Diagnosis pertama adalah ketergantungan zat psikoaktif. Simtom-simtom dari gangguan ini adalah individu:
·         Tidak bisa mengontrol penggunaan obat lain.
·         Memperlihatkan deteriorasi tingkah laku.
·         Mengalami somtom-simtom putus zat.
Diagnosis kedua adalah penyalahgunaan zat psikoaktif. Disini digunakan istilah penyalahgunaan (abuse) dan bukan ketergantungan karena diagnosis ini digunakan untuk orang-orang yang tidak tergantung pada obat, terapi yang memperlihatkan tingkah laku maladaptive karena mereka salah menggunakan obat.
Diagnosis ketiga adalah gangguan mental organic yang disebabkan oleh zat. Diagnosis itu digunakan bila seorang individu mengembangkan simtom-simtom psikologis, seperti halusinasi dan delusi sesudah menggunakan obat terlalu banyak.
Tipe-Tipe Obat
Di Indonesia, pengelompokan obat-obat itu disingkat dengan istilah narkoba, yakni narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, dan obat-bat berbahaya.
Menurut UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, narkotika adalah zat yang berasal dari tanaman baik sintetik maupun semi-sintetik yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Menurut UU ini, narkotika dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan pada tinggi rendahnya ketergantungan, yakni narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan. Yang termasuk golongan I ini adalah :
·         Tanaman papaver Somniferum L, kecuali bijinya.
·         Opium Mentah, yakni getah yang membeku sendiri dari buah papaver Somniverum L.
·         Opium Masak, yang terdiri dari ; candu, jicing, jicingko.
·         Tanaman Koka
·         Daun Koka
·         Kokain Mentah
·         Kokaina
·         Tanaman ganja
·         Heroin
Narkotika golongan II adalah nerkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Jenis narkotika yang termasuk golongan II antara lain :
·         Morfin
·         Fentanil
·         Ekgonina
·         Petidina
·         Alfasetil-metadol
·         Benzetidin
·         Betametadol
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Jenis narkotika golongan III antara lain :
·         Kodein
·         Etil Morfin
·         Dihidrokolin
·         Dokstroproposifem.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis (bukan narkotika) yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan tingkah laku.
Menurut UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, psikotropika dikelompokkan ke dalam 4 golongan berdasarkan tinggi dan rendahnya potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan.
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat kuat yang dapat mengakibatkan sidrom ketergantungan. Yang termasuk golongan ini antara lain : MDMA/Ecstacy, N-etil MDA, MMDA
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi yang kuat yang dapat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Termasuk golongan ini antara lain : sabu-sabu, Deksamfetamin, Fenetilina, Metakualon, Metilfenidat, dll.
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki ppotensi sedang mengakibtkan sindrom ketergantungan. Termasuk golongan III antara lain : Amorbarbital, Buprenorfin, Butalbital, Katina, dll.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Termasuk golongan ini antara lain : Diazepam (Nipam, BK, Magadon), Klorazepam, Nitrazepam, Nordazepam, Estazolam, Klobazam, dll.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang bukan obat dan yang msuk dalam golongan ini adalah minuman berakohol dan tembakau.
Tembakau adalah zat adiktif yang dapat mengakibatkan suatu kondisi ketergantungan.
Obat-obat berbahaya adalah obat yang memiliki kemampuan untuk mengakibatkan kondisi ketergantungan pada organism hidup baik mental maupun fisik atau kedua-duanya.
Depresan
Obat-obat ini sering digunakan untuk menghilangkan stress yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah pil tidur, dan valium yang digunakan bila kecemasan atau ketegangan otot terlalu tinggi. Ada tiga macam zat (obat) depresan : alcohol, barbiturate, dan benzodiazepine.
Alcohol adalah suatu zat depresan karena sesudah minum banyak orang menjadi lebih ramah dan meluap-luap (berbicara banyak), tidak segan, dan suara tinggi-keras.
Barbiturate mereduksi rangsangan dan merupakan obat penenang yang pertama. Pada tingkat yang rendah, barbiturate mengakibatkan relaksasi, pusing, dan hilangnya koordinasi motor. Dosis-dosis yang sangat tinggi, individu dapat bersemangat, giat, dan kemudian disusul dengan relaksasi dan tidur.
Benzodiazepine adalah obat penenang generasi terbaru. Obat-obat yang terkenal dari tipe ini adalah valium(diazepam), Miltown(meprobamat), dan Librium(kolodiazepoksid). Efeknya adalah lebih khusus untuk kecemasan daripada barbiturate, tetapi keduanya juga berfungsi untuk mereduksi ketegangan otot.

Pengakuan Freud mengenai kualitas-kualits penahan rasa sakit dari kokain membuka jalan untuk mrnggunakan kokain sebagai obat bius lokal. Freud kemudian mengubah pandanganya terhadap kokain setelah dia mempelajari bahwa koakain menyebabaka kecanduan. Orang-orang lain yang terkenal pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang juga mendukung penggunaan kokain adalah H.G Wells, Thomas Edison, Jules Verne dan juga para raja dan para ratu, bahkan juga dua orang paus (Weiss & Mirrin, 1987).
Pemakaian kokain secara luas mungkin dimulai antara tahun 1866 dan 1906 ketika daun koka di ginakan untuk resep coca cola. Daun koka masih di gunakan untuk coca cola, tetapi kokain telah dihilangkan dan efek stimulan dari coca-cola sekarang berasal dari kafein. Dalam versi aslinya dengan dasar kokain, coca-cola dianggap memiliki khasiat bagi kesehatan dan karena itu coca-cola di jual di toko-toko obat.
Seperti amfetamin, kokain diserap secara perlahan-lahan dari sistem pencernaan dan dengan demikian konsumsi kokain lewat mulit menyebabkan euforia ringan yang berlangsung lama. Kokain juga bisa berupa bubuk garam putih yang dinamakan hidroklorida kokain yang telah di tambah dengan bermacam-macam zat.
Salah satu prosediur yang biasa adalah memanaskan hidroklorida kokain itu sampai menguap sampai terlepas dari campuran lain dan kemudian uap itu dapat dihirup. Cara lainya adalah dengan cara kimia yang memisahkan molekul kokain dari hidroklorida. Setelah dilepaskan dari hidroklorida, kokain itu kemudian dibakar, dan uap dari kokain murni dapat dihirup. Ini di kenal dengan sebutan “ freebasing”. “crack” adalah bentuk yang sangat pekat dari kokain.
·         Cara kerjanya
Serangan kokain terjadi karena kokain menambah tingkat dari beberapa neutransmiter ( norepinefrin, serotonin, dan dopamin ) dengan menghambat penyerapan kembali neutransmitter-neutransmitter itu dan tingkat neutransmiter yang lebih tinggi menyebabkan kegiatan neurologis semakin besar dalam sistem limbik (pusat-pusat kenikmatan) dari otak.
Novokain yang sering digunakan sebagai pembiusan pada perawatan gigi adalah suatu bentuk kokain sintetik yang tidak mengandung sifat-sifat stimulan. Mengingat sifat-sifat pembiusan dari kokain ini, maka menarik untuk diketahui bahwa menghirup hidroklorida kokain kadang-kadang dinamakan “frezee” karena kokain bersifat membius hidung(menghilangkan rasa pada hidung).

·         Masalah penyalahgunaan
Toleransi mungkin tidak berkembang dan juga jelas tidak ada sindrom putus kokain khusus ( Van Dyke dan Byck, 1982). Meskipun kokain tidak menimbulkan simtom-simtom putus kokai secara fisiologis setelah digunakan secara tetap, namun perasaan ketergsntunganya terhadap penggunaanya ada kaitanya dengan suasana hati dan abilitas untuk mengalami kenikmata berkurang (Gawin, et al.,1989). Efek-efek ini mungkin menyebabkan ketergantungan psikologis (Gawin dan Ellinwood, 1988).
Penggunaan kokain juga menimbulkan resiko medis yang berat karena kokain menghambat konduksi impuls-impuls syaraf. Ini dapat menimbulkan kematian bila impuls-impuls syaraf yang berhubungan dengan jantung di hambat. Suatu masalah medis lain yang berhubungan dengan kokain adalah kerusakan yang berat membran lendir hidung yang kadang-kadang menyebabkan kerusakan hidung bagian dalam.
Efek-efek kokain seperti elah dikemukakan mungkin terjadi karena stimulasinya terhadap pelepasan neutransmiter norepinefrin dan dopamin serta menghambat penyerapan kembali neurotransmiter-neurotransmiter ini.  Tindakan tindakan ini jelas meningkatkan penyerangan terhadap neuron-neuron pada daerah-daerah di otak, terutama pada daerah-daerah yang berfungsi untuk mengatur keadaan-keadaan jaga,kewaspadaan, dan rangsangan ( Weiss & Mirin, 1987).  Mungkin kokain dan obat obat lain, terutama opiat, menimbulkan efek-efek kenikmatan dengan menggiatkan neuron-neuron yang bersandar pada dopamin untuk mrngirim sinyal-sinyal saraf ( Weiss&Mirin 1987).
                Narkotika
Istilah narkotika sering digunakan untuk menyebut obat-obat ilegal. Secara teknik, narkotika adalah sekelompok khusus obat-obat yang berasal dari opium, biasanya disebut opiat. Narkotika mengandung efek untuk menumpulkan / membuat pancaindera menjadi kaku dan menghasilkan suatu keadaan seperti tidur. Tetapi bila tingkat dosis narkotika tinggi, opiat dapat menimbulkan kemabukan yang timbul tiba-tiba. Opiat meliputi opium, morfin, dan heroin.

Opium adalah getah dari tumbuhan apiun. Opium dapat menimbulkan keadaan relaksasi yang berlangsung lama. Morfin adalah salah satu unsur aktif dalam opium dan disaring dari opium serta digunakan sebagai obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena luka. Dan menyebabkan sensasi-sensasi mengantuk. Kodein adalah suatu unsur opium aktif yang kurang kuat yang diisolasikan dan digunakan sendirian sebagai obat menahan sakit dan obat ngantuk. Heroin juga berasal dari opium. Dapat menyebabkan rangsangan mirip dengan orgasme seksual.

STIMULAN

Obat-obat stimulan adalah zat-zat psikoaktif yang meningkatkan rangsangan dan meyebabkan keadaan-keadaan euforia dan percaya diri meningkat. Seperti amfetamin dan kokain melancarkan pelepasan neurotransmiter norepinefrin dan dopamin dan juga menghambat penyerapan kembali oleh gelembung-gelembung pada neuron-neuron presinaptik. Kafein menghambat penyerapan kembali neurotransmiter dengan menghalangi kegiatan enzim-enzim yang menurunkan mereka.

Amfetamin merupakan kelompok zat-zat stimulan yang digunakan untuk membantu agar tetap terjaga sepanjang malam dan juga untuk mempercepat  metabolisme serta mengurangi keperihan perut karena lapar, mereduksi keletihan, melancarkan aliran udara ke paru-paru dan merawat gangguan hiperaktivitas, juga meningkatkan koordinasi motor dan percaya diri. Jika menggunakannya dalam dosis tinggi, maka akan menyebabkan dorongan euforia, kegelisahan, iritabilitas, halusinasi, delusi paranoid, kehilangan selera makan dan insomnia. Tiga efek berat penggunaan amfetamin yaitu menyebabkan tekanan darah meningkat secara drastis yang dapat menyebabkan pembuluh darah otak pecah, dapat menyebabkan gangguan mental organik dan berbahaya bagi individu itu sendiri dan orang lain.

Kokain merupakan salah satu obat stimulan yang sering disalahgunakan. Pengaruh kokain pada suasana hati adalah sama dengan yang ditimbulkan oleh amfetamin, tetapi jauh lebih kuat. Menyebabkan dorongan yang kuat dengan ciri-ciri perasaan riang gembira, penuh semangat, sejahtera, percaya diri dan merasa paling hebat. Dorongan tersebut berlangsung 30 menit dan disusul depresi ringan. Kokain berasal dari daun tanaman koka yang tumbuh di Amerika Selatan. Freud berpendapat kokain menghilangkan rasa sakit, meningkatkan performansi, meningkatkan kewaspadaan dan menambah percaya diri.

Kafein
Kafein adalah zat stimulan yang terkemuka dan paling kuat dalam kelompok obat-obat yang dosebut methylxanthines. Kafein terjadi secara alami dalam kopi, teh dan coklat, serta kafein juga di tambahkan dalam minuman kola dan pada obat-obat penawar. Penemuan kafein dalam kopi sering dihubungkan dengan kawanan kambing milik pesantren Islam (Jacob, 1935).
Pengaruh kafein yang merangsang biasanya di gunakan untuk tetap terjaga dari tidur. Dosis 300 mg kafein (sama dengan 2 atau 3 cangkir kopi) mengurangi waktu tidur dari 475 menjadi 350 menit (Brenesofa,et,al.,1975). Selain supaya tetap terjaga , pengaruh-pengaruh kafein yang merangsang dapat meningkatkan performansi pada bermcam-macam tugas ( Weiss & Laties, 1966).
Efek-efek dari kafein ini kelihtn lebih kuat untuk tugas-tugas fisik yang sederhana ( misalnya mengemudi kendaraan) dan bukan untuk tugas tugas intelektual yang sulit ( misalnya memecahkan persamaan-persamaan matematika).
·         Cara Kerjanya
Kafein dalam kopi dn teh mudah di serap dari sistem penncernaan dan mencapai aliran darah dalam waktu 30 sampai 60 menit. Kafein tetap aktif dalam sistem untuk jangka waktu 3 ½ jam. Proses yang menyebabkan kafein memiliki efek yang merangsang tidak dipahami dengan baik, tetapi rupanya hal itu terjadi karena pelepasan norepinefrin meningkat yang menyebabkan rangsangan juga meningkat.

·         Masalah penyalahgunaan
penyerPn Kfein Yng berkadar tinggi (500-800gram perhari) menyebabkan agitasi, tegangan, iritabilitas, insomni, kehilangan selera makan, denyut jantung meningkat, dan sakit kepala.  Pada kadar yang sangat tinggi (1800 mg atau lebih ) kafein dapat menyebabkan psikosi toksik dengan simtom-simtomnya berkisar sekitar mania dan kkerasan. Kafein yang berkadar tinggi dapat juga memperburuk masalah-masalah psikologis yang ada karena kafein meningkatkan rangsangan yang menghambat efek-efek dari obat-obat antikecemasan dan antipsikopatik ( benzodiazepin dan penotiazin ; Greden, et al., 1978; Kulhanek, et al., 1979; Paul, et al., 1980). Simtom- simtom biasanya meliputi tegangan,agitasi, dan tremor otot.
Nikotin
Zat ni berasal dari tembakau dan kebanyakan orang memperoleh nikotin dari merokok. Walaupun dikategorikan sebagai zat stimulan nikotin dapat berfungsi baik sebagai zat stimulan maupu n zat depresan.
Nikotin biasanya di produksi dari tanaman tembakau yang semula ditanam dan digunakan oleh orang-orang Indiana si Amerika Utara. Pada tahun 1492, ketika Colombus sampai di suatu tempat yang sekarang dinamakan Bahama, penduduk asli daerah tersebut menyajikan kepadanya beberapa daun kering yang disimpulkan oleh Colombus bahwa daun-daun itu pasti sangat dihargai di kalangan mereka (McKim, 1986).

·         Cara Kerjanya
Kebanyakan orang memperoleh nikotin dari merokok sigaret yang terdiri dari daun-daun kering tanaman tembakau. Bila tembakau dibakar, asap tembakau diserap oleh paru-paru dan kemudian nikotin masuk ke aliran darah yang mula-mula ke jantung dan kemudian ke otak.
Salah satu cara yang paling populer untuk memperoleh nikotin adalah menghirup nikotin dalam bentuk tembakau sedotan. Tembakau sedotan itu terdiri dari tembakau tanah yang sangat halus dan dicampur dengan wangi-wangian ( misalnya menthol, lavender, cinnamon).
Begitu memasuki otak, nikotin berpengaruh baik terhadap sistem syaraf pusat maupun terhadap sistem syaraf pinggir. Dalam sistem syaraf pusat, molekul-molekul nikotin memasuki dan merangsang sejumlah pusat saraf yang menyebabkan kegiatan dan rangsangan neurologis semakin tinggi.  Nikotin juga merangsang tangkai otak yang meyebabkan muntah dan dengan alasan tersebut para perokok baru yang belum mengembangkan toleransi terhadap nikotin menjadi sakit perut bila mereka menciba merokok. Pada sistem saraf pinggir, nikotin merangsang pelepasan epinefrin,(suatu katekolamin) kedalam aliran darah yang meningkatkan rangsangan, seperti denyut jantung dan tekanan darah. Pada tingkat yang tinggi, efek dari nikotin justru terbalik, dia menghambat perangsangan bermacam-macam syaraf sehingga nikotin berfungsi segabai obat dpresan.

·          Masalah penyalahgnaan
Rangsangan yang ditimbulkan oleh nikotin mengakinatkan tremor otot, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, serta penyempitan pembuluh darah dalam kulit. Pembatasan aliran darah kekulit akan menybabkan tangan perokok dingin ( suhu kulit ditentukan oleh jumlah darah yang mengalir dalam kulit) dan itulah sebabnya kulit para perokok berkerut serta usia mereka kelihatan lebih tua darpada orang-orang yang buka perokok (Daniell, 1971).
Barangkali masalah terkenal yang berkaitan dengan nikotin adalah putus nikotin, yakni simtom-simtom yang meliputi tegangan, iritabilitas, tidak mampu berkonsentrasi, pusing, perasaan mengantuk, mual, sembelit, tremor otot, sakit kepala, insomnia dan selera makan bertambah yang menybabkan berat badan naik (Jarvick, 1979). Simtom-simtom putus nikotin biasanya kurang dari 6 bulan, tetapi dapat tetap bertahan selama bertahun-tahun (Fletcher & Doll,1969). Simtom-simtom putus nikotin kelihatan lebih bera pada wanita dibandingkan pada pria (Jarvick,1979).
Ada dua hal yang perlu diketahui mengenai efek-efek nikotin. Pertama, banyak efek jangka pendek yang relatif ringan, seperti denut jantung dan tekanan darah meningkat dapat menimbulkan masalah-masalah yang sangat berat dalam jangka panjang, seperti penyakit pembuluh nadi koroner. Kedua, proses memperoleh nikotin melalui merokok dapat menyebabkan maslah-masalah berat lain, seperti kanker, karena asap rokok memasukan karsinogen ke dalam tubuh.
Sebelum ngakhiri pembicaran tentang nikotin ini, akan disinggung lagi paradoks yang telah dibicarakan sebelumnya, yakni nikotin dapa berfungsi sebagai zat stimulan dan juga zat depresan.  Baragkali ada tiga alasan mengapa nikotin dapat menjadi zat stimulan dan zat depresan. Pertama, karena kadar nikotin yang digunakan.
Penjelasan kedua berkisar tentang reduksi simtom-simtom putus nikotin. Simtom-simtom putus nikotin adalah meningkatnya tegangan yang tidak menyenangkan, tetapi simtom-simtom itu dapat dengan mudah direduksikan oleh dosis nikotin lain.
Penjelasan ketiga, untuk efek yang mereduksikan nikotin adalah penjelasan yang bersifat psikologis. Apabila individu itu sedang tegang, maka menghisap sebatang rokok mungkin menenangkan karena rokok itu memberikan individu sesuatu untuk dilakukan, yakni rokok berfungsi seabagai pengalihan perhatian untuk sesaat.

Halusinogen
Efek obat-obat halusinogen adalah mendistorsikan pengalaman sensorik. Dengan kata lain, selama di bawah efek-efek obat halusinogen, hal-hal yang di lihat atau di dengar seseorang itu berubah, atau memiliki bentuk yang cacat sehingga kelihatan hal-hal itu berbeda. Distorsi ini disebut halusinasi ( pengalaman-pengalaman perseptual yang tidak ada dasarnya dalam kenyataan) dan halusinogen ada  hubunganya dengan halusinasi. Dengan demikian istilah halusinogen di gunakan untuk obat yang menimbulkan halusinasi pada tingkat yang rendah sehingga halusinasi tidakndapat di hubungkan dengan peracunan (McKim,1986).
Cannabis. Marijuana, Hashish, dan Hash oil semuanya berasal dari tanaman ganja, yakni cannabis sativa. Marijuana biasanya dihisap dengan merokok dun-daunya dalam bentuk sigaret, tetapi juga dapat digunakan dengan memakanya yang dilakukan dengan cara menggiling daun-daun itu dan memanggangnya menjadi kue dan manisan. Hashish adalah damar kering pucuk tanaman betina dan biasanya di buat dalam bentuk bubuk.  Bahkan, bentuk cannabis yang lebih padat lagi adalah hash oil, yang diperoleh dengan cara mencampuri dulu cannabis dengan alkohol yang berfungsi menyaring bahan-bahan aktif dari hashish. Hash oil digunakan dengan cara meneteskanya pada rokok biasa dan kemudian menghisapnya atau meneteskanya pada logam panas dan menghirup uapnya.
Cannabis biasanya mengakibatkan perubahan suasana hati yang positif, tetapi kadang-kadang bisa mengakibatkan depresi atau pengalaman-pengalaman negatif ( Jones & Benowitz, 1976;Rossi et al.,1974). Perubahan-perubahan suasana hati relatif jarang terjdi dan kalau seandainya terjadi biasanya bersifat ringan, serta perubahan-perubahan ini tidak sama dengan “perjalanan-perjalanan buruk” yang akan dibicarakan dalam hubunganya dengan obat-obat LSD.
Cannabis juga mempengaruhi pengalaman-pengalaman sensorik, yakni pengalaman-pengalaman kelihatan lebih kaya, lebih penuh, lebih terang,dan lebih kuat. Perasaan tentang waktu juga berubah sedemikian rupa sehingga waktu kelihatanya diperpanjang, dan jangka waktu 5 menit kelihatanya berlangsung 20 menit atau lebih lama (Domino, et al., 1976; Weil, et al., 1978).
Efek-efek kognitif lain dari cannabis adalah gangguan pikiran meningkat dan ingatan jangka pendek sangat merosot atau menurun sehingga kadang-kadang orang-orang memulai kalimat-kalimat tetapi tidak dapat menyesaikanya karena mereka lupa apa yang sudah dikatakan ( De Long & Levy, 1974; Weil & Zeinberg, 1969). Sama seperti makanan asing, cannabis mungkin merupakan suatu citarasa yang dipelajari dan membutuhkan waktu untuk berkembang. Juga efek-efek dari obat itu kelihatanya dalam batas tertentu dipengaruhi oleh suasana hati orang-orang lain bersama siapa obat itu digunakan (Rossi,et al., 1978).

·         Cara kerjanya
Unsur-unsur yang aktif dalam cannabis adalah zat-zat yang dinamakan cannabinoids. Bila cannabis dihirup, maka cannabinoids diserap dengan cepat melalui paru-paru, efeknya diketahui dalam beberpa menit dan bisa berlagsung selama 30-60 menit.
Dasar kimiawi untuk efek-efek cannabis sangat kompleks dan tidak dapat dipahami dengan baik. Hal itu disebabkan karena cannabis mengandung lebih dari 80 canabinoids yang berbeda yang ikut menimbulkan efek-efek dalam cara yang berbeda. Selanjutnya, menyulut cannabis (seperti dilakukan rokok) mengubah beberapa cannabinoids dan mnciptakan cannabinoids baru di bentuk selama perncernaan dan metabolisme ( Kephalis, et al., 1976; Salimenk, 1976).

·         Masalah Penyalahgunaan
Mereka mengemukakan bahwa cannabis digunakan dalam perawatan medis, seperti mengurangi rasa mual dan muntah yang sering terjadi pada kemoterapi kanker. Mungkin juga cannabis efektif sebagai obat anti konvulsan dan berguna untuk merawat glaukoma (suatu gangguan berupa meningkatnya tekanan pada bola mata yang dapat menimbukan kebutaan; Braude &Szara, 1976 ; Cohen & Stillmen, 1976 ; Institute of Medicine, 1982).
Para kritikus telah mengemukakan bahwa pwnggunaan cannabis menyebabkan meningkatnya kekerasan, meningkatnya angka tingkah laku abnormall, dan berkurangnya motivasi. Tetapi harus diakui bahwa tidak ada data yang benar-benar sistematis untuk mendukung pandangan bahwa penggunaan cannabis menyebabkan kekerasan (McKim, 1986 :228 ).

Penelitian-penelitian yang telah diadakan tidak memperlihatkan bahwa pemakai-pemakai cannabis didiagnosis sebagai orang-orang yang menderita tingkah laku abnormal dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menggunakanya dan tidak ada bukti bahwa penggunaan cannabis menyebabkan psikosis pada pada orang-orang normal ( Grinspoon, 1977). Tetapi, ada bukti bahwa obat dapat menyebabkan gangguan-gangguan pada orang-orang yang mengalami penyesuaian diri yang marjinal dan dapat meningkatkan gangguan-gangguan skikofrenia an paranoid yang ada ( Choptra & Smith, 1974).
Suatu hal yang penting dalam hal ini adalah simtom-simtom dari gangguan ini hilang bila obat itu berkurang dan dengan demikian tidak kehilatan bahwa cannabis menyebabkan gangguan jangka panjang meskipun obat itu digunakan pada tingkat-tingkat yang tinggi (Meyer,1975).
LSD,Psilosibin, dan Meskalin
Kelompok yang tersisa dari obat-obat halusinogen adalah bermacam-macam obat,tetapi yang terkenal dan secara luas di gunakan adalah LSD (Lisergik Dietilamind) yang merupakan obat sintetik dan ditemukan oleh seorang ahli kimia dari Swiss, Albert Hoffiman, pada tahun 1938. Psilosibin berasal dari sejenis jamur yang tumbuh pada tanman gandum hitam atau gandum putih.
LSD mengakibatkan ketergantungan fisik,psikis dan juga toleransi. Psilosibin dan psilosin di peroleh dari sejenis jamur yang tumbuh di Meksiko, efek yang dihasilkan sama dengan meskalin. Di Indonesia pernah di temukan pada jamur tahi sapi. Meskalin (peyot) di peroleh dari sejenis kaktus yang tumbuh di Amerika Barat Daya dan Meksiko. Meskalin mengakibatkan ilisu dan halusinasi, dan juga mengakinbatkan ketergantungan fisik dan psikis.
Obat-obat ini berasal dari sumber-sumber yang sangat berbeda dan memiliki cara kerja yang berbeda. Tetapi pada umumnya, obat-obat ini mengakibatkan pengalaman-pengalaman sensorik berubah secara dramatis. Warna-warna akan menjadi lebih terang, suara-suara (bunyi-bunyi) akan menjadi lebih keras dan bentuk-bentuk akan berubah.
Perubahan-perubahan dalam persepsi dan perasaan dibawa ke tempat lain menyebabkan bermacam-macam pengalaman emosional seperti dipersonalisasikan dan pelepasan (detachment).
Pada tahun 1960-an obat-obat halusinogen dianggap dapat menyebabkan skizofrenia yang berlangsung dalam jangka waktu yang singkat dan obat-obat halusinogen dan pengalaman-pengalaman halusinogenik dianggap berguna untuk memahami skizofrenia. Tetapi sekarang, kita mengetahui bahwa penyebab dan sifat dan pengalaman pengalaman halusinogenik sangat berbeda skizofrenia, dan dengan demikian pengguanaan obat-obat untuk meneliti skizofrenia telah ditinggalkan.  Akhirnya, obat-obat halusinogen digunakan secara luas dan tetap digunakan oleh beberapa orang dengan tujuan semata-mata untuk hiburan atau rekreasi.
·         Cara kerjanya
Obat-obat halusinogen diminum atau dimakan dan diseram melalui alat pencernaan dan kemudian di bawa ke otak melalui aliran darah. Kebanyakan obat halusinogen secara stuktural adalah sama dengan neurotransmiter dalam otak (misalnya LSD dan psilosibin adalah sama dengan serotonin, dan meskalin sama dengan norepinefrin) dan diasumsikan bahwa setelah mencapai otak, obat-obat tersebut merangsang titik-titik tangkap (reseptor sites) postsinaptis yang biasanya di rangsang oleh neurotransmitter-neurotransmiter yang sama dengan obat-obat itu (Jacobs,1987 ; McKim, 1986).
·         Masalah Penyalahgunaan.
Penggunaan LSD ,psilosibin, dan meskalin menimbulkan banyak akibat negatif. Pertama, selama perjalanan itu individu-individu dapat melakukan hal-hal yang berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain.  Kedua, meskipun penggunaan obat-obat halusinogen tidak mengakibatkan kemungkinan mengalami psikosis dalam jangka waktu yang lama, namun sekurang-kurangnya 5% orang-orang yang mengkonsumsi LSD mengalami kilas balik (flashback), yakni terjadinya lagi distorsi-distorsi perseptual yang berlangsung secara mendadak dan tidak dpat di kontrol seperti yang di alami selama perjalanan (Horowitz, 1969). Ketiga, ada bukti bahwa LSD dapat menyebabkan kerusakan kromosom dan dengan demikian penggunaanya dapat menyebabkan masalah-masalah yang berat bagi anak-anak yang dilahirkan untuk orang-orang yang menggunakan halusinogen. Akhirnya, kelompok obat-obat ini secara fisiologis tidak adiktif.
Penyebab Ketergantungan dan Penyalahgunaan zat
Ada sejumlah penjelasan menganai ketergantungan zat, tetapi pada umunya penjelasan-penjelasan tersebut dapat dikelompokan menjadi tujuh macam, yakni pengeksposan (exposure), faktor-faktor situasional, karakteristik-karakteristik keluarga, kepribadian,reduksi kecemasan, harapan-harapan, dan faktor-faktor fisiologis.
Pendekatan pengeksposan ( Exposure)
Tentu, pengeksposan terhadap obat-obat adalah perlu bila suatu masalah di kembangkan. Pada tahun 1949, ketika Republik Cina terbentuk, pemerintah secara efektif menghilangkan opium, dan dengan demikian juga menghilangkan penggunaan dan ketergantungan terhadap opium.
Meskipun pengeksposan perlu untuk ketergantungan, namun pengeksposn tidak cukup menjelaskan ketergantungan. Bukti yang meyakinkan untuk hal tersebut berasal dari fakta dimana para tenata Amerika kecanduan heroin pada waktu berada di Vietnam, hanya 12% kambuh lagi dalam tempo 3 tahun setelah mereka kembali ke Amerika Serikat (Robins et al., 1974; Robins et al., 1975). Obat-obat tetap tersedia di rumah, tetapi situasi-situasi kehidupan dari para veteran itu telah berubah dan dengan demikian pola-pola penggunaan obat mereka juga berubah (untuk alasan mengenai bukti yang bertentangan dengan penjelasan pengeksposan, lihat Alexander & Hadaway, 1982).
Faktor-Faktor Situasional
Faktor-faktor situasional yang sangat penting biasanya dianggap sebagai faktor-faktor yang menyebabkan suatu bentuk stres yang mungkin bisa dikurangu atau dihilangkan dengan obat-obat.
Efek dari faktor-faktor situasional terhadap penyalahgunaan obat diperlihatkan dengan sangat jelas dalam percobaan-percobaan dimana untuk binatang-binatang laboran disediakan obat-obat di dalam kandang mereka. Penemuan yang menarik adalah binatang-binatang yang dikurung sendirian dalam kandang-kandang laboran berukiran standar  menghabiskan morfin 16 kali lebih banyak dibandingkan dengan binatang-binatang yang dikurung dalam satu tempat yang luas bersama binatang-binatang lain (Alexander,et al., 1978; Alexander,et al., 1981; Hadaway,et al., 1979).
Angka penyalahgunaan ketergantungan zat pada tentara-tentara Amerika yang bertugas di vietnam adalah sangat tinggi, tetapi angka itu berkurang pada waktu mereka kembali lagi ke Amerika Serikat.
Dari hasil-hasil ini kelihatan bahwa faktor-faktor situasional ikut menyebabkan penyalahgunaan dan ketergantungan obat, tetapi faktor-faktor situasional saja tidak cukup menjelaskan semua masalah karena ada banyak orang yang berada dalam situasi-situasi yang membosankan dan menimbulkan stres atau situasi-situasi yang tidak menyenangkan tidak melarikan diri dengan menggunakan zat-zat sebagai suatu pemecahan.
Karakteristik-Karakteristik Keluarga
Para ahli teori sudah lama menduga bahwa karakteristik-karakteristik selama masa kanak-kanak mempredisposisikan individu-individu untuk menyalahgunakan obat pada masa yang akan datang.
Untuk menentukan apakah karakteristik-karakteristik keluarga ada hubunganya dengan alkoholisme, banyak penelitian yang telah dilakukan dimana keluarga-keluarga di teliti dan kemudian anak-anak dari keluarga tersebut di amati terus sampai mereka tumbuh dewasa dan diteliti untuk alkoholisme. Tinjauan dari hasil penelitian-penelitian tersebut mengungkapkan bahwaanak-anak yang selalu menjadi pecandu alkohol adalah anak-anak yang (a) dibesarkan dalam keluarga-keluarga dimana orangtua mereka mengalami konflik perkawinan yang lebih banyak. (b) mengalami perlakuan orang tua yang tidak tepat. (c) memiliki orang tua yang mengandung kemungkinan lebih besar untuk menjadi alkohol , mengalami penyimpngan seksual, dan bersifat antisosial (lihat tinjauan dari Zucker & Gomberg, 1986).
Dengan demikian, karakteristik-karakteristik orang tua dapat menyebabkan penyalahgunaan zat. Kemungkinan lain adalah tingkah laku antisosial dari para orang tua dan tingkah laku dari anak-anak mereka disebabkan oleh faktor ketiga, yakni memiliki gen yang sama.
Kepribadian
Mula-mula dikemukakan bahwa para penyalahguna zat telah mengalami regresi ke fase oral dari perkembangan psikoseksual dan menggunakan obat-obat untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (Fenichel, 1945). Tetapi dukungan empiris terhadap penjelasan regeresi ini adalah kurang, dengan demikian mulain di telusuri gabungan atau kombinasi sifat-sifat kepribadian yang dilihat sebagai penyebab kepribadian adiktif (lihat dari tinjauan Nathan, 1988 ;SUTKER DAN Allain, 1988). Salah satu masalah dalam mengidentifikasikan sifat-sifat yang menyebabkan penyalahgunaan obat dari sifat-sifat yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat.
Tingkah Laku Antisosial
suatu kepribadian adiktif yang unik tidak pernah ditemukan, tatapi penelitan telah menghasilakan dua penemuan penting yang konsisten. Pertama, tingkah laku antisosial pada masa kanak-kanak dan pada masa remaja (lihat tinjauan atau ulasan dari Nathan, 1986 : Zucker & Gomberg, 1986).
Setelah mengidentifikasikan hubungan antara tingkah laku antisosial dan penyalahgunaan zat, maka muncul pertanyaan : apakah yang menyebabkan pola tingkah laku antisosial dan penyalahgunaan zat tersebut? Alah satu kemungkinan adalah tingkah laku dipelajari dari orang tua atau model model peran lain yang antisosial. Kemungkinan lain adalah individu-individu yang antisosial dan menyalahgunakan obat mengalami gangguan kepribadian antisosial.
Depresi
Faktor kepribadian kedua yang selalu berhubungan dengan peyalahgunaan zat adalah depresi. Dalam beberapa kasus, orang-orang yang mengalami depresi menggunakan obat-obat stimulan sebagai penangkal depresi  (misalnya Freud menggunakan kokain) atau mereka mungkin menggunakan obat-obat depresan untuk mematikan pancaindra mereka. Tetapi dalam kasus-kasus lain, orang mengalami depresi karena masalah-masalah yang disebabkan penyalahgunaan zat tersebut (kehilangan pekerjaan dan teman teman).
Perbedaan-perbedaan dalam kepribadian dan pola-pola pemyalahgunaan
Ada kemungkinan inkonsistensi tersebut dapat dijelaskan kerena penyalahgunaan zat mungkin ada hubunganya dengan tingkah laku antisosial atau depresi dan bukan dengan kombinasi dari keduanya.
Dukungan terhadap gagasan bahwa dua pola keribadian yang berbeda mungkin masing-masing berhubungan dengan penyalahgunaan zat adalah berasal dari hasil-hasil penelitian dimana ditemukan bahwa ada dua type alkoholisme dan kedua type alkohol yang berbeda itu berhubungan dengan karakteristik-karakteristik kepribadian yang berbeda (Cloninger, 1987). Salah satu type alkoholisme adalah alkoholisme yang munculnya relatif dini (sebelum usia 25 tahun) dan tetap minum dari tingkat yang sedang sampai yang berat. Dalam kasus tersebut, kelihatanya bahwa individu tidak mampu berpantang dari minuman alkohol secara tetap atau teratur. Type semacam ini disebut dengan persistent type of alcoholism.
Karakteristik-karakteristik kepribadian ini pada umumnya ada hubunganya dengan rangsangan neurologis yang kurang dan di asumsikan bahwa individu yang terus menerus menggunakan alkohol bertujuan untuk meningkatkan rangsangan ke tingkat yang optimal atau normal.
Sebaliknya, type alkoholisme yang munculnya kemdudian setelah (sesudah usia 25 tahun) dan jangka waktu pantang yang lama dimana individu mampu mengontrol minuman, tetapi segera setelah mulai minum orang itu tidak dapat berhenti minum , dan dia akan meminum minuman alkohol hingga mabuk. Type alkoholisme seperti ini disebut binge type of alkoholisme.
Individu-individu dengan binge type of alcoholisme adalah invidu-individu yang cemas, tertekan, hati-hati, mengalami depresi dan beremosi peka. Perhatikan bahwa pada tingkat-tingkat yang tinggi alkohol adalah zat depresan. Kemungkinan bahwa individu-individu dengan tingkat rangsangan yang rendah atau tinggi mungkin menggunakan pola-pola minum yang berbeda (atau tipe obat yang berbeda) untuk menormalisasikan tingkat-tingkat rangsangan mereka dan ini disebut sebagai hipotesis pengobatan terhadap arti sendiri(self medication hypothesis) terhadap ketergantungan zat (Khantzian, 1985). Tingkat-tingkat rangsangan yang rendah menyebabkan tingkat-tingkat kecemasan yang rendah, tingkah laku yang tidak terkekang, dan menggunakan zat-zat untuk meningkatkan rangsangan. Sebaliknya, tingkat-tingkat rangsangan yang tinggi menyebabkan tingkah laku yang terkekang dan penggunaan zat zat untuk mereduksikan rangsangan (Cloninger, 1986; Khantzain, 1985).
Reduksi kecemasan
Para ahli yang sudah lama belajar berpendapat bahwa konsumsi alkohol yang mereduksikan kecemasan adalah menguntungkan dengan akibat individu semakin banyak menggunakan alkohol (Wilson, 1987). Penjelasan reduksi kecemasan mula-mula didasarkan pada penelitian dengan binatang-binatang laboran dimana ditemukan bahwa konflik dan stres meningkatkan komsumsi alkohol dan binatang-binatang itu akan mendekati stimulus yang di takuti apabila mereka diberikan alkohol (Conger, 1951 ;Freud, 1971 ; Wright, et al., 1971). Hasil-hasil yang sama juga talah diterapkan pada manusia (Sher&Levenson, 1982).
Penjelasan pertama adalah alkohol mereduksikan kecemasan karena alkohol tergolong suatu zat depresan fisiologis, dan dengan demikian dapat mereduksikan rangsangan yang disebut dengan kecemasan.
Penjelasan kedua adalah alkohol mereduksikan kecemasan karena alkohol mengganggu fungsi kognitif(pengolahan informasi) yang sangat penting untuk mengenal adanya suatu masalah (Hull,1981). Efek ini rupanya sangat hebat bila ada bermacam-macam hal yang sedang terjadi dalam lingkungan karena dalam situasi-situasi itu kebih baik sulit bagi individu yang telah minum untuk mengolah semua iformasi yang masuk (Steele, et al., 1986 ; Steele & Josephs, 1988).
Penjelasan ketiga adalah, alkohol mungkin mereduksikan kecemasan karena lakohol meningkatkan perasaan-perasaan positif. Ada bukti bahwa efek-efek yang merangsang dari dosis-dosis alkohol yang ringan merduksikan kecemasan karena dosis-dosis alkohol itu menimbulkan perasaan-perasaan lebih besar terhadap kekuatan, kesejahteraan, dan percaya diri (Mc Clelland,et al., 1972; Ynakofsky,et al., 1986). Sebagai kesimpulan dapat dikatakan, alkohol dapat mereduksikan kecemasn melalu (a) sedasi fisiologis, (b) gangguan kognitif, (c) menggiatkan perasaan-perasaan positif. Ketiga tipe reduksi kecemasan ini akan menguntungkan dan dapat memperkuat dorongan untuk minum.
Harapan-harapan
Diantara orang-orang yang berfikir bahwa alkohol mereduksikan hambatan-hambatan, maka mereka yang meminum minuman alkohol atau meminum placebo kurang terhambat (terkekang) dan lebih agresif dibandingkan dengan orang-orang yang meminum minuman yang tidak beralkohol (lihat Wilson, 1987).
Pada khususnya telah dikemukakan bahwa kecanduan individu terhadap alkohol akan memberi mereka kamungkinan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan, seperti mereduksikan kecemasan atau kurang terkekang (Marlatt, 1985; Wise, 1988).
Dukungan terhadap peran dari harapan-harapan dalam minuman yang tidak terkontrol berasal dari penelitian-penelitian dimana orang0orang diizinkan meminum entah minuman beralkohol atau minuman placebo (yang beralkohol) dan minuman mereka dicatat atau diamati (Berg,et al., 1981 ; Marlatt,. Et al., 1973).
Keyakinan bahwa meminum tidak dapat dikontrol mungkin menjelaskan kekambuhan yang terjadi setelah jangka waktu yang pantang (Marlatt, 1978 ; Rollnick & Heater, 1982).
Faktor-faktor fisiologis
Penjelasan fisiologis terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan zat mengemukakan bahwa beberapa individu di predisposisikan terhadap masalah tersebut karena mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan fisiologis yang berbeda atau karena mereka mengolh obat-obat itu secara berbeda. Banyak penelitian telah menunjukan bermacam-macam perbedaan fisiologis antara orang-orang yang memiliki dan tidak memiliki sejarah beralkoholisme., tetapi tidak mungkin menyimpulkan penyebab alkoholisme dari penemuan-penemuan tersebut karena perbedaan –perbedaan itu mungkin hasil dari penggunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama (lihat tinjauan dari Grant, 1987). Untuk menghindari masalah tersebut, maka perhatian dipusatkan pada perbedaan –perdedaan antara anak-anak yang berasal dari orang tua alkoholik dan yang tidak alkoholik (lihat tinjauan dari Schuckit, 1987).
Penelitian terhadap anak-anak dari para pecandu alkohol telah memperlihatkan dua penemuan yang sangat menarik. Pertama, anak laki-laki dari para pecandu alkohol memiliki atau mengalami tingkat-tingkat rangsangan neurologis yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki dari orang tua yang bukan pecandu alkohol. Khususnya telah ditemukan bahwa sebelum meminum minuman yang mengandung alkohol, anak laki-laki dari orang tua pecandu alkohol kurang memperlihatkan gelombang otak yang lambat (alpha EEG potentials) yang ada kaitanya dengan rangsangan yang rendah dan relaksasi.
Meskipun kita tidak memahami proses-proses fisiologis yang menyebabkan masalah-masalah minum, namun semakin jelas bahwa masalah-masalah minum itu sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor genetik.
Masalah genetik versus masalah lingkungan dapat diatasi oleh penelitian dimana para peneliti memeriksa angka-angka alkoholisme pada anak-anak angkat yang orang tua biologisnya adalah pecandu alkohol atau bukan ( Cadoret,et al., 1980 ; Goodwin, et al., 1974 ; lihat juga tinjauan dari Searles, 1988). Dalam salah satu penelitian tentang adopsi, para peneliti memeriksa dua kelompok besar anak-anak yang di adopsi (Cadoret,et al., 1986).
Penemuan itu mengemukakakn bahwa salah satu rute kepenyalahgunaan obat adalah warisan gangguan kepribadian antisosial yang kemudian menimbulkan penyalahgunaan obat. Beberapa ahli teori telah meneyebut tipe alkoholisme ini sebagai alkoholisme sekunder atau alkoholisme psikopatik karena tipe alkohol ini ditengahi oleh tingkah laku antisosial (Cadoret,et al., 1984 ; Shuckit, 1973).
Penemuan kedua yang menarik adalah sejarah keluarga biologis dari alkoholisme juga ada hubunganya dengan penyalahgunaan dari semua tipe obat. Hal ini menunjukan bahwa bebrapa individu mungkin memiliki predisposisi biologis terhadap penyalahgunaan obat yang tidak tergantung pada tingkah laku antisosial atau kepribadian. Tipe alkoholisme ini disebut alkoholisme primer karena alkoholisme ini tidak ditengahi oleh faktor-faktor kepribadian (Cadoret,et al., 1984; Shuckit, 1973).
Penemuan ketiga adalah beberapa anak angkatyang tidak memiliki sejarah tingkah laku antisosial atau alkoholisme dalam keluarga biologis mengembangkan masalah-masalah penyalahgunaan obat. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hasil hasil penelitian ini menunjukan tiga rute penyalahgunaan zat : (1) predisposisi genetik yang ditengahi oleh tingkah laku antisosial, (2) predisposisi genetik yang ditengahi olh kecenderungan ke arah penyalahgunaan zat yang tidak tergantung pada tingkah laku antisosial, dan (3) stres lingkungan.
Untuk menguji sumbangan genetik dan sumbangan lingkungan terhedap kedua tipe alkoholisme, penelitian-penelitian mengenai adopsi dilakukan diamana anak-anak angkat itu lebih dahulu dikelompokan ke dalam (1) anak-anak yang dalam sejarah keluarga biologisnya mengalami alkoholisme dengan tipe teratur, (2) anak-anak yang dalam sejarah keluarga biologisnya mengalami alkoholisme dengan tipe minum-minum hingga mabuk, atau (3) anak-anak yang tidak mengalami alkoholisme dalam sejarah keluarga biologisnya. Anak-anak dalam kelompok-kelompom tersebut kemudian dibagi menjadi anak-anak yang diamana lingkungan yang mengangkatnya menyalahgunakan alkohol dan yang tidak menyalahgunakan alkohol ( Bohman,et al., 1981 ; Cloninger, et al., 1981 ; lihat tinjauan dari Cloninger, 1987).
Dua kesimpulan dapat ditarik dari data mengenai alkoholisme dengan tipe teratur. Pertama, faktor-faktor genetik sendirian adalah sangat penting, sedangkan faktor-faktor lingkungan sendirian hanya sedikit penting.
Kedua, kombinasi latar belakang genetik dengan latar belakang lingkungan tidak menyebabkan angka penyalahgunaan zat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi hanya dengan latar belakang genetik (17,9 vs 16,9).
Dua kesimpulan dapat ditarik juga dari data mengenai tipe alkoholisme yang berlebihan (binge of alcoholism). Pertama, faktor-faktor genetik sendirian sedikit penting, sedangkan faktor-faktor lingkungan sendirian tidak penting.
Kedua, kombinasi latar belakang genetik dan latar belakang lingkungan mengakibatan angka oenayalahgunaan zat  1 ¾ kali lebih tinggi dibandingkan yang terjadi dengan hanya latar belakang genetik (11,6 vs 6,7) dan 2 ¾ kali lebih tinggi dibandingkan yang terjadi dengan hanya latar belakang lingkungan (11,6 vs 4,2).
Perawatan 
Empat strategi digunakan untuk memecahkan masalah penyalahgunaan zat. Strategi pertama adalah melenyapkan persedian obat-obat sehingga individu-individu tidak dapat memulai penyalahgunaan obat-obat tersebut.
Strategi kedua adalah menetapkan hukuman-hukuman yang berat terhadap penyalahgunaan obat.
Strategi ketiga adalah legalisasi penggunaan obat. Strategi ini pada hakikatnya mengatakan bahwa, “apabila anda tidak dapat mengalahkan mereka, jadilah anggota mereka” dan dengan melegalkan penggunaan obat sekurang-kurangnya tindakan kriminal dapat dihilangkan.
Strategi keempat untuk menangani masalah penyalahgunaan obat dalah perawatan psikologis dan fisiologis. Ada empat pendekatan yang berbeda terhadap perawatan penyalahgunaan obat, yakni pengontrolan diri (selfcontrol), mempertahankan (maintenance), menghambat (blocking), dan mengoreksi.
Pendekatan pengontrolan diri dilakukan oleh Alcoholics Anonymous dan Synanon, yakni suatu program yang dirancang untuk orang-orang yang kecanduan opiat.
Pendekatan mempertahankan (maintanance approach) adalah memberikan kepda orang-orang pengganti obat atau zat yang tidak berbahaya dan yang menjadi ketergantungan mereka. Dalam hal ini kecanduan heroin, digunakan suatu obat atau zat pengganti yang disebut metadon (dolopin).
Pendekatan perawatan ini bertolak dari dua asumsi. Asumsi pertama adalah kecanduan mungkin tidak dapat dihilangka, dan efeknya yang sangat berat ialah memaksa banyak orang melakukan perbuatan ilegal untuk mendukung kebiasaan-kebiasaan para penyalahgunaan obat.
Asumsi kedua adalah penggunaan opiat yang tetap diteruskan disebabkan pertama-tama oleh ketakutan terhadap putus obat (zat) dan bukan oleh kenikmatan yang berasal dari obat-obat itu.
Hasil-hasil mengenai efek-efek dari tetap mempertahankan metadon memberikan harapan (Meritz, et,al., 1979). Salah satu penjelasan terhadap efek-efek yang lemah dari pendekatan mempertahankan adalah meskipun metadon mereduksikan ketakutan akan putus obat (zat), namun metadon tidak memberikan kenikmatan seperti yang diberikan heroin.
Ketika seseorang mengalami kecanduan heroin, maka orang itu diberikan suatu obat lawan opiat (Nalakson) yang benar-benar menghambat efek-efek heroin, dan dengan demikian akan menghilangkan kenikamatan yang biasanya diberikan utnuknya. Bila zat-zat lagi memberikan kenikmatan, maka para pemakai akan berhenti menggunakanya. Hasil-hasil dari perawatan ini bervariasi (Kleber, 1974; Martin, et al., 1976; Wikler, 1980).
Strategi keempat dalam perawatan adalah “perbaikan” (koreksi)”, strategi ini adalah memperbaiki masalah yang pada mulanya menyebabkan penyalahgunaan. Dalam banyak kasus, perbaikan adalah sulit (mengubah suatu gaya hidup seluruhnya) atau mungkin tidak realistik (memindahkan individu dari lingkungan sosial). Tetapi perlu diketahui juga, meskipun telah dikemukakan bermacam-macam program untuk memberantas penyalahgunaan obat (zat), namun data menunjukan bahwa kita sama sekali tidak berhasil dalam merawat masalah-masalah penyalahgunaan obat (zat).
Daftar Pustaka :
1. Abramowitz, S.I. "Psychosocial Outcomes of Sex Reassignment Surgery". Journal of Consulting and Clinical Psychology. 1986. 54, 183-189.
2. Al Bachri Husin. "Wanita dan Alkohol". Buletin Ketergantungan Obat. Th. III, No 8. 1985.
3. Bergler, E. Homosexuality: Disease or Way of Life? New York: Collier Books. 1967.
4. Alzate, H., & Hoch, Z. "The "G Spot" and "Female Ejaculation": A Current Appraisal". Journal of Sex and Marital Therapy. 1986. 12, 211-220.

Penulis :
1.       Adelia Maharani               10512146
2.       Niken Ayuni Putri             15512314
3.       Reni Sunjastri                    16512129
4.       Sindy Setiawan                 17512019

Mata Kuliah : Kesehatan Mental (Softskill)