Gangguan-gangguan kepribadian atau watak pada hakikatnya harus dibedakan dari
gangguan-gangguan mental lain karena gangguan-gangguan ini disebabkan oleh
kekurangan pada struktur kepribadian dan
bukan fungsinya.
Disamping itu penting juga diketahui bahwa
pada suatu saat kebanyakan di antara kita mungkin memperlihatkan beberapa
simtom seperti yang terlihat pada gangguan-gangguan kepribadian. Misalnya, kita
mungkin dependen, pasif, egosentrik, tidak emosional atau tidak merasa bersalah setelah melakukan suatu kesalahan.
Ada tiga faktor yang memisahkan orang-orang
uang mengalami gangguan-gangguan itu. Pertama,
orang-orang yang tidak mengalami gangguan-gangguan tesebut akan
terus-menerus menggunakan tingkah laku-tingkah laku itu, sedangkan orang-orang
yang tidak mengalaminya akan melakuannya hanya kadang-kadang saja. Kedua, orang-orang yang mengalami
gangguan-gangguan kepribadian akan memperihatkan perilaku yang ekstrem. Misalnya, ada perbedaan antara sifat yang
suka akan keteraturan dan kompulsif.
Ketiga, orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan kepribadian itu
menderita masalah-masalah yang berat dan
berlangsung lama.
Dalam bab ini
dikemukakan tiga kelompok utama gangguan kepribadian, yakni gangguan pola kepribadian, gangguan sifat kepribadian, dan gangguan kepribadian
sosiopatik. Ciri-ciri utama dari kelompok gangguan kepribadian sosiopatik
adalah tingkah laku yang menentang tuntutan-tuntutan masyarakat atau
sekurang-kurangnya tidak mau menuruti tunutan-tuntutan tersebut.
Kepribadian-kepribadian sosiopatik diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
gangguan kepribadian antisocial, gangguan-gangguan seksual, ketergantungan dan
penyalagunaan zat, dan akan dibahas dengan judul tersendiri.
Perlu juga diketahui bahwa: (1) kebanyakan
individu yang menderita gangguan-gangguan kepribadin tidak cukup sakit untuk dirawat di rumuah sakit, dan walaupun
tetap dirawat, tetapi hanya dirawat sebagai pasien liar; (2) banyak diantara
orang-orang tersebut tidak menganggap diri mereka sakit, dengan demikia mereka
tidak mencari perawatan; (3) sejumlah besar individu tersebut dikurung sebagai
narapidana, oleh karena itu pada statistik mereka digabung sebagai penghuni
lembaga-lembaga penjara.
GANGGUAN-GANGGUAN POLA
KEPRIBADIAN
Kelompok ini meliputi tipe-tipe utama
kepribadian dimana ketidakmampuan menyesuaikan diri terungkap dalam pola tingkah laku abnormal sepanjang hidup. Gangguan tesebut,
meskipun tidak psikotok, terdapat pada kepribadian-kepribadian yang sering
digambarkan sebagai “prapsikotik”. Meskipun orang-orang semacam itu lebih mirip
dengan pasien psikotik daripada pasien neurotik, namun mereka mungkin
memperlihatkan beberapa ciri tertentu dari keduanya dan sebenarnya pada batas
kemampuan menyesuaikann diri. Tipe-tipe gangguan pola kepribadian yang
terpenting adalah gangguan kepribadian paranoid, gangguan schizoid,
gangguankepribadian skizotipal, dam gangguan perbatasan.
Gangguan Kepribadian
Paranoid
Kepekaan tajam dalam hubungan-hubungan
antarpribadi yang disertai dengan kecenderungan untuk memproyeksikan
perasaan-perasaan curiga, cemburu yag ekstrem, dan iri hati dalam
hubungan-hubungan itu merupakan ciri yang sangat khas dari pada paranoid.
Karena orang yang menderita gangguan ini
beranggapan bahwa ancama-ancaman dari orang-orang yang berada disekitarnya,
maka ia akan menjadi cemas, tidak ramah, tanpa humor, dan suka berdebat dan ia
sering “membesar-besarkan masalah-masalah yang kecil”. Tidak adanya kepercayaan
terhadap orang-orang lain dan tingkah lakunya yang protektif mungkin akan
merusak hubungan-hubungan antarpribadi dan performansi dirinya di bidang
pekerjaan. Tetapi, orang yang mengalami
gangguan ini sering bekerja dengan sangat keras (ia bepikir bahwa ia harus
mendahului orang-orang lain).
Orang yang paranoid sering cepat marah, susah
diajak bergaul,dan bereaksi terhadap frustasi gerakan “balas dendam”. Ia
termasuk dalam kelompok pengagum yang rajin, pendukung setiap usaha atau
peradapan yang menimbulkan sensasi dan perbaharuan. Gangguan kepribadian
paranoid berbeda dengan gangguan delusional memiliki delusi-delusi yang sudah
terbentuk sedangkann individu yang menderita gagguna kepibadian paranoid hanya
memilliki kecurigan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain secara
samar-samar. Gangguan ini didiagnosis lebih umum terdapat pad pria dan tidak jelas apa yang
menyebabkannya.
Gangguan Kepribadian
Skizoid
Simtom utama gangguan kepribadian schizoid
ialah tidak tertarik pada orang-orang
lain atau hubungan-hubungan social. Orang yang menderita gangguan kepribadian
schizoid tidak hanya tidak bergaul dengan orang lain, tetapi ia juga jarang
memberikan respon terhadap orang-orang lain. Misalnya, ia acuh tak acuh
terhadap ujian atau kritik dari orang-orang lain, dan ia jarang membrikannkan
isyrat timbal-balik seperti senyuman
atau anggukan. Orang yang mengalami gangguan kepribadian skizoid adalah orang
yang menyendiri, tidak mampu memasuki hubungan-hubungan antarpribadi yang
hangat.
Orang yang mengalami gangguan kepribadian
skizoid juga memperlihatkan emosi yang sedikit, dan dengan demikian mereka
kelihatannya menjauhkan diri, tanpa humor, dan emosi yang tumpul. Pola
ketidakramahan kepribadian skizoid terlihat pada sejarah awal kehidupannya, dan
biasanya dibarengi oleh ketakutan, menghindari persaingan, dan tidak emosional.
Semasa kanak-kanak, orang itu biasanya sangat penurut, sangat pemalu, dan suka
menyendiri serta sangat sensitif. Sifat-sifat ini menjadi sangat jelas pada
permulaan masa remaja, lebih-lebih sifat menyendiri dan ekstrofet.
Gangguan Kepribadian
Skizotipal
Individu yang mengalami “gangguan kepribadian
Skizotipal” (schizotypal personality
disorder) memiliki ciri khas
skizofrenia jauhh lebih banyak dibandingkan dengan orangyang mengalami gangguan
schizoid, tetapi simtom-simtomnya tidak begitu berat untuk membenarkan diagnosis
skizofrenia. Orang memiliki gangguan ini memiki kepercayaan-kepercayaan yang
aneh (misalnya ia mungkin berpikir bahwa ia ahli nujum atau memiliki telepati
jiwa), secara social aneh dan terisolasi atau memperlihatkan perilaku eksentrik
atau khas (misalnya ia berbicara kepada dirinya sendiri atau memiliki tata cara atau tingkahlaku motor yang aneh) atau
tidak memberikan perhatian sedikitpun terhadap penammpilannya.
Gangguan Kepribadian
Perbatasan
“Gangguan kepribadian perbatasan” (border-linepersonality
disorder) adalah sebuatan diagnosis yang baru. Pada mulanya istilah “perbatasan” (borderline)
digunakan untuk menyebut individu yang penyesuaian dirinya pada perbatasan
antara yang normal dan yang psikotik. Misalnya, kita akan menyebut individu
sebagai “pasien skizofrenia perbatasan” bila ia kalut, tetapi tidak begitu
kalut untuk diklasifikasikan sebagai orang yang menderita skizofrenia. Dengan
demikian, orang yag mengalami gangguan kepribadian skizotipal akan disebut
sebagai orang yang menngalami gangguan keprivadian perbatasan.
Dengan adanya bermaca-macam simtom dari orang
yang mengalami gagguan kepribadian skizotipal, ada kemungkinan bahwa idividu
ini tidak hanya mengalami suatu gangguan
tunggal, tetapi mengalmi simtom-simtom dari berbagai macam gangguan. Dengan
kata lain, individu kelihatannya secara serentak berada di pinggir gangguan
suasana hati, skizofrenia, dan sejumlah gangguan kepribadian lainnya, serta
memperlihatkan simtom-simtom yang ringan dari masing-masing gangguan ini.
GANGGUAN-GANGGUAN SIFAT
KEPRIBADIAN
Sifat (trait) adalah cara tetap
digunakan individu dalam mengadakan respons terhadap orang lain atau
situasi-situasi yang melingkupinya. Misalnya, seorang individu dengan
sifat permusuhan pada umunya akan
mengadakan respons terhadap orang lain dangan cara menentang, memberontak, atau
suka membantah dan invidu dengan kompulsivitas akan tertib dan teratur,
metodis, dan kurang spontan. Suatu sifat akan menyebabkan gangguan kepribadian
bila banyak kesulitan, misalnya individu dengan sifat permusuhan mungkir
mengusir orang-orang lain, dan dengan
demikian ia menjadi sendirian atau
kesepian dan mengalami depresi. Orang
yang memiliki sifat sangat kompulsif mungkin membuat perencanaan
yang menghabiskan waktu sangat banyak, tetapi ia tidak pernah melakukan sesuatu.
Orang-orang dengan gangguan sifat kepribadian
berbeda dengan orang-orang yang menderita gangguan pola kepribadian karena
manifestasi-manifestasi penyakit, kelihatannya mereka lebih tergantung pada
stres yang berasal dari lingkungan atau berasal dari dalam diri orang sendiri
(endopsikis).
Dipandang dari segi dinamika kepribadian,
gangguan sifat kepribadian mungkinn dianggap sebagai akibat fiksasi pada taraf
penyesuaian diri yang lebih dini dengan melebih-lebihkan pola-pola tingkah laku
tertentu atau sebagai akibat dari pola regresi ke taraf lebih diniini dalam
menghadapi stres. Gangguan-gangguan sifat kepribadian itu meliputi gangguan
pasif-agresif, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, gangguan kepribadian
yang menghindar , gangguann kepribadian dependen, gangguan kepribadian
historic, gangguan kepribadian narsisitik, gangguan kepribadian sedistik, dan
gangguan kepribadian yang merusak diri sendiri.
Gangguan Kepribadian
Pasif-Agresif
Karena dasaranya sama dengan psikopatologi,
maka tipe gangguan sifat gangguan sifat kepribadian ini dikelompokan sebegai
berikut: tipe pasif-dependen,
tipepasif-agresif, dan tipe agrsif.
Tipe Pasif-Dependen
Ciri khas dari tipe pasif-dependen ialah tidak
berdaya, tidak tegas, dan tergantung
pada orang lain. Apabila mereka dituntut untuk memikul tanggung jawab atau
mengambil prakarsa, mereka segera cemas
dan panik. Orang yang pasif-dependen cebderung menngadakan hubungan-hubungan
manusia secara sepihak yang tidak memuaskan bagi mereka sendiri dan orang lain.
Tipe Pasif-Agresif
Meskipun sikap pasif mereka sama dengan tipe
pasif-dependen, namun orang-orang ini memiliki pola agresi yang halus dan tak
langsung pada hubungan mereka dengan orang lain. Rasa permusuhan mereka
diungkapkan dengan cara mencibir, bersunggut-sunggut, keras kepala, tidak efisien, membuan-buang
waktu atau berlengah-lengah. Mereka sering kali menhalang-halangi kegiatan
orang lain yang berhungan dengan diri mereka dengan melawan secara pasif dengan
taktik-taktik untuk menghalang-halangi secara halus.
Tipe Agresif
Karena tingkah laku mereka ada hubungannya
dengan kepribadian-kepribadian yang emosionalnya tidak stabil dan antisocial,
maka orang-orang ini pun memperlihatkan ledakan-ledakan kejengkelan, kemarahan,
dan bertingkah laku sebagai respon
terhadap frustasi-frustasi yang sekecil apapun. Reaksi mereka dapat berbentuk
perasaan dendam yang tidak sehat atau patologik.
Gangguan Kepribadian
Obsesif-Kompulsif
Orang-orang dengan gangguann obsesif kompulsif
memiliki kebutuhan yang tinggi akan kesempurnaan, tata tertib, dan control;
kehidupan mereka dikuasai oleh sifat yang teratur dan disiapkan dengan baik.
perhatian mereka yang berlebihan terhadap hal-hal yang terinci menyebabkan
mereka tidak dapat melihat “gambaran yang luas” dan mungkin mereka meghabiskan
begitu banyak waktu pada aspek-aspek suatu masalah yang tidak berarti dan
tidak penting. Misalnya, seorang
mahasiswa yang mengalami gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang menulis
suatu makalah mungkin menggunakan waktu tanpa batas untuk mengumpulkan bahan,
menyusun bahan-bahan tersebut dalam suatu tumpukan yang rapi dan dan selalu
cemas akan masalh-masalah kecil yang menyangkut catatan-catatan kaki, tetapi
tidak pernah merumuskan dengan jelas tujuan dari makalah itu atau tidak
berusaha untuk menulisnya.
Gangguan Kepribadian Yang
Menghindar
Individu-individu yang mengalami gangguan
kepribadian yang menghindar (avoidant personaliydisorder) sangat peka
terhadap penolakan orang lain dan merasa terhina oleh penolakan itu. Karena
mereka berpikir tetang penolakan, maka individu-individu ini menghindari
hubungan dengan orang-orang lain kecuali ada jaminan bahwa mereka diterima
tanpa dicela. Mereka menginginkan
afeksi, keakraban,dan penerimaan dari orang lain, tetapi mereka menghindari
hubungan yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut karena kebutuhan
mereka yang kuat untuk mempertahankan diri terhadap penolakan.
Karena individu-individu yang mengalami
gangguan kepribadian ini tidak dapat memuaskan kebutuhan mereka akan keakraban
dan selalu merasakan seolah-olah mereka ditolak, maka mereka memilih self-concept
yang rendah, serta menderita kecemasan dan depresi. Karena menghindari diri
dari situasi-situasi sosial, maka dalam kasus-kasus yang ekstrem gangguan ini
akan berkembang menjadi fobia social.
Gangguan Kepribadian
Dependen
Individu-individu yang mengalami gangguan
kepribadian dependen membiarkan secara pasif orang-orang lain mengambil
keputusan yang penting untuk mereka. Mereka sering mudah bergaul karena mereka
tidak melakukan sesuatu yang berbahaya
bagi hubungan mereka dengan orang-orang tempat mereka bergantung untuk
mengambil keputusan-keputusan penting.
Gangguan ini leih sering kelihatan pada
wanita, dan hal ini disebabkan oleh fakta bahwa streotipe wanita secara tradisional adalah dependensi.
Penyebab gangguan ini tidak jelas, tetapi
mungkin juga disebabkan-karena
tidak adanya kepercayaan ini.
Gangguan Kepribadian
Historik
Ada tiga gangguann individu yang mengalami
gangguan kepribadian historic (histonic personality disorder). Pertama, orang seperti itu biasanya
menarik,mepesona,dan menggiurkan secara seksual. Teatpi meskipun ia berusaha
mempesona dan menggoda setiap orang, namun bila orang-orang lain mulai
bersungguh-sungguh ia mundur dengan cepat.
Kedua, individu historic ingin menjadi pusat perhatian dan sering bertindak
dalam cara-cara yang sangat dramatis dan emosional unntuk menarik perhatian
(menjerit, menangis, dan mengancam bunuh diri). Dalam kegemparan dan tragedi
yang dibangkitkannya, ia sealu memainkan peran utama dan orang-orang lain hanya
dilihat sebagai orang-orang yang menunjang peran itu.
Ketiga, walaupun memperlihatkan afek yang hebat, namun emosi dari individu
historik sangat dangkal dan emosinya
mungkin cepat sekali berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain atau
dari positif ke negatif.
Gangguan Kepribadian
Sadistik
Gangguan kepribadian sadistik adalah satu
tambahan yang baru pada daftar gangguan-gangguan kepribadian, dan digunakan
untuk orang yang memperlihatkan suatu pola yang tetap untuk bersikap kejam dan
agresif dalam respons terhadap orang-orang lain. Individu yang mengalami
gangguan ini memperoleh kesenangan dalam menyakiti atau menghina orang-orang
lain atau lebih senang melihat terhibur oleh penderitan orang-orang lain.
Gangguan Kepribadian yang
Merusak Diri Sendiri
Gangguan ini adalah suatu tambahan baru pada
daftar gangguan-gangguan kepribadian untuk individu yang menghidari atau
mengabaikan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan masuk ke dalam hubungan-hubungan atau situasi-situasi
di mana ia akan mennderita dan tidak membiarkan orang lain membantunnya. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa orang ini kelihatannya mencari kagagalan.
Gangguan ini tidak boleh dikacaukan dengan masokhisme karena dalam masokhisme individu mencari rasa sakit fisik.
GANGGUAN KEPRIBADIAN
ANTISOSIAL
Gangguan antisosial ini adalah sebutan
diagnosis untuk masalah yang akan dibicarakan dalam bagian ini, tetapi individu
yang mengalami gangguan ini biasanya disebut sebagai orang psikopat atau
sosiopat. Orang yang didagnosis sebagai orang yang mengalami gangguan
kepribadian antisosial adalah orang yang tidak memilki kematangan emosi, kurang
memiliki pertimbangan dan rasa tanggung jawab, tidak mampu menilai
akibat-akibat dari tingkah laku. Individu antisosial selalu berselisih dengan
masyarakat dan selalu berada dalam kesulitan.
Orang yang menderita gangguan kepribadian
antisosial harus memenuhi empat kriteria seperti dikemukakan dalam daftar
diatas. Ada tiga aspek diagnosis yang harus diketahui, yakni: (1) Seorang
individu harus berusia 18 tahun sebelum didagnosis sebagai orang yang menderita
gangguan kepribadian antisosial karena kita yakin bahwa individu pada usia
tersebut memiliki peluang untuk
mempelajari apa itu tingkah laku yang tidak tepat; (2) Tingkah laku delinkuen
(bersifat selalu melanggar aturan) atau criminal memainkan peran yang sangat
penting dalam menetukan diagnosis.
Simtom
Simtom-simtom
gangguan kepribadian antisosial dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok , yakni simtom suasana hati, simtom kognitif, dan simtom motor.
Simtom Suasana Hati
Simtom pertama yang sangat penting
dalam gangguan kepribadian antisosial adalah tidak ada kecemasan atau rasa
bersalah. Orang yang sering mengalami gangguan kepribadian sosial sering
disebut orang yang tidak memilki suasana hati.
Simtom kedua ialah orang yang mengalami
gangguan kepribadian antisosial iedonistis (mencari kesenangan). Dalam
berbagai banyak kasus, orang ini tidak mampu dan tidak rela menunda kepuasan
kebutuhan-kebutuhannya, dengan akibat ia bertindak impulsive.
Simtom ketiga adalah kedangkalan
perasaan-perasaan dan tidak ada cinta
emosional terhadap orang lain.
Simtom
Kognitif
Sesuatu yang penting diketahui adalah orang
yang mengalami gangguan kepribadian kelihtan sangat cerdas, memiliki
ketrampilan verbal dan social yang berkembang dengan baik dan memiliki
kemampuan untuk merasionalisasikan tingkah laku yang tidak tepat sehingga
kelihatannya masuk akal dan dapat
dibenarkan. Kebanyakan orang yang mengalami gangguan kepribadian
antisosial juga keliihatannyya tidak mampu
menikmati keuntungan dari hukuman. Bila
mereka dihukum, maka hukumannya itu tidak berpengaruh sedikitpun
terhadap mereka meskipun hukuman sangat berat.
Simtom
Motor
Kerena orang yang mengalami gangguan
antisosial tidak cemas, maka ia bertingkah laku impulsive. Suatu halyang
menarik ialah tingkah lakunya mencari sensasi yang tinggi. orang dengan
gangguan kepribadian ini melakukan kegiatan-kegiatan yang berbahaya hanya unutk
sensasi. Apabila ia menggunakan obat, maka
obat tersebut hanya berfungsi sebagai obat stimulan bukan sebagai obat
penenang.
Penyebab
Telah dikemukakan tiga pendekatan untuk
menjelaskan penyebab dari gangguan kepribadiaan antisosial, yakni pendekatan
psikodinamik, pendekatan belajar, dan pendekatan fisiologis.
Pendekatan
Psikodinamik
Pendekatan psikodinamik tradisional memberikan
dua penjelasan mengenai gangguan kepribadian antisosial. Pertama, dengan
menggunakan pendekatan structural dari Freud terhadap kepribadian. Orang yang mengalami gangguan kepribadian
antisosial adalah kurang cemas dan merasa bersalah karena ia tidak
mengembangkan superego yang kuat. Kedua,
penjelasan psikoanalisis tentang
gangguan kepribadian antisosial bertolak dari pendekatan Freud terhadap kepribadian yang mengemukakan bahwa tingkah laku impulsif,
hedonistis, serta kekanak-kanakan yang diperlihatkan oleh orang yang menderita
gangguan kepribadian antisosial terjadi
karena ia telah melekat pada
tahap awal perkembangan psikoseksual.
Pendekatan
Belajar
Para ahli teori belajar mengemukakan dua
penjelasan mengenai gangguan antisosial, yakni teori kekurangan dalam pengkodisian kalsik dan teori penghindaran
kecemasan yang terkodisi secara operan.
Teori kekurangan dalam pengkodisian klasik.
Teori ini dimulai dengan gagasan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang
terkodisi secara klaisik, dan orang yang menderita gangguan kepribadian
antisosial kurang merasa cemas karena kemampuannya untuk mengembangkan
respon-respon yang terkondinisi secara klasik kurang (lemah). Apabila kita
mengasumsikan bahwa sekurang-kurangnya suatu tingkah laku antisosial disebabkan
oleh gangguan kepribadian antisosial, maka diharapkan bahwa subjek yang
melakukan akan mempelihatkan pengkondisan klasik yang kurang dari pada yang tidak melakukan tingkah laku sosial.
Teori penghindaran kecemasan yang terkondisi
secara spontan. Teori ini mulai dengan dalil bahwa selama masa kanak-kanak yang
normal, anak-anak dihukum karena tingkah laku yang buruk dan dalam usaha untuk
menghindari hukuman dab kecemasan yang berkaitan dengan hukuman itu ,
anak=anak berhenti untuk bertingkah laku buruk dan kemudian bertingkah
laku dengan tepat.
Pendekatan Fisiologis
Teori ini mengemukakan bahwa orang-orang yang
menderita gangguan kepribadian antisosial
disebabkan oleh “rangsangan neurologis yang kurang” (meurological
underarousal). Rangsangan neurologis yang kurang digunakan untuk
menjelaskan kecemasan yang relatif kurang yang kelihatan pada orang yang
mengalami gangguan tersebut.
Rangsangan elektrokortikal, mengacu pada
tingkat-tingkat aktifitas listrik pada otak dan aktivitas ini diukur dengan
rekaman EEG (electroencephalogram).
Pendekatan Psikodinamik
Teori psikodinamik tentang gangguan
kepribadian antisosial mengemukakan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan
kepribadian antisosial tidak memiliki figur-figur orang tua yang penuh kasih
saying dan yang bertingkah laku yang tepat dapat dipelajari. Degan demikian,
para terapis yang berorientasi pada pendekatan psikodinamik beruusaha
memberikan figur-figur orang tua yang sportif, kuat, dan bertingkah laku yang
tepat untuk pasien-pasien mereka yang mengalami gangguan kepribadian
antisosial.
Pendekatan
Belajar
Teori belajar mengemukakan bahwa orang-orang
yang mengalami gangguan kepribadian antisosial kurang mampu mengembangkan
respons-respons kecemasan yang terkondisi secara klasik dan dengan demikian
tidak belajar menghindari tingkah laku-tingkah laku yang tidak tepat.
Pendekatan
Fisiologis
Teori fisiologis mengemukakan bahwa gangguan
kepribadian antisosial terjadi karena korteks kurang terangsang (cortical
underarousal) sehingga orang-orang yang menngalami gangguan kepribadian
antisosial tidak mengkondisikan dengan baik dan sering melakukan tingkah laku
yang tidak tepat untuk menigkatkan rangsangan.
GANGGUAN-GANGGUAN SEKSUAL
Gangguan-gangguan dalam bidang seks biasanya
tidak melemahkan atau melumpuhkan seperti yang terjadi pda kecemasan, depresi,
dan skizofrenia. Karena itu, gangguan ini sering dilihat sebagai
gangguan-gangguan yang kurang berat. Dalam beberapa bentuk gangguan itu
terlihat bahwa kepuasan seksual yang diperoleh dengan vara-caara dan
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dari persetubuhan yang wajar merupakan
satu-satunya bentuk kegiatan seks yang lebih disukai. Gangguan-gangguan ini
dapat sangat mengganggu karena pegaruh yang ditimbulkannya terhadap orang lain.
Individu-individu dikategorikan sebagai orang-orang yang mengalami
gangguan-gangguan seksual kalau gangguan-gangguan tersebut bukanlah simtom dari
sindrom-sindrom yang lebih luas, misalnya skizofrenia dan reakasi-reaksi
obsesif. Pola-pola gangguan-gangguan
seksual disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan dan jarang sekali sebagai
akibat dari cacat-cacat konnstitusional saja. Gangguan-gangguan seksual yang
terpenting adalah homoseksual, parafilia, difungsi seksual, dan gangguan identitas
gender.
Homoseksual
Tingkah laku homoseksual adalah kegiatan
seksual dengan mitra sesame jenis. Dalam
membicaarakan masalah homoseksual harus
diperhatikan bahwa tidak ada dikotomi yang sederhana mengenai orang yang
homoseksual dan heteroseksual. Kinsey melaporkan bahwa 37% pria dan 25% wanita
telah melakukan kegiatan homoseksual sampai pada titik orgasme setelah
memulainya pada masa adolesen. Tetapi,
hanya 4% dari anak laki-laki melaporkan hubungan yang benar-benar homoseksual.
Penyebab
Tidak ada penyebab khusus tingkah laku
homosksual. Banyak faktor sebagai penyebabnya da kepentingannya yang relatif
sangat berbeda-beda juga.
Pendekatan fisiologis, dalam tunuh manusia
terdapat hormon-hormon pria dan wanita keseimbangan yang relatif antara
hormone-hormon tersebut merupakan faktor penunjang kadar maskulinitas atau
feminimitas dari individu.
Faktor psikologis. Perkembangan psikoseksual
normal menyebabkan penyesuaian diri yang heteroseksual tergantung pada pola
yang berlangsung lama dari hubungan emosional yang efektif, terutama diperoleh
dalam kalangan keluarga tetapi juga dalam hubungan di luar keluarga. Tipe
pengalaman-pengalaman emosional yang berikut ini telah dikaitkan dengan
homoseksualitas.
·
Pengalaman
homoseksual pada usia dini menyenangkan karena godaan dari orang yang
berpengalaman atau karena turut serta secara sukarela untuk sekedar ingin
mengetahui.
·
Identifikasi
silang. Merupakan identifikasi dengan salah satu orang tua yang tidak sejenis.
Hubungan orang tua-anak yang meneruskan hubungan kasih sayang (afektif) yang
akrab antara ibu dab anak pria atau antara
ayah dan anak gadis sesudah bertahun-tahun kehidaupan awal menguatkan
ikatan emosional dan sering merintangi anak untuk menerima peranan hidup yang
sesuai dengan jenis kelaminnya.
·
Ketakutan
akan kastrasi. Ini merupakan pusat dari teori psikoanalitik yang menjelaskan
homoseksualitas sebagai pertahanan ego terhadap ketakutan akan kastrasi.
Fenichel melaporkan bahwa kecemasan akan kastrasi menyebabkan homoseksualitas
bisa muncul dengan dua cara: (a) Penemuan adanya orang-orang tanpa penis oleh anak pria yang masih kecil; (b)
Genitalia wanita sebagai akibat dari fantasi-fantasi masa lampau dan ancaman
akan kantrasi munngkin dilihat sebagai alat untuk kastrasi yang membahayakan
penis.
·
Membangkitkan
kembali fantasi-fantasi Oedipal. Teori ini juga telah diberikan oleh para
peneliti yang berorientasi psikoanalitik dan dilihat sebagai penyebab
homoseksualitas pada inidividu-individu tertentu.
·
Faktor-faktor
psikologis lain. Ada juga faktor-faktor lain yang menyebabkan tingkah laku
homoseksual, yang mungkin sekali merupakan akibat-akibat samping faktor-faktor
yang sudah dibicarakan.
Simtom. Homoseksualitas bisa diungkapkan dalm
bermacam-macam bentuk: saling mengadakan maturbasi, memasukan alat kelamin mitranya (penis) ke
dalam mulut dan menggunakan bibir, lidah,dan mulut unutk menggelitik (oral
eroticism;oral = segala sesuatu yang
berkaitan dengan mulut), stimulus oral pada penis/zakar (fellatio;fellare
= menghisap), stimulus oral pada vagina (cunninilingus;cunnus = vulva;lingquere
= menjilat). Cara lain adalah bergantian melekukan persetubuhan melalui
dubur, dan ini disebut sodomi/analisme seks,
atau analeroticism (anal = segala sesuatu yang berhubungan dengan
anus atau dubur). Bisa juga persetubuhan
dilakukan dengan jalan interfemoral coitus, yakni memanipulasikan zakar di
sela-sela antara kedua paha.
Perawatan
Psikoterapi sangat efektif dalam merawat
orang-orang homoseksualjika mereka benar-benar ingin mengatasi masalahnya. Mereka yang puas hidup sebagai orang-orang
homoseksual tidak begitu tertarik akan terapi .
Parafilia
Pada
umumnya parafilia dilihat sebagai cara yang menyimpang untuk memuaskan dorongan
seksual. Istilah parafilia berasal dari kata “para” yang berarti “menyimpang”
dan “filia” yang berarti “cinta” atau “daya tarik” (attraction). Simton-simton
utama parafilia antara lain dorongan, fantasi, dan rangsangan seksual yang
terjadi berulang-ulang dan ada kaitannya dengan :
- objek-objek yang bukan manusia
- menyakiti diri sendiri atau menghina mitra
sendiri
- individu-individu yang tidak diperbolehkan
menurut hukum
Kita tidak
mengetahui sejauhmana meluasnya parafilia itu karena tingkah laku-tingkah laku
yang berkaitan dengan gejala tersebut bersifat privat dan sering dilakukan
tanpa seorang mitra. Atau juga parafilia itu dilakukan dengan seorang mitra,
tapi tidak melaporkan tingkah laku tersebut. Dalam beberapa kasus, mitra
tersebut bahkan tidak menyadari bahwa rangsangan / dorongan seksual dari
individu yang lain itu disebabkan oleh parafilia. Misalnya :
seorang wanita yang mengadakan
hubungan seksual dengan seorang wanita mungkin tidak menyadari bahwa rangsangan
/ dorongan seksual tersebut disebabkan oleh pakaian atau fantasi-fantasi untuk
menyakiti pria dan bukan oleh diri atau tubuh wanita tersebut.
Pada umumnya
parafilia lebih banyak ditemukan pada para pria, kecuali masokhisme seksual
yang lebih banyak ditemukan pada para wanita (American Psychiatric Association,
1987:281). Tetapi mengingat sifat dari gangguan tersebut sangat privat dan larangan
masyarakat untuk melaporkannya, maka tidak mungkin menarik kesimpulan yang
pasti mengenai jumlah orang-orang yang mengalami gangguan tersebut dan
penyebarannya pada penduduk.
Gangguan
seksual yang termasuk dalam kelompok parafilia konvensional antara lain
fetishisme, fetishisme transvestis, pedofilia, eksibisionisme, voyeurisme,
frottage, sadisme seksual, dan masokhisme seksual.
- Fetishisme adalah gejala dimana dorongan
seks itu selalu diarahkan pada benda yang dipakai atau berhubungan dengan
jenis seks lain yang dicintai.
·
Objek-objek itu bisa berupa bagian
tubuh, pakaian, atau benda-benda lain yang tak bernyawa
·
Objek-objek fetish yang paling lazim
: pakaian dalam, rambut, sapu tangan, bra, parfum dan bagian-bagian tubuh
seperti kaki, payudara atau telinga
·
Benda-benda tak bernyawa itu dipuja
sebagai simbol seks atau jimat yang disanjung-sanjung serta dihormati secara
patologik dan dicintai secara berlebihan
·
Biasanya benda-benda tersebut berasal
dari seorang kekasih (yang sudah meninggal atau yang sudah meninggalkannya
·
Untuk mendapatkan benda-benda
tersebut mungkin orang-orang yang mengalami gangguan tersebut melakukan
tindakan kejahatan seperti menyerang dengan tiba-tiba dan mencuri
·
Setelah melepaskan nafsu seksual,
benda-benda itu mungkin disimpan atau dibuang
·
Ekspresi fetishisme ditampilkan
dengan cara membelai-belai, melihat-lihat, menciuminya, atau dipakai sebagai
alat melakukan masturbasi
·
Fetishisme banyak terdapat pada kaum
pria
·
Yang erat hubungannya dengan
fetishisme adalah kleptomania (dorongan kuat untuk mencuri) dan pyromania
(dorongan kuat untuk membakar dimana motif utamanya adalah kepuasan seksual
- Fetishisme Transvestis
·
Transvestis (trans = melampaui,
lintang, di seberang lain; vestis = pakaian) atau cross-dressing adalah gejala
nafsu yang patologik untuk memakai pakaian dari orang yang tidak sejenis (lawan
seks)
·
Seseorang mendapatkan kepuasan seks
dengan jalan memakai pakaian dari orang yang tidak sejenis. Jadi, anak
laki-laki / laki-laki dewasa lebih suka memakai pakaian wanita dan anak perempuan
/ perempuan dewasa lebih suka memakai pakaian pria
·
Cross-dressing dapat berupa hanya
mengenakan salah satu bahan yang dipakai oleh wanita / mengenakan pakaian
lengkap wanita dan menampilkan diri seperti seorang wanita di depan umum
·
Dalam beberapa kasus, cross-dressing
adalah sangat efektif sehingga orang sulit membedakan pria yang mengenakan
pakaian wanita itu dari seorang wanita. Tetapi tujuannya bukan untuk mencari
pengalaman, tetapi untuk mencapai rangsangan seksual
·
Pria yang menderita gangguan fetishisme
transvestis sering mengadakan masturbasi pada waktu mengenakan pakaian wanita
dan berfantasi mengenai pria lain yang tertarik kepadanya pada waktu ia
mengenakan pakaian itu
·
Orang homoseksual mungkin mengenakan
pakaian wanita, tetapi tujuannya tidak untuk memperoleh kenikmatan seksual dari
pakaian yang dikenakan itu melainkan hanya untuk memikat pria lain, maka ia
tidak didiagnosis sebagai orang yang menderita gangguan fetishisme transvestis.
Demikian pula dengan wanita
- Pedofilia (pais, paios = anak; phileo =
mencintai) merupakan penyimpangan seksual dimana orang dewasa (pria atau
wanita) mencari kepuasan seksual dengan anak-anak kecil (anak-anak
praremaja).
·
Hubungan seperti itu bisa
heteroseksual dan homoseksual
·
Praktek pedofilia ini bisa berupa :
1)
Perbuatan eksibisionistik dengan
memperlihatkan alat kelamin sendiri kepada anak-anak
2)
Memanipulasi tubuh anak-anak
(membelai-belai, mencium, menimang, dsb)
3)
Melakukan persetubuhan dengan
anak-anak
·
Pada percobaan melakukan
persetubuhan, anak mungkin mengalami luka fisik dan mengalami trauma psikis
jika orang yang akan melakukannya menggunakan kekerasan
·
Bentuk penyimpangan ini dipandang
sebagai kejahatan yang sangat mengerikan dan biasanya dihukum penjara tanpa
diberi perawatan
·
Sebagian besar pelaku pedofilia ialah
pria
- Eksibisionisme ialah kepuasan seksual yang
diperoleh dengan memperlihatkan alat kelamin atau bagian tubuh yang lain,
biasanya kepada orang-orang yang tidak sejenis atau kepada anak-anak
kecil.
·
Eksibisionisme (to exhibit =
mempertontonkan, mempertunjukkan; exhibiton = tontonan, pertunjukkan)
·
Kegiatan tersebut sering dilakukan di
tempat umum atau setengah umum seperti kereta api, taman, perpustakaan, halaman
sekolah, bus, opelet, bioskop maupun jalan raya
·
Sifat regresif penyimpangan ini
umumnya terjadi di kalangan anak-anak (baik pria maupun wanita)
·
Kebanyakan yang melakukan
penyimpangan ini adalah kalangan pria dewasa
·
Seorang eksibisionis bisa menikah,
tetapi relasi seksnya tidak memuaskan karena kehidupan seksualnya tidak baik
dan banyak mengalami gangguan batin
·
Untuk penyembuhannya seorang
eksibisionis memerluka bimbingan psikoterapi yang intensif dan cukup lama
- Voyeurisme (voyeur = mengintip, mengintai;
to peep = mengintip, mengintai) ialah gejala pada seseorang yang
mendapatkan kepuasan seks dengan jalan diam-diam melihat orang telanjang
melalui lubang angin, lubang kunci, dll. Atau juga dengan membuat lubang
di tembok, pintu WC, kamar ganti pakaian dll untuk mengintip orang
telanjang atau orang bersetubuh
·
Penyimpangan ini disebut juga dengan
skopofilia atau inspeksionisme
·
“tukang-tukang intip” termasuk
kategori ini dan mungkin juga melakukan masturbasi pada waktu memandang
·
Kepopuleran pertunjukkan tari
telanjang dan gambar-gambar porno menunjukkan tersebarnya kebutuhan-kebutuhan
voyeuristis
·
Perbandingan voyeurisme antara pria
dan wanita ialah 9 : 1, sebab biasanya wanita tidak senang melihat kegiatan
seksual dan gambar-gambar / film-film porno dan mengecamnya ats pertimbangan
sosial, moral dan estetis
- Frottage (frotase; frotter, bahasa Prancis =
menggesek-gesek, mengurut-urut, memijit-mijit, meraba-raba) ialah gejala
seseorang mendapatkan kepuasan seks dengan meraba-raba orang lain yang
disenangi, biasanya tanpa sepengetahuan orang yang bersangkutan
(korbannya)
·
Biasanya dilakukan oleh seseorang
yang sangat pemalu dan tidak mempunyai keberanian sama sekali untuk mengadakan
persetubuhan
·
Dirinya selalu dicekam oleh perasaan
rendah diri, malu dan tidak berdaya
- Sadisme seksual dan masokhisme seksual
·
Algolacni (algos = penderitaan,
menyakitkan badan; lagneia = persetubuhan) adalah perbuatan untuk mendapat
kepuasan seks dengan cara memberi penderitaan / memperoleh penderitaan
·
Bila tidak merasakan kepuasan seks
dengan relasi heteroseksual yang biasa dan mendapatkan kepuasan seks serta
orgasme dengan cara menyiksa mitra seksnya secara fisik dan psikologis, maka
perbuatan itu dinamakan sadisme
·
Perbuatan sadistik dalam persetubuhan
: memukuli mitranya, menampar, menggigit, mencekik, menoreh-noreh mitranya
dengan pisau, menyayat-nyayat payudara dan perut mitranya dengan benda tajam,
melontarkan kata-kata kotor dan sarkastis, mengancam, membentak, bahkan sampai
pada pembunuhan
·
Hal-hal tersebut dilakukan hanya
uintuk mendapatkan kepuasan seks dan untuk mendapatkan orgasme
·
Biasanya semua dilakukan dengan
kondisi jiwa yang psikotik / kejiwaan yang abnormal
·
Ada semacam obsesi yang sangat kuat
yang merasa ditolak oleh wanita sekaligus dibarengi oleh rasa agresif, dendam,
dan benci yang hebat yang diungkapkan dalam perbuatan sadisme seksual
·
Masokhisme merupakan bentuk lain dari
algolacni, dan lawan dari sadisme
·
Masokhisme adalah dorongan untuk
menyakiti diri sendiri yang sifatnya patologik
·
Sadisme lebih banyak terdapat pada
pria, masokhisme banyak terdapat pada perempuan
·
Pada gejala masokhisme yang ekstrem
terdapat dorongan-dorongan yang kuat untuk memusnahkan diri sendiri (bunuh
diri) disertai dengan kompulsi-kompulsi
·
Masokhisme morak banyak dibarengi
dengan unsur-unsur rasa bersalah dan berdosa besar
·
Ada juga gejala yang berupa kesediaan
untuk tunduk secara erotik dan secara mutlak kepadan mitra seksnya, yang
disebut dengan masokhisme erotik
·
Atribut masokhisme erotik ialah
bersedia menderita kesakitan hebat demi cintanya
Yang sangat
mencolok pada manifestasi homoseksualitas dan lesbianisme ialah kedua mitra itu
selalu bergantian peranan. Mereka secara
bergantian memainkan peranan pria dan wanita. Seorang berperan sebagai pria
yang bersikap aktif dan sadistik (didorong oleh keinginan menuntuk hak untuk
menjadi pria / keinginan untuk diakui kejantanannya sebagai pria sejati),
mitranya yang berlaku sebagai wanita bersikap pasif masokhistik feminin
(didorong oleh rasa kecintaan dan kesetiaan untuk menderita lahir dan batin
demi objek cintanya). Peranan yang berganti-ganti sebagai pria dan wanita para
waktu melakukan persetubuhan disebut “sadomasokhisme (sadis; masokhis)”. Baik
pada homoseks maupun lesbian, sebab utama dari pola tingkah laku relasi seksual
abnormal ialah rasa tidak puas dalam relasi heteroseksual.
Parafilia-parafilia yang tidak diatur secara khusus
Kelompok
parafilia ini terdiri dari aktivitas dan sebutan yang beraneka ragam dan
kebanyakan diantaranya tidak dapat dipahami dengan baik.
- Bestialitas ialah penyimpangan seksual
dimana seseorang mendapatkan kepuasan seksual dengan melakukan
persetubuhan dengan binatang (bestia = binatang).
·
Biasanya terjadi di medan-medan
pertempuran / peperangan dan di desa-desa terpencil karena tidak ada banyak
wanita
·
Pada umunya kaum pria yang dibesarkan
di daerah peternakan melakukan relasi seks dengan binatang dan dengan tersebut
bisa menikmati orgasme
·
Kinsey melaporkan bahwa orgasxme
melalui relasi seks dengan binatang pada pria (kira-kira 17%) yang dibesarkan
di daerah pertanian
·
Bestialitas yang menetap biasanya
sebagai subtitusi karena pria yang bersangkutan takut mengalami kegagalan dan
kekecewaan dalam bersetubuh dengan wanita
- Troilisme / triolisme / group sex
·
Troilisme (troi = tiga; trio bertiga)
: gejala seseorang yang melakukan persetubuhan dengan mitra seksnya dengan cara
mengikutsertakan orang lain untuk menonton dirinya
·
Biasanya ada 2 pasang sehingga bisa
saling menonton
·
Orang-orang troilis mempunyai
kehidupan seks yang tidak adekuat, tidak dewasa
·
Mereka baru bisa melakukan
persetubuhan jika bisa membagikan pengalamannya dengan orang lain
·
Troilisme lebih banyak terdapat pada
kaum pria daripada kaum wanita
·
Kurang adanya kepercayaan diri pada
kemampuan seksual pria tadi menimbulkan mekanisme kompensasi untuk
memperlihatkan / mempertontonkan kemampuan / keunggulan seksnya pada orang lain
- Geronto-seksualitas (geroon, gerontos = tua
renta) adalah gejala seorang pemuda atau pemudi yang lebih senang
melakukan hubungan seks dengan wanita atau pria tua yang sudah berusia
lanjut.
·
Biasanya aktivitas ini dilakukan
dengan motivasi pertimbangan ekonomis sehingga pemuda / pemudi tersebut
bersedia kawin dengan orang yang jauh lebih tua usianya daripada dirinya
sendiri
·
Maka hal itu berindikasi dorongan /
keinginan seks sebagai substitusi dari cinta kasih terhadap orang tuanya (a
parent subtitute)
- Incest (incestum, in/non = tidak; castus =
suci, bersih; incest = penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang
sifatnya tidak suci) ialah hubungan seks diantara pria dan wanita di dalam
/ di luar ikatan perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan
kekerabatan / keturunan yang dekat sekali.
·
Secara legal dan biologis mereka
tidak diizinkan melakukan pernikahan dan persetubuhan
·
Hal ini banyak terjadi di kalangan
rakyat dari tingkat sosial ekonomis yang sangat rendah dan pada orang keturunan
darah campuran serta kalangan bangsawan maupun hartawan, untuk menjamin supaya
harta kekayaan tetap terpusat dalam lingkungan keturunan
·
Contoh : ayah – anak perempuan, kakak
– adik, ibu – anak pria, dll
·
Perbuatan incest ini juga disebut
sebagai peristiwa “penodaan darah”
·
Hasil dari incest ini ialah sering
kali melahirkan anak-anak yang cacat jasmaniah dan rohaniahnya
- Saliroma adalah gejala pria yang mendapatkan
kepuasan seks dengan jalan mengotori / menodai badan dan pakaian wanita /
barang-barang yang ada hubungannya dengan kaum wanita.
·
Biasanya orang tersebut dihinggapi
oleh rasa benci, dendam dan kompulsi-kompulsi tertentu yang dilampiaskan dengan
jalan secara simbolis menodai / mengotori tubuh wanita / patung wanita dengan
telur busuk, tinta, cat, ter, tahi dsbg
- Misofilia, koprofilia, urofilia (miseo,
misein = benci, kotoran; kopron = benda buang, tahi, najis; ouron = air
kencing, kemih, air seni) adalah gejala dimana seseorang senang melakukan
persetubuhan dibarengi dengan kesenangan pada kotoran-kotoran (hal-hal
yang jorok), tahi dan air kencing.
·
Sebabnya : sejak kecil individu itu
sudah mengembangkan pola asosiasi yang salah diantara seksualitas dengan
dosa-dosa dan kotoran-kotoran sehingga pola kaitan antara persetubuhan dan
hal-hal yang jorok itu menjadi tingkah laku yang menetap
·
Koprofilia sering terdapat pada pria,
urofilia banyak terdapat pada kaum wanita
- Tukar istri / wifeswapping (swap = bertukar,
berganti)
·
Biasanya dilakukan oleh para anggota
dari satu Klub Kunci (Sleutel Club)
·
Kunci-kunci kamar beserta isinya
yakni istri masing-masing di undi, lalu masing-masing orang melakukan relasi
seks dengan wanita penghuni kamar dengan kunci yang diperoleh itu
·
Sebab-sebab :
1)
Kebosanan dalam perkawinan
2)
Ingin mendapatkan petualangan
pengalaman seksual dengan macam-macam pria atau wanita, serta ingin mendapatkan
variasi seks dan kegairahan seks dalam bentuk lain
3)
Ketidakserasian kepribadian
·
Peristiwa tersebut berlangsung dengan
persetujuan semua pihak, namun praktek tersebut disebut sebagai promiskuitet
dan sering menggoncangkan / membahayakan kestabilan perkawinan
- Promiskuitet adalah hubungan seks secara
bebas dengan siapapun juga dan dilakukan dengan banyak orang
·
Perbuatan tersebut merupakan tindakan
seksual yang tidak bermoral secara terang-terangan dan tanpa malu-malu
·
Biasanya didorong oleh nafsu-nafsu
seks yang tidak terintegrasi, tidak matang (tidak dewasa) dan tidak wajar
·
Penganut-penganutnya menuntut adanya
kebebasan seks secara ekstrem dalam iklim cinta bebas dan seks bebas
·
Dengan jalan tersebut, orang-orang
ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman seksual yang intensif dan eksesif tanpa
dibatasi oleh norma-norma sosial atau tabu-tabu agama yang mengatur kebebasan
manusia dalam relasi seksnya
·
Wanita yang melakukan promiskuitet =
amatrice
·
Pria yang melakukan promiskuitet =
amateur / don juan
·
Emosi mereka sangat tidak stabil, dan
fungsi intelektual dan relasi sosialnya tidak dewasa
·
Oleh relasi seks yang eksesif, mereka
justru tidak mampu menghayati kepuasan seks yang sebenarnya, sebab mereka
menjadi budak dari dorongan seks yang tidak terkendali
·
Mereka akan menjadi pecandu seks yang
tidak puas-puasnya dan tidak pernah bisa menghayati kebahagiaan dalam relasi
seksual. Mereka juga tidak bisa menikmati keindahan persetubuhan dan kehidupan
erotik yang sejati
·
Serta mengakibatkan mental yang labil
dan menumbuhkan sikap yang tidak bertanggung jawab
- Perzinahan ialah relasi seksual diantara
pria yang sudah kawin dengan wanita yang bukan mitra legal (istri orang
lain, gadis / janda binal).
·
Hal ini menyebabkan perceraian dalam
rumah tangga
·
Perzinahan yang dilakukan oleh
seorang istri umumnya bersifat serius dan bisa lebih membahayakan perkawinannya
jika dibandingkan dengan perzinahan yang dilakukan oleh seorang suami. Sebab,
biasanya wanita itu baru mau melakukan hubungan seks dengan pria lain (diluar
suaminya) bila ia menaruh rasa cinta, jadi ada relasi emosional atau afektif
yang kuat
·
Sedangkan perzinahan pada pria
umumnya disebabkan oleh dorongan keisengan / untuk memuaskan kepuasan seks
sesaat saja
·
Perzinahan lebih banyak terjadi dan
berlangsung secara sembunyi-sembunyi
·
Tetapi ada juga suami-istri yang
hypermodern dan bersifat radikal yang menganut seks bebas, justru suami
mengizinkan / menganjurkan istrinya melakukan perzinahan diluar perkawinan agar
istri memperoleh tambahan pengalaman dan tambahan kepuasan seks
·
Izin perzinahan tersebut sering
dijadikan alasan bagi suami untuk melakukan perzinahan denganwanita-wanita lain
- Seduksi dan perkosaan
·
Seduksi (seduire = membujuk,
menggoda) : bujukan dan godaan untuk mengajak mitranya bersetubuh, yang
sebenarnya melanggar norma susila dan melanggar hukum
·
Biasanya pihak wanita mendapat
janji-janji indah akan dikawini dan ditanggung nasibnya
·
Dalam hal ini terdapat unsur-unsur
paksaan halus dan tekanan-tekanan yang sifatnya kurang / tidak normal
·
Terlebih jika bujukan itu mengakibatkan
penyerahan diri dari pihak wanita dan mengakibatkan kehamilan
·
Perkosaan / rape ; perbuatan cabul
melakukan persetubuhan dengan kekerasan dan paksaan, yang merupakan perbuatan
kriminal yang dikecam oleh masyarakat dan bisa dituntut dengan hukuman berat
·
Perkosaan selalu didorong oleh
nafsu-nafsu seks yang sangat kuat dan dibarengi oleh emosi-emosi yang tidak
matang dan tidak adekuat, serta unsur-unsur kekejaman dan sifat sadistik
- Nekrofilia (nekros = mayat; necro = segala
sesuatu yang berhubungan dengan mayat) adalah melakukan hubungan seks dan
menikmati orgasme dengan mayat.
·
Tidak jarang terjadi pada wanita dan
anak-anak dibunuh dan sesudahnya diperkosa
·
Disebabkan oleh orang yang dihinggapi
rasa inferior yang begitu hebat karena mengalami trauma serius sehingga ia
tidak berani melakukan relasi seks dengan seorang wanita yang masih hidup
·
Biasanya dihinggapi pula oleh rasa
cemas / ketakutan dan dendam yang kronis
·
Gejala ini menjurus pada sifat
psikotik
·
Dan terkadang beberapa bagian tubuh
mayat tersebut dimakannya, sehingga terjadilah kanibalisme
- Pornografi dan dukana / obscenity
·
Pornografi ialah bacaan yang imoral,
berisikan gambar-gambar dan tulisan asusila, yang khusus dibuat untuk
merangsang nafsu seks
·
Tingkah laku pornografis : tingkah
laku yang abnormal yaitu bila seseorang lebih banyak mendapatkan kepuasan seks
dengan bacaan dan gambar-gambar yang pornografis, maka demikian selera halus
seksualnya dan sifat-sifat erotik yang wajar menipis
·
Dukana / obscenity (obscenity =
lacur, tidak senonoh) ialah pola tingkah laku, gerak gerik, perkataan-perkataan
dan ekspresi lainnya yang bersifat erotik, yang berlangsung secara tidak sopan,
jorok dan menjijikan
·
Misalnya : melakukan kontak erotik
ditempat-tempat umum secara terbuka dan mencolok
Ada 3 pendekatan
yang merupakan usaha untuk menjelaskan penyebab dan perawatan beberapa
parafilia dan tidak lengkap karena tidak mencakup untuk semua parafilia karena
ada banyak parafilia lain yang belum diketahui penyebabnya.
- Pendekatan Psikodinamik
·
Pandangan psikodinasik terhadap
sadisme seksual bertolak belakang dari pandangan Freud yang mengemukakan bahwa
ada dua insting dasar pada manusia, yakni agresi dan seks
·
Perlu diketahui juga bagwa tindakan
agresif yang sederhana seperti menggigit, sering terjadi pada saat melakukan
hubungan seksual yang normal dan digunakan sebagai bukti untuk pemindahan seks
kepada agresi
·
Meskipun pemindahan energi antara
agresi dan seks merupakan suatu proses normal, namun menurut teori psikodinamik
kemungkinan besar pemindahan itu terjadi pada individu-individu yang tidak
berada pada tahap genital dari perkembangan psikoseksual
·
Teori psikodinamik berpendapat bahwa
kejadian sadisme itu lebih tinggi di kalangan pria karena mereka memiliki kadar
agresi bawaan lebih tinggi sehingga tindakan-tindakan agresif lebih mudah
terangsang (Freud, 1905/1953)
·
Penjelasan tentang masokhisme
menimbulkan kesulitan bagi kebanyakan ahli teori psikodinamik karena Freud
mengemukakan bahwa manusia didorong oleh prinsip kenikmatan, sedangkan
masokhisme justru berusaha untuk memperoleh rasa sakit (Bieber, 1974; Freud,
1915/1955, 1925/1955)
·
Dari makalah Freud yang berjudul
Beyond the Pleasure Principle, ia mengemukakan bahwa masokhisme mungkin
merupakan manifestasi dari insting lain, yakni insting mati. Kemungkinan lain,
masokhisme merupakan usaha untuk membelokkan insting agresif itu kepada diri
sendiri. Dengan kata lain, kalau individu sangat takut untuk mengungkapkan
agresi kepada orang lain, maka agresi itu mungkin diungkapkan kepada diri
sendiri
·
Teori psikodinamik tradisional
tentang eksibisionisme dan transvestisme mengemukakan bahwa kedua parafilia itu
merupakan usaha-usaha untuk mengingkari kemungkinan kastrasi (Bak &
Stewart, 1974)
·
Gagasannya ialah pria terpaku /
melekat / mundur kembali pada tahap phalik dari perkembangan psikoseksual
dimana masalah yang dominan adalah pikiran mengenai kastrasi dan
parafilia-parafilia itu menunjukkan usaha-usaha pria untuk mengingkari
kemungkinan bahwa dia dapat dikastrasi
·
Motif yang mendasarinya ialah
individu-individu berfungsi pada tahap perkembangan psikoseksual yang tidak
matang yakni melekat / terpaku kembali pada tahap perkembangan lebih awal
·
Hasil-hasil penelitian memperlihatkan
bahwa orang-orang yang mengalami gangguan fetishisme transvestis tidak
melakukan tindakan-tindakan kriminal dibandingkan dengan orang-orang lain dan
telah ditemukan juga bahwa para eksibisionis mendapat skor normal pada semua
skala MMPI
·
Salah 1 ciri khas yang mencolok dari
orang-orang yang mengalami gangguan ini adalah dalam semua hal yang lain mereka
sangat normal
·
Perawatan dipusatkan pada usaha
membantu perkembangan emosional dan mengatasi konflik-konflik tak sadar
- Pendekatan Belajar dan Kognitif
·
Ada 2 cara pengkondisian yang dapat
menimbulkan parafilia-parafilia
·
Pertama, parafilia dapat berkembang
bila secara kebetulan rangsangan seksual berpasangan dengan suatu objek /
kegiatan tertentu, pasangan itu menyebabkan asosiasi antara hukuman dan
rangsangan seksual demikian pada masa yang akan datang apabila ia dihukum maka
ia akan mengalami rangsangan seksual. Pasangan hukuman dengan rangsangan
seksual akan menjadi dasar untuk gangguan masokhisme seksual
·
Kedua, karena rangsangan seksual
menyenangkan maka akan mencari secara aktif kegiatan-kegiatan yang memerlukan
hukuman dan menimbulkan rangsangan seksual. Kebiasaan yang terkondisi secara
operan untuk menggunakan objek atau kegiatan parafilia supaya mencapai
kenikmatan seksual akan berkembang
·
Teori belajar mengenai parafilia
menghasilkan strategi perawatan yang disebut terapi aversi yang dilakukan dengan
cara kecemasan diberi berpasangan dengan objek / kegiatan parafilia tersebut
akan menimbulkan kecemasan di samping / tanpa rangsangan seksual
·
Terapi aversi mengurangi respons
terhadap pakaian wanita tetapi bukan kepada wanita
·
Tingkat rangsangan akan menurun bila
diberi latihan tambahan
·
Terapi aversi efektif karena apabila
objek (kegiatan) parafilia dapat dibuat untuk menimbulkan kecemasan maka objek
(kegiatan) tersebut akan dihindari dan apabila objek parafilia itu dibuat untuk
menghilangkan kecemasan maka kecemasan mungkin mengganggu dan menghalangi
rangsangan seksual
·
Teori belajar kedua didasarkan pada
konsep pengondisian klasik, tapi mengemukakan bahwa untuk suatu alasan, maka
mitra seks yang tepat tidak disediakan, dengan demikian individu mengalami rangsangan
seksual / kenikmatan terhadap suatu objek yang diasosiasikan dengan mitra seks
yang diinginkan tetapi tidak ada. Teori ini, parafilia adalah suatu subtitusi
·
Tindakan-tindakan sosial yang tidak
pantas mungkin mengakibatkan kegagalan hubungan sosial / seksual dan mungkin
menyebabkan individu mencari sumber-sumber alternatif kepuasan seksual
·
Perawatannya membantu supaya orang
yang menderita gangguan parafilia itu mencapai secara psikologis anggota yang
tidak sejenis, biasanya dicapai dengan suatu bentuk keterampilan sosial yang
akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan sosial
·
Latihan relaksasi digunakan untuk
mereduksikan kecemasan yang diasosiasikan dengan anggota yang tidak sejenis
- Pendekatan Fisiologis
·
Teori yang sangat populer adalah
“dorongan seks yang tinggi menyebabkan parafilia”
·
Pria yang mengalami gangguan
parafilia memiliki tingkat hormon testoteron yang lebih tinggi daripada yang
normal
·
Dorongan yang sangat tinggi
bagaimanapun juga akan meluap kepada tingkah laku seksual yang tidak tepat /
mendorong individu kepada tingkah laku abnormal
·
Mengurangi dorongan tersebut dengan
cara pembedahan (kastrasi) / obat akan menjadi perawatan yang efektif, tapi
tidak berarti bahwa parafilia-parafilia disebabkan oleh dorongan seks yang
tinggi
·
Ada kemungkinan juga bahwa
parafilia-parafilia disebabkan oleh dorongan seks yang diarahkan ke jurusan
yang salah
·
Pendekatan yang sangat drastis adalah
kastrasi (melakukan operasi dengan menghilangkan testikel) yang menghilangkan
sumber dari testoteron, hanya digunakan secara terbatas dan hanya untuk
orang-orang seperti para pemerkosa yang tingkah laku seksualnya menyebabkan
bahaya yang hebat bagi orang-orang lain
·
Kastrasi mengurangi dorongan seksual,
tetapi bertentangan dengan anggapan banyak orang karena kastrasi tidak harus
menghilangkan dorongan dan tingkah laku seksual
·
Akibat utama kastrasi adalah dorongan
seksual berkurang yang menyebabkan tingkah laku seksual yang tidak tepat
berkurang juga
·
Pendekatan kedua untuk mengurangi
dorongan seks adalah pemakaian obat yaitu dengan merk dagang Depo-Provera untuk
mengurangi dorongan seks pada pria dikenal dengan sebutan antiandrogen
·
Depo-Provera mengurangi dorongan seks
pria karena pelepasan hormon-hormon yang berkaitan dengan seks dikurangi
·
Akibat samping Depo-Provera ialah perasaan
mengantuk, berat badan bertambah, dan tekanan
darah meningkat, tetapi Depo-Provera tidak menghasilkan pengaruh jangka
panjang
DISFUNGSI-DISFUNGSI SEKSUAL
Gangguan
disfungsi seksual adalah tidak adanya atau tidak dapat mengadakan respons
seksual dalam suatu hal tertentu selama siklus respons seksual. Disfungsi
seksual tidak melibatkan dorongan-dorongan seksual, fantasi-fantasi / pola-pola
tingkah laku yang menyimpang / aneh. Disfungsi seksual juga tidak menimbulkan
rasa sakit bagi orang-orang lain, dan juga tidak dianggap abnormal karena biasa
terjadi. Disfungsi seksual merupakan penyebab kesulitan pribadi untuk seorang
individu dan/atau mitranya.
SIKLUS RESPONS SEKSUAL
Menurut DSM
III-R, siklus respons seksual terdiri dari 4 tahap yakni :
1)
Tahap selera seksual (appetitive
phase) : dimana individu memiliki fantasi-fantasi tentang kegiatan seksual dan
mengembangkan selera untuk kegiatan-kegiatan seksual
2)
Tahap perangsangan (excitement phase)
: yang terdiri dari kenikmatan seksual subjektif dengan perubahan-perubahan
fisiologis (yakni ereksi pada pria dan lubrikasi atau keluarnya cairan vagina
pada wanita)
3)
Tahap orgasme (orgasm phase) : puncak
dari kenikmatan seksual dan perubahan-perubahan fisiologis yang meningkat
(yakni ejakulasi pada pria dan kontraksi-kontraksi dinding vagina pada wanita)
4)
Tahap penyelesaian (resolution phase)
: terdiri dari perasaan relaks dan sejahtera
3 gangguan
disfungsi seksual ada hubungannya dengan 3 tahap siklus respons seksual, yakni
:
1)
Gangguan selera seksual ada hubungannya
dengan tahap selera seksual (appetitive phase) yakni selera seksual pada
individu tidak ada
2)
Gangguan rangsangan seksual ada
hubungannya dengan tahap perangsangan seksual (excitement phase) yakni meskipun
selera seksual ada, tapi rangsangan fisiologis tidak cukup
3)
Gangguan orgasme ada hubungannya
dengan tahap orgasme (orgasm phase) yakni tidak mencapai orgasme meskipun ada
selera dan rangsangan seksual / terjadi orgasme prematur
GANGGUAN SELERA SEKSUAL (SEXUAL DESIRE DISORDER)
DSM III-R
menyebut 2 gangguan selera seksual, yaitu :
1)
Gangguan aversi seksual : orang yang
tetap selalu menolak / enggan melakukan hubungan seksual genital dan
menghindari semua / hampir semua hubungan genital dengan mitranya. Tapi ia
mungkin menginginkan dan melakukan hubungan yang penuh kasih sayang / hubungan
seksual non genital dengan mitranya. Perasaan jijik dan menolak persetubuhan
sering merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman traumatis pada masa lampau,
seperti pemerkosaan, pelecehan seksual pada masa kanak-kanak / incest
2)
Gangguan selera seksual hipoaktif :
individu yang mengalaminya tidak jijik / menolak terhadap seks, tapi selalu
tidak memiliki selera dan fantasi seksual
Pendekatan
psikologis dibagi dalam 3 pendekatan yaitu pertama mengemukakan gangguan itu
disebabkan oleh supresi defensif terhadap selera seksual, kedua mengemukakan
bahwa gangguan selera seksual disebabkan oleh akibat-akibat dari stres, dan
yang ketiga mengemukakan bahwa gangguan selera seksual mungkin menggambarkan
suatu cara yang pasif-agresif untuk memanipulasi, menghukum, atau menanamkan
perasaan-perasaan tidak adekuat pada mitra seseorang. Psikoterapi adalah suatu
teknik yang populer untuk merawat gangguan selera seksual, tetapi hanya sedikit
saja penelitian yang terkontrol telah dilaporkan mengenai keberhasilan dari
teknik ini.
Pendekatan
lain yakni pendekatan fisiologis mengemukakan bahwa gangguan selera seksual itu
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, dan perawatannya adalah mengatur
kembali keseimbangan itu. Pandangan bahwa gangguan selera seksual disebabkan
oleh ketidakseimbangan hormon didukung oleh hasil-hasil dari dua kumpulan
penelitian, yang pertama adalah tingkat-tingkat hormon seks yang rendah ada
hubungannya dengan selera seksual yang rendah. Yang kedua bahwa apabila
hormon-hormon seks ditingkatkan, maka selera seksual juga akan meningkat.
Tingkat-tingkat hormon dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti penyakit,
usia dan latar belakang genetik, tetapi pengaruh-pengaruh eskternal perlu
diperhatikan pula seperti stres psikologis. Faktor-faktor fisiologis memainkan
peran penting dalam menentukan selera seksual pada manusia, namun jelas bahwa
faktor-faktor psikologis dapat memengaruhi faktor-faktor fisiologis.
GANGGUAN RANGSANGAN SEKSUAL (SEXUAL AROUSAL DISORDER)
Ciri
rangsangan seksual pada pria adalah ereksi (zakar tegang) dan ciri rangsangan
seksual pada wanita adalah keluarnya cairan pelicin (lubrication) dari dinding
vagina yang memungkinkan penis bisa memasuki lubang vagina. Gangguan rangsangan
seksual pada pria disebut impotensi dan gangguan rangsangan pada wanita disebut
frigiditas.
Dari
pendekatan psikologis bahwa kecemasan merupakan penyebab psikologis utama
gangguan rangsangan seksual. Perawatan untuk gangguan rangsangan seksual yang
disebabkan oleh faktor psikologis adalah usaha untuk mengurangi kecemasan
dengan menanamkan keyakinan yang lebih besar pada pasien dan dengan demikian
mengurangi pikiran-pikiran yang mengganggu rangsangan seksual. Faktor
fisiologis juga mengurangi rangsangan seksual. Rangsangan yang berkurang juga
dapat disebabkan oleh hambatan pada pembuluh-pembuluh nadi yang menyalurkan
darah ke penis atau clitor.
GANGGUAN ORGASME (ORGASM DISORDER)
Individu yang
mengalami gangguan ini memiliki selera seksual dan melakukan kegiatan seksual,
mengalami rangsangan dan mempertahankan rangsangan, tetapi tidak mengalami
orgasme, atau pada pria ia mengalami orgasme terlalu cepat. Ada 3 gangguan
orgasme yaitu :
1)
Orgasme yang terhambat pada wanita :
bila terjadi terus menerus penundaan dalam mencapai orgasme sesudah rangsangan
seksual yang adekuat
2)
Orgasme yang terhambat pada pria :
kesulitan yang terus menerus terjadi untuk mencapai orgasme sesudah suatu pola
rangsangan seksual yang normal (yakni ereksi dan peningkatan tegangan seksual)
3)
Ejakulasi prematur / ejakulasi dini :
pembuangan sperma yang terlalu dini, berlangsung sebelum zakar melakukan
penetrasi dalam vagina atau berlangsung beberapa detik sesudah penetrasi dan
individu tidak mampu menahan dorongan ejakulasi tersebut. Terjadi pada waktu
orang bersetubuh dengan mitra yang baru atau karena sangat terangsang pada
waktu mengadakan persetubuhan tetap dianggap normal. Orang dalam suatu hubungan
seksual yang baru dan orang yang lebih muda pada umumnya sangat sering
mengalami gangguan ejakulasi dini, tetapi ejakulasi dini yang terjadi terus
menerus akan menimbulkan diagnosis tentang gangguan itu
Gangguan
orgasme primer adalah gangguan dimana wanita tidak pernah mengalami orgasme
dengan cara apapun. Gangguan orgasme sekunder adalah gangguan dimana wanita
dapat mengalami orgasme dalam masturbasi tetapi bukan dalam persetubuhan.
Secara tradisional gangguan orgasme pada wanita dijelaskan sebagai akibat dari
kecemasan dan konflik tak sadar yang ada hubungannya dengan seks. Gangguan
orgasme sekunder dimana wanita dapat mengalami orgasme melalui masturbasi dan
bukan melalui persetubuhan.
Perawatan untuk gangguan orgasme primer yang
menggunakan pendekatan pendidikan atau latihan membutuhkan beberapa langkah.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah wanita perlu belajar lebih banyak
mengenai tubuhnya dan apa yang memberi kenikmatan baginya.tahap berkutnya,
wanita berkomunikasi dengan mitra seksnya kira-kira apa yang merangsangnya.
Pendidikan, eksplorasi-diri, perangsangan diri
sendiri, komunikasi dengan mitra seks, dan praktek persetubuhan merupakan
langkah-langkah yang penting dengan terapi ini. Tetapi sekarang kelihatan bahwa
kecemasan kurang penting dibandingkan dengan apa yang pernah dipikirkan, dan
dalam banyak kasus kecemasan dan tegangan interpersonal mungkin merupakan akibat
dari masalah-masalah dengan seks dan bukan penyebabnya.
Penyebab dan perawatan gangguan orgasme pada pria.
Ada banyak teori yang dikemukakan untuk
menjelaskan ejakulasi dini, antara lain :
·
Ketakutan
pada pihak wanita dan apa yang dilakukan wanita dalam persetubuhan yang
berlangsung lama.
·
Permusuhan
pada pihak pria yang menghilangkan kenikmatan seks wanita dengan mengakhiri
tindakan itu dengan segera.
·
Kecemasan
yang tinggi menyebabkan rangsangan yang tinggi
·
Tidak
mampu mepersepsikan rangsangan dengan akurat sehingga tidak dapat melakukan
kontrol.
·
Pantang
dari kegiatan seksual yang menyebabkan
rangsangan yang lebih tinggi.
·
Penis
terlalu peka yang menyebabkan rangsangan terlalu tinggi
·
Pengondisian
dalam situasi yang mendorong waktu yang singkat untuk ejakulasi.
Ejakulasi dini bisa disebabkan juga oleh rasa
tidak aman dan rasa kurang percaya diri.
Meskipun tidak memahami penyebab dari
ejakulasi dini, namun ada dua peawatan untuk masalah ini.
·
Start-stop
technique.
Teknik
ini menggunakan perangsangan penis seperti yang dilakukan pada masturbasi
sampai mencapai rangsangan yang tinggi. Kemudian perangsangan dihentikan
sebelum tingkat perangsangan mencapai titik ejakulasi. Selama stop phase,
rangsangan mereda dan kemudian prosedur itu diulangi lagi. Ini dilakukan tiga
atau empat kali sehari dan biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.
·
Start-squeeze
technique.
Sangat
mirip dengan start-stop technique, kecuali bila rangsangan tinggi,
individu memencet dengan singkat ujung penis dan bukan menghentikan rangsangan.
Apa yang dilakukan itu tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi segera mengurangi
rangsangan dan melenyapkan dorongan untuk ejakulasi.
Metode perawatan ini efektif, tetapi kita
masih tidak memahami penyebab dari rjakulasi premature atau apa sebabnya perawatan-perawatan
ini efektif untuk mengatasi gangguan itu.
Gangguan rasa sakit seksual
DSM-III R menyebut dua gangguan rasa sakit
yang berkenaan dengan seks, yakni dyspareunia dan vaginismus.
Kesakitan dyspareunia ini menurut tempatnya
bisa digolongkan sebagai berikut :
·
Pada
waktu pria mengadakan emissio (pengeluaran air mani) pihak wanita
merasakan kesakitan pada vulva atau lubang kemaluan.
·
Transudasi
(transude=keluarnya lender pelican yang kurang) yang berkurang karena
rasa takut, misalnya takut hamil, takut kena penyakit kotor, takut karena
berzinah dengan pria yang bukan suaminya sendiri.
·
Ada
rasa sakit pada pinggul bagian dalam.
Penyebab dan perawatan
Pada umumnya, orang mengenal empat macam
(bentuk) vaginismus, yakni :
·
Vaginismus
reflektif primer yang terjadi pada waktu melakukan persetubuhan pertama kali.
·
Vaginismus
reflektif sekunder yang disebabkan karena kelainan somatic atau gangguan
organic.
·
Vaginismus
psikogen primer ialah vaginismus yang terjadi pada persetubuhan pertama yang
bersumber pada sebab-sebab psikis.
·
Vaginismus
psikogen sekunder.
Perawatan dapat dilakukan dengan berbagai cara
:
·
Memberikan
penerangan dan penjelasan sebab-sebab terjadinya vaginismus dan memberikan
bimbingan psikoterapis.
·
Wanita
tersebut disuruh “mengejan” untuk menghilangkan spasme (tarikan-tarikan
kekejangan) dan kontraksi pada waktu pria melakukan penetrasi dan zakarnya.
·
Wanita
itu disuruh melakukan latihan untuk mengeluarkan flatus atau udara dari perut,
lalu menggunakan salep yang dimasukkan dengan dua jari ke dalam vagina dengan
tujuan melebarkan vagina.
·
Belajar
melebarkan vagina dengan menggunakan dilator(alat untuk melebarkan atau
memuaikan/mengembangkan).
GANGGUAN IDENTITAS GENDER
Identitas gender, sebagai suatu ciri dasar
kepribadian, adalah suatu perasaan individu tentang menjadi pria atau wanita.
Identitas gender berbeda dari prefensi seksual. Prefensi seksual adalah apakah
seseorang menginginkan mitra seks yang sejenis atau yang tidak sejenis.
Simtom utama dari gangguan identitas gender
ialah individu tetap gigih untuk tidak mengakui identitas seks fisiologisnya.
Dalam masa remaja atau dewasa, orang-orang yang mengalami gangguan ini lebih
realistic dan menyadari bahwa identifikasi seks fisiologis mereka tidak akan
berubah, tetapi mereka tetap merasa tidak senang dengan hal itu. Dalam kasus
yang lebih berat dimana individu benar-benar merasa bahwa ia adalah salah
seorang dari jenis kelamin yang berlawanan, maka di sini digunakan diagnosis
transeksualisme.
Penyebab
DSM-III R, dimana gangguan ini didaftar pada
bagian tentang “Disorders Usually First Evident in Infacy, Childhood, or
Adolescence” dan bukan pada bagian tentang “Sexual Disorder”
Gangguan itu disebabkan oleh latihan dalam
peran gender yang tidak tepat dalam awal masa kanak-kanak. Tetapi di sini
muncul pertanyaan, apakah hormone-hormon tersebut dapat juga mempengaruhi
tingkah laku sosial yang lebih halus yang pada umumnya harus dipelajari? Untuk
menguji kemungkinan tersebut, peneliti memberikan androgen (hormone jantan)
kepada sekelompok kera betina. Dengan demikian tingkah laku dari kera ini
adalah sama dengan tingkah laku yang kelihatan pada orang-orang yang mengalami
gangguan idenntitas gender.
Perawatan
Dalam usaha untuk menggulangi masalah-masalah
yang dihadapi oleh orang-orang yang mengalami gangguan identitas gender, banyak
orang yang mengalami gangguan itu mengambil peran gender yang disenangi. Orang
lain mencari pemecahan yang lebih drastis, yakni pembedahan yang disebut sex
reassignment surgery atau biasanya disebut operasi mengubah jenis kelamin.
Operasi ini dapat efektif dalam membuat orang-orang kelihatannya seperti
orang-orang adri jenis kelamin beralwanan.
Apakah operasi mengubah jenis kelamin itu
menyebabkan perbaikan penyesuaian diri dalam identitas gender?
·
Kira-kira
2/3 dari orang-orang yang menjalani operasi jenis kelamin itu melaporkan
penyesuaian diri yang membaik setelah menjalani operasi.
·
Meskipun
jumlah pria yang menjalani operasi tersebut tiga kali lebih banyak daripada
wanita, dan operasi pria menjadi wanita lebih efektif sebagai bahan kecantikan,
namun kelihatannya operasi wanita menjadi pria secara psikologis lebih efektif.
·
Kira-kira
7% dari operasi-operasi tersebut menimbulkan akibat-akibat yang buruk atau
tragis, dengan akibat-akibatnya yang sangat bervariasi.
KETERGANTUNGAN DAN PENYALAHGUNAAN ZAT
Fakta bahwa penyalahgunaan obat-obat merupakan
salah satu masalah berat yang dihadapi oleh dunia dan khususnya bangsa kita
dewasa ini. Ini adalah masalah yang harus diberikan perhatian utama.
Hal-hal yang Berhubungan dengan Ketergantungan dan
Penyalahgunaan Zat
Beberapa istilah dan batasan
Obat(drug) adalah setiap zat (bahan atua
substansi) yang jika masuk ke dalam badan organism hidup dapat mengadakan
perubahan pada satau atau lebih fungsifungsi organism tersebut.
Obat psikoaktif adalah zat yang mengubah
suasana hati individu (misalnya membuat seseorang bahagia, sedih, marah, dan
mengalami depresi), mengubah kesadaran individu terhadap lingkungan eksternal.
Bila obat itu digunakan secara periodic atau
terus-menerus, maka bisa menimbulkan ketergantungan obat (drug dependence).
Ketergantungan obat adalah dorongan yang terjadi secara periodic atau
terus-menerus unutuk menggunakan obat supaya menghindari simtom-simtom putus
obat.
Ada dua macam ketergantungan obat ;
·
Ketergantungan
Fisik (physical dependence) tidak lain daripada suatu keadaan
penyesuaian yang muncul pada penggunaan zat secara terus-menerus dan akan
terjadi gangguan fisik apabila penggunaannya dihentikan atau kadarnya
dikurangi.
·
Ketergatungan
psikis (physic or psychological dependence) adalah suatu keadaan yang
disertai dengan suatu dorongan psikis yang memaksa individu untuk memakai zat
secara periodic atau terus menerus(ketagihan).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek-efek Obat
·
Efek
Ketergantungan pada Dosis
Pertama,
tingkat dosis dapat mempengaruhi berapa banyak efek yang akan muncul. Kedua,
tingkat dosis dapat mempengaruhi tipe efek-efek yang akan terjadi.
·
Perbedaan-perbedaan
Individual
Perbedaan
individual dalam pengalaman dengan obat-obat dapat juga mempengaruhi efek dari
obat-obat. Misalnya, orang-orang yang tidak berpengalaman dalam menggunakan
marijuana tidak melaporkan efek-efek dari obat tersebut meskipun ukuran-ukuran
fisiologis menunjukkan bahwa efek-efek tersebut terjadi.
·
Efek-efek
Interaksi
Efek-efek
obat dapat berubah secara drastis bila digunakan bersama dengan obat lainya.
Misalnya, kombinasi valium dan alcohol menyebabkan tingkat sedasi fisiologis
jauh lebih besar dibadingkan efek-efek dari masing-masing obat. Hal itu sangat
berbahaya karena tingkat dari efek itu sulit diprediksi dan efek seluruhnya
dapat menyebabkan kematian.
·
Toleransi
dan Toleransi Silang
Toleransi
adalah peningkatan dosis pemakaian obat untuk memperoleh efek yang sama.
Toleransi
silang (cross-tolerance) adalah kejadian dimana penggunaan obat dari
salah satu tipe bisa menyebabkan tolerasi terhadap obat-obat lain dari tipe
tersebut.
Diagnosis Ketergantungan dan Penyalahgunaan Zat
Diagnosis pertama adalah ketergantungan zat
psikoaktif. Simtom-simtom dari gangguan ini adalah individu:
·
Tidak
bisa mengontrol penggunaan obat lain.
·
Memperlihatkan
deteriorasi tingkah laku.
·
Mengalami
somtom-simtom putus zat.
Diagnosis kedua adalah penyalahgunaan zat psikoaktif. Disini digunakan
istilah penyalahgunaan (abuse) dan bukan ketergantungan karena diagnosis
ini digunakan untuk orang-orang yang tidak tergantung pada obat, terapi yang
memperlihatkan tingkah laku maladaptive karena mereka salah menggunakan obat.
Diagnosis ketiga adalah gangguan mental organic yang disebabkan oleh
zat. Diagnosis itu digunakan bila seorang individu mengembangkan simtom-simtom
psikologis, seperti halusinasi dan delusi sesudah menggunakan obat terlalu
banyak.
Tipe-Tipe
Obat
Di Indonesia, pengelompokan obat-obat itu disingkat dengan istilah
narkoba, yakni narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, dan obat-bat
berbahaya.
Menurut UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, narkotika adalah zat
yang berasal dari tanaman baik sintetik maupun semi-sintetik yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Menurut
UU ini, narkotika dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan pada tinggi rendahnya
ketergantungan, yakni narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan. Yang
termasuk golongan I ini adalah :
·
Tanaman
papaver Somniferum L, kecuali bijinya.
·
Opium
Mentah, yakni getah
yang membeku sendiri dari buah papaver Somniverum L.
·
Opium
Masak, yang terdiri
dari ; candu, jicing, jicingko.
·
Tanaman
Koka
·
Daun
Koka
·
Kokain
Mentah
·
Kokaina
·
Tanaman
ganja
·
Heroin
Narkotika golongan II adalah nerkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang dapat mengakibatkan
ketergantungan. Jenis narkotika yang termasuk golongan II antara lain :
·
Morfin
·
Fentanil
·
Ekgonina
·
Petidina
·
Alfasetil-metadol
·
Benzetidin
·
Betametadol
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Jenis
narkotika golongan III antara lain :
·
Kodein
·
Etil
Morfin
·
Dihidrokolin
·
Dokstroproposifem.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis (bukan
narkotika) yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan tingkah
laku.
Menurut UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, psikotropika
dikelompokkan ke dalam 4 golongan berdasarkan tinggi dan rendahnya potensi yang
dapat mengakibatkan ketergantungan.
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi yang sangat kuat yang dapat mengakibatkan sidrom ketergantungan.
Yang termasuk golongan ini antara lain : MDMA/Ecstacy, N-etil MDA, MMDA
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
memiliki potensi yang kuat yang dapat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Termasuk golongan ini antara lain : sabu-sabu, Deksamfetamin,
Fenetilina, Metakualon, Metilfenidat, dll.
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
memiliki ppotensi sedang mengakibtkan sindrom ketergantungan. Termasuk
golongan III antara lain : Amorbarbital, Buprenorfin, Butalbital, Katina, dll.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta memiliki potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Termasuk
golongan ini antara lain : Diazepam (Nipam, BK, Magadon), Klorazepam,
Nitrazepam, Nordazepam, Estazolam, Klobazam, dll.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang bukan obat dan yang msuk dalam
golongan ini adalah minuman berakohol dan tembakau.
Tembakau adalah zat adiktif yang dapat mengakibatkan suatu kondisi
ketergantungan.
Obat-obat berbahaya adalah obat yang memiliki kemampuan untuk
mengakibatkan kondisi ketergantungan pada organism hidup baik mental maupun
fisik atau kedua-duanya.
Depresan
Obat-obat ini sering digunakan untuk menghilangkan stress yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah pil tidur, dan valium yang
digunakan bila kecemasan atau ketegangan otot terlalu tinggi. Ada tiga macam
zat (obat) depresan : alcohol, barbiturate, dan benzodiazepine.
Alcohol
adalah suatu zat depresan karena sesudah minum banyak orang menjadi lebih ramah
dan meluap-luap (berbicara banyak), tidak segan, dan suara tinggi-keras.
Barbiturate
mereduksi rangsangan dan merupakan obat penenang yang pertama. Pada tingkat
yang rendah, barbiturate mengakibatkan relaksasi, pusing, dan hilangnya
koordinasi motor. Dosis-dosis yang sangat tinggi, individu dapat bersemangat,
giat, dan kemudian disusul dengan relaksasi dan tidur.
Benzodiazepine
adalah obat penenang generasi terbaru. Obat-obat yang terkenal dari tipe ini
adalah valium(diazepam), Miltown(meprobamat), dan Librium(kolodiazepoksid).
Efeknya adalah lebih khusus untuk kecemasan daripada barbiturate, tetapi
keduanya juga berfungsi untuk mereduksi ketegangan otot.
Pengakuan Freud mengenai kualitas-kualits
penahan rasa sakit dari kokain membuka jalan untuk mrnggunakan kokain sebagai
obat bius lokal. Freud kemudian mengubah pandanganya terhadap kokain setelah
dia mempelajari bahwa koakain menyebabaka kecanduan. Orang-orang lain yang
terkenal pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang juga mendukung
penggunaan kokain adalah H.G Wells, Thomas Edison, Jules Verne dan juga para
raja dan para ratu, bahkan juga dua orang paus (Weiss & Mirrin, 1987).
Pemakaian kokain secara luas mungkin dimulai
antara tahun 1866 dan 1906 ketika daun koka di ginakan untuk resep coca cola.
Daun koka masih di gunakan untuk coca cola, tetapi kokain telah dihilangkan dan
efek stimulan dari coca-cola sekarang berasal dari kafein. Dalam versi aslinya
dengan dasar kokain, coca-cola dianggap memiliki khasiat bagi kesehatan dan
karena itu coca-cola di jual di toko-toko obat.
Seperti amfetamin, kokain diserap secara
perlahan-lahan dari sistem pencernaan dan dengan demikian konsumsi kokain lewat
mulit menyebabkan euforia ringan yang berlangsung lama. Kokain juga bisa berupa
bubuk garam putih yang dinamakan hidroklorida kokain yang telah di tambah
dengan bermacam-macam zat.
Salah satu prosediur yang biasa adalah
memanaskan hidroklorida kokain itu sampai menguap sampai terlepas dari campuran
lain dan kemudian uap itu dapat dihirup. Cara lainya adalah dengan cara kimia
yang memisahkan molekul kokain dari hidroklorida. Setelah dilepaskan dari
hidroklorida, kokain itu kemudian dibakar, dan uap dari kokain murni dapat
dihirup. Ini di kenal dengan sebutan “ freebasing”. “crack” adalah bentuk yang
sangat pekat dari kokain.
·
Cara
kerjanya
Serangan kokain terjadi karena kokain menambah tingkat dari beberapa
neutransmiter ( norepinefrin, serotonin, dan dopamin ) dengan menghambat
penyerapan kembali neutransmitter-neutransmitter itu dan tingkat neutransmiter
yang lebih tinggi menyebabkan kegiatan neurologis semakin besar dalam sistem
limbik (pusat-pusat kenikmatan) dari otak.
Novokain yang sering digunakan sebagai pembiusan pada perawatan gigi
adalah suatu bentuk kokain sintetik yang tidak mengandung sifat-sifat stimulan.
Mengingat sifat-sifat pembiusan dari kokain ini, maka menarik untuk diketahui
bahwa menghirup hidroklorida kokain kadang-kadang dinamakan “frezee” karena
kokain bersifat membius hidung(menghilangkan rasa pada hidung).
·
Masalah
penyalahgunaan
Toleransi mungkin tidak berkembang dan juga jelas tidak ada sindrom
putus kokain khusus ( Van Dyke dan Byck, 1982). Meskipun kokain tidak
menimbulkan simtom-simtom putus kokai secara fisiologis setelah digunakan
secara tetap, namun perasaan ketergsntunganya terhadap penggunaanya ada
kaitanya dengan suasana hati dan abilitas untuk mengalami kenikmata berkurang
(Gawin, et al.,1989). Efek-efek ini mungkin menyebabkan ketergantungan
psikologis (Gawin dan Ellinwood, 1988).
Penggunaan kokain juga menimbulkan resiko medis yang berat karena kokain
menghambat konduksi impuls-impuls syaraf. Ini dapat menimbulkan kematian bila
impuls-impuls syaraf yang berhubungan dengan jantung di hambat. Suatu masalah
medis lain yang berhubungan dengan kokain adalah kerusakan yang berat membran lendir
hidung yang kadang-kadang menyebabkan kerusakan hidung bagian dalam.
Efek-efek kokain seperti elah dikemukakan mungkin terjadi karena
stimulasinya terhadap pelepasan neutransmiter norepinefrin dan dopamin serta
menghambat penyerapan kembali neurotransmiter-neurotransmiter ini. Tindakan tindakan ini jelas meningkatkan
penyerangan terhadap neuron-neuron pada daerah-daerah di otak, terutama pada
daerah-daerah yang berfungsi untuk mengatur keadaan-keadaan jaga,kewaspadaan,
dan rangsangan ( Weiss & Mirin, 1987).
Mungkin kokain dan obat obat lain, terutama opiat, menimbulkan efek-efek
kenikmatan dengan menggiatkan neuron-neuron yang bersandar pada dopamin untuk
mrngirim sinyal-sinyal saraf ( Weiss&Mirin 1987).
Narkotika
Istilah narkotika sering digunakan untuk menyebut obat-obat ilegal. Secara
teknik, narkotika adalah sekelompok khusus obat-obat yang berasal dari opium,
biasanya disebut opiat. Narkotika mengandung efek untuk menumpulkan / membuat
pancaindera menjadi kaku dan menghasilkan suatu keadaan seperti tidur. Tetapi
bila tingkat dosis narkotika tinggi, opiat dapat menimbulkan kemabukan yang
timbul tiba-tiba. Opiat meliputi opium, morfin, dan heroin.
Opium adalah getah dari tumbuhan apiun. Opium dapat menimbulkan keadaan
relaksasi yang berlangsung lama. Morfin adalah salah satu unsur aktif dalam
opium dan disaring dari opium serta digunakan sebagai obat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit karena luka. Dan menyebabkan sensasi-sensasi
mengantuk. Kodein adalah suatu unsur opium aktif yang kurang kuat yang
diisolasikan dan digunakan sendirian sebagai obat menahan sakit dan obat
ngantuk. Heroin juga berasal dari opium. Dapat menyebabkan rangsangan mirip
dengan orgasme seksual.
STIMULAN
Obat-obat stimulan adalah zat-zat psikoaktif yang meningkatkan rangsangan
dan meyebabkan keadaan-keadaan euforia dan percaya diri meningkat. Seperti
amfetamin dan kokain melancarkan pelepasan neurotransmiter norepinefrin dan
dopamin dan juga menghambat penyerapan kembali oleh gelembung-gelembung pada
neuron-neuron presinaptik. Kafein menghambat penyerapan kembali neurotransmiter
dengan menghalangi kegiatan enzim-enzim yang menurunkan mereka.
Amfetamin merupakan kelompok zat-zat stimulan yang digunakan untuk membantu
agar tetap terjaga sepanjang malam dan juga untuk mempercepat metabolisme serta mengurangi keperihan perut
karena lapar, mereduksi keletihan, melancarkan aliran udara ke paru-paru dan
merawat gangguan hiperaktivitas, juga meningkatkan koordinasi motor dan percaya
diri. Jika menggunakannya dalam dosis tinggi, maka akan menyebabkan dorongan
euforia, kegelisahan, iritabilitas, halusinasi, delusi paranoid, kehilangan
selera makan dan insomnia. Tiga efek berat penggunaan amfetamin yaitu
menyebabkan tekanan darah meningkat secara drastis yang dapat menyebabkan
pembuluh darah otak pecah, dapat menyebabkan gangguan mental organik dan
berbahaya bagi individu itu sendiri dan orang lain.
Kokain merupakan salah satu obat stimulan yang sering disalahgunakan.
Pengaruh kokain pada suasana hati adalah sama dengan yang ditimbulkan oleh
amfetamin, tetapi jauh lebih kuat. Menyebabkan dorongan yang kuat dengan
ciri-ciri perasaan riang gembira, penuh semangat, sejahtera, percaya diri dan
merasa paling hebat. Dorongan tersebut berlangsung 30 menit dan disusul depresi
ringan. Kokain berasal dari daun tanaman koka yang tumbuh di Amerika Selatan.
Freud berpendapat kokain menghilangkan rasa sakit, meningkatkan performansi,
meningkatkan kewaspadaan dan menambah percaya diri.
Kafein
Kafein adalah zat stimulan yang terkemuka dan paling kuat dalam kelompok
obat-obat yang dosebut methylxanthines. Kafein terjadi secara alami
dalam kopi, teh dan coklat, serta kafein juga di tambahkan dalam minuman kola
dan pada obat-obat penawar. Penemuan kafein dalam kopi sering dihubungkan
dengan kawanan kambing milik pesantren Islam (Jacob, 1935).
Pengaruh kafein yang merangsang biasanya di gunakan untuk tetap terjaga
dari tidur. Dosis 300 mg kafein (sama dengan 2 atau 3 cangkir kopi) mengurangi
waktu tidur dari 475 menjadi 350 menit (Brenesofa,et,al.,1975). Selain supaya
tetap terjaga , pengaruh-pengaruh kafein yang merangsang dapat meningkatkan
performansi pada bermcam-macam tugas ( Weiss & Laties, 1966).
Efek-efek dari kafein ini kelihtn lebih kuat untuk tugas-tugas fisik
yang sederhana ( misalnya mengemudi kendaraan) dan bukan untuk tugas tugas
intelektual yang sulit ( misalnya memecahkan persamaan-persamaan matematika).
·
Cara
Kerjanya
Kafein
dalam kopi dn teh mudah di serap dari sistem penncernaan dan mencapai aliran
darah dalam waktu 30 sampai 60 menit. Kafein tetap aktif dalam sistem untuk
jangka waktu 3 ½ jam. Proses yang menyebabkan kafein memiliki efek yang
merangsang tidak dipahami dengan baik, tetapi rupanya hal itu terjadi karena
pelepasan norepinefrin meningkat yang menyebabkan rangsangan juga meningkat.
·
Masalah
penyalahgunaan
penyerPn
Kfein Yng berkadar tinggi (500-800gram perhari) menyebabkan agitasi, tegangan,
iritabilitas, insomni, kehilangan selera makan, denyut jantung meningkat, dan
sakit kepala. Pada kadar yang sangat
tinggi (1800 mg atau lebih ) kafein dapat menyebabkan psikosi toksik dengan
simtom-simtomnya berkisar sekitar mania dan kkerasan. Kafein yang berkadar
tinggi dapat juga memperburuk masalah-masalah psikologis yang ada karena kafein
meningkatkan rangsangan yang menghambat efek-efek dari obat-obat antikecemasan
dan antipsikopatik ( benzodiazepin dan penotiazin ; Greden, et al., 1978;
Kulhanek, et al., 1979; Paul, et al., 1980). Simtom- simtom biasanya meliputi
tegangan,agitasi, dan tremor otot.
Nikotin
Zat ni berasal dari tembakau dan kebanyakan orang memperoleh nikotin
dari merokok. Walaupun dikategorikan sebagai zat stimulan nikotin dapat
berfungsi baik sebagai zat stimulan maupu n zat depresan.
Nikotin biasanya di produksi dari tanaman tembakau yang semula ditanam
dan digunakan oleh orang-orang Indiana si Amerika Utara. Pada tahun 1492,
ketika Colombus sampai di suatu tempat yang sekarang dinamakan Bahama, penduduk
asli daerah tersebut menyajikan kepadanya beberapa daun kering yang disimpulkan
oleh Colombus bahwa daun-daun itu pasti sangat dihargai di kalangan mereka
(McKim, 1986).
·
Cara
Kerjanya
Kebanyakan orang memperoleh nikotin dari merokok sigaret yang terdiri
dari daun-daun kering tanaman tembakau. Bila tembakau dibakar, asap tembakau
diserap oleh paru-paru dan kemudian nikotin masuk ke aliran darah yang
mula-mula ke jantung dan kemudian ke otak.
Salah satu cara yang paling populer untuk memperoleh nikotin adalah
menghirup nikotin dalam bentuk tembakau sedotan. Tembakau sedotan itu terdiri
dari tembakau tanah yang sangat halus dan dicampur dengan wangi-wangian (
misalnya menthol, lavender, cinnamon).
Begitu memasuki otak, nikotin berpengaruh baik terhadap sistem syaraf
pusat maupun terhadap sistem syaraf pinggir. Dalam sistem syaraf pusat,
molekul-molekul nikotin memasuki dan merangsang sejumlah pusat saraf yang
menyebabkan kegiatan dan rangsangan neurologis semakin tinggi. Nikotin juga merangsang tangkai otak yang
meyebabkan muntah dan dengan alasan tersebut para perokok baru yang belum
mengembangkan toleransi terhadap nikotin menjadi sakit perut bila mereka
menciba merokok. Pada sistem saraf pinggir, nikotin merangsang pelepasan
epinefrin,(suatu katekolamin) kedalam aliran darah yang meningkatkan
rangsangan, seperti denyut jantung dan tekanan darah. Pada tingkat yang tinggi,
efek dari nikotin justru terbalik, dia menghambat perangsangan bermacam-macam
syaraf sehingga nikotin berfungsi segabai obat dpresan.
·
Masalah penyalahgnaan
Rangsangan yang ditimbulkan oleh nikotin mengakinatkan tremor otot,
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, serta penyempitan pembuluh darah
dalam kulit. Pembatasan aliran darah kekulit akan menybabkan tangan perokok
dingin ( suhu kulit ditentukan oleh jumlah darah yang mengalir dalam kulit) dan
itulah sebabnya kulit para perokok berkerut serta usia mereka kelihatan lebih
tua darpada orang-orang yang buka perokok (Daniell, 1971).
Barangkali masalah terkenal yang berkaitan dengan nikotin adalah putus
nikotin, yakni simtom-simtom yang meliputi tegangan, iritabilitas, tidak mampu
berkonsentrasi, pusing, perasaan mengantuk, mual, sembelit, tremor otot, sakit
kepala, insomnia dan selera makan bertambah yang menybabkan berat badan naik
(Jarvick, 1979). Simtom-simtom putus nikotin biasanya kurang dari 6 bulan,
tetapi dapat tetap bertahan selama bertahun-tahun (Fletcher & Doll,1969).
Simtom-simtom putus nikotin kelihatan lebih bera pada wanita dibandingkan pada
pria (Jarvick,1979).
Ada dua hal yang perlu diketahui mengenai efek-efek nikotin. Pertama,
banyak efek jangka pendek yang relatif ringan, seperti denut jantung dan
tekanan darah meningkat dapat menimbulkan masalah-masalah yang sangat berat
dalam jangka panjang, seperti penyakit pembuluh nadi koroner. Kedua, proses
memperoleh nikotin melalui merokok dapat menyebabkan maslah-masalah berat lain,
seperti kanker, karena asap rokok memasukan karsinogen ke dalam tubuh.
Sebelum ngakhiri pembicaran tentang nikotin ini, akan disinggung lagi
paradoks yang telah dibicarakan sebelumnya, yakni nikotin dapa berfungsi
sebagai zat stimulan dan juga zat depresan.
Baragkali ada tiga alasan mengapa nikotin dapat menjadi zat stimulan dan
zat depresan. Pertama, karena kadar nikotin yang digunakan.
Penjelasan kedua berkisar tentang reduksi simtom-simtom putus nikotin.
Simtom-simtom putus nikotin adalah meningkatnya tegangan yang tidak
menyenangkan, tetapi simtom-simtom itu dapat dengan mudah direduksikan oleh
dosis nikotin lain.
Penjelasan ketiga, untuk efek yang mereduksikan nikotin adalah
penjelasan yang bersifat psikologis. Apabila individu itu sedang tegang, maka
menghisap sebatang rokok mungkin menenangkan karena rokok itu memberikan
individu sesuatu untuk dilakukan, yakni rokok berfungsi seabagai pengalihan
perhatian untuk sesaat.
Halusinogen
Efek obat-obat halusinogen adalah mendistorsikan pengalaman sensorik.
Dengan kata lain, selama di bawah efek-efek obat halusinogen, hal-hal yang di
lihat atau di dengar seseorang itu berubah, atau memiliki bentuk yang cacat
sehingga kelihatan hal-hal itu berbeda. Distorsi ini disebut halusinasi (
pengalaman-pengalaman perseptual yang tidak ada dasarnya dalam kenyataan) dan
halusinogen ada hubunganya dengan
halusinasi. Dengan demikian istilah halusinogen di gunakan untuk obat yang
menimbulkan halusinasi pada tingkat yang rendah sehingga halusinasi tidakndapat
di hubungkan dengan peracunan (McKim,1986).
Cannabis. Marijuana,
Hashish, dan Hash oil semuanya berasal dari tanaman ganja, yakni cannabis
sativa. Marijuana biasanya dihisap dengan merokok dun-daunya dalam bentuk
sigaret, tetapi juga dapat digunakan dengan memakanya yang dilakukan dengan
cara menggiling daun-daun itu dan memanggangnya menjadi kue dan manisan.
Hashish adalah damar kering pucuk tanaman betina dan biasanya di buat dalam
bentuk bubuk. Bahkan, bentuk cannabis
yang lebih padat lagi adalah hash oil, yang diperoleh dengan cara mencampuri
dulu cannabis dengan alkohol yang berfungsi menyaring bahan-bahan aktif dari
hashish. Hash oil digunakan dengan cara meneteskanya pada rokok biasa dan
kemudian menghisapnya atau meneteskanya pada logam panas dan menghirup uapnya.
Cannabis biasanya mengakibatkan perubahan suasana hati yang positif,
tetapi kadang-kadang bisa mengakibatkan depresi atau pengalaman-pengalaman
negatif ( Jones & Benowitz, 1976;Rossi et al.,1974). Perubahan-perubahan
suasana hati relatif jarang terjdi dan kalau seandainya terjadi biasanya
bersifat ringan, serta perubahan-perubahan ini tidak sama dengan
“perjalanan-perjalanan buruk” yang akan dibicarakan dalam hubunganya dengan
obat-obat LSD.
Cannabis juga mempengaruhi pengalaman-pengalaman sensorik, yakni
pengalaman-pengalaman kelihatan lebih kaya, lebih penuh, lebih terang,dan lebih
kuat. Perasaan tentang waktu juga berubah sedemikian rupa sehingga waktu
kelihatanya diperpanjang, dan jangka waktu 5 menit kelihatanya berlangsung 20
menit atau lebih lama (Domino, et al., 1976; Weil, et al., 1978).
Efek-efek kognitif lain dari cannabis adalah gangguan pikiran meningkat
dan ingatan jangka pendek sangat merosot atau menurun sehingga kadang-kadang
orang-orang memulai kalimat-kalimat tetapi tidak dapat menyesaikanya karena
mereka lupa apa yang sudah dikatakan ( De Long & Levy, 1974; Weil &
Zeinberg, 1969). Sama seperti makanan asing, cannabis mungkin merupakan suatu
citarasa yang dipelajari dan membutuhkan waktu untuk berkembang. Juga efek-efek
dari obat itu kelihatanya dalam batas tertentu dipengaruhi oleh suasana hati
orang-orang lain bersama siapa obat itu digunakan (Rossi,et al., 1978).
·
Cara
kerjanya
Unsur-unsur yang aktif dalam cannabis adalah zat-zat yang dinamakan
cannabinoids. Bila cannabis dihirup, maka cannabinoids diserap dengan cepat
melalui paru-paru, efeknya diketahui dalam beberpa menit dan bisa berlagsung
selama 30-60 menit.
Dasar kimiawi untuk efek-efek cannabis sangat kompleks dan tidak dapat
dipahami dengan baik. Hal itu disebabkan karena cannabis mengandung lebih dari
80 canabinoids yang berbeda yang ikut menimbulkan efek-efek dalam cara yang
berbeda. Selanjutnya, menyulut cannabis (seperti dilakukan rokok) mengubah
beberapa cannabinoids dan mnciptakan cannabinoids baru di bentuk selama perncernaan
dan metabolisme ( Kephalis, et al., 1976; Salimenk, 1976).
·
Masalah
Penyalahgunaan
Mereka mengemukakan bahwa cannabis digunakan dalam perawatan medis,
seperti mengurangi rasa mual dan muntah yang sering terjadi pada kemoterapi
kanker. Mungkin juga cannabis efektif sebagai obat anti konvulsan dan berguna
untuk merawat glaukoma (suatu gangguan berupa meningkatnya tekanan pada bola
mata yang dapat menimbukan kebutaan; Braude &Szara, 1976 ; Cohen &
Stillmen, 1976 ; Institute of Medicine, 1982).
Para kritikus telah mengemukakan bahwa pwnggunaan cannabis menyebabkan
meningkatnya kekerasan, meningkatnya angka tingkah laku abnormall, dan
berkurangnya motivasi. Tetapi harus diakui bahwa tidak ada data yang
benar-benar sistematis untuk mendukung pandangan bahwa penggunaan cannabis
menyebabkan kekerasan (McKim, 1986 :228 ).
Penelitian-penelitian yang telah diadakan tidak memperlihatkan bahwa
pemakai-pemakai cannabis didiagnosis sebagai orang-orang yang menderita tingkah
laku abnormal dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menggunakanya dan
tidak ada bukti bahwa penggunaan cannabis menyebabkan psikosis pada pada
orang-orang normal ( Grinspoon, 1977). Tetapi, ada bukti bahwa obat dapat
menyebabkan gangguan-gangguan pada orang-orang yang mengalami penyesuaian diri
yang marjinal dan dapat meningkatkan gangguan-gangguan skikofrenia an paranoid
yang ada ( Choptra & Smith, 1974).
Suatu hal yang penting dalam hal ini adalah simtom-simtom dari gangguan
ini hilang bila obat itu berkurang dan dengan demikian tidak kehilatan bahwa
cannabis menyebabkan gangguan jangka panjang meskipun obat itu digunakan pada
tingkat-tingkat yang tinggi (Meyer,1975).
LSD,Psilosibin,
dan Meskalin
Kelompok yang tersisa dari obat-obat halusinogen adalah bermacam-macam
obat,tetapi yang terkenal dan secara luas di gunakan adalah LSD (Lisergik
Dietilamind) yang merupakan obat sintetik dan ditemukan oleh seorang ahli kimia
dari Swiss, Albert Hoffiman, pada tahun 1938. Psilosibin berasal dari sejenis
jamur yang tumbuh pada tanman gandum hitam atau gandum putih.
LSD mengakibatkan ketergantungan fisik,psikis dan juga toleransi.
Psilosibin dan psilosin di peroleh dari sejenis jamur yang tumbuh di Meksiko,
efek yang dihasilkan sama dengan meskalin. Di Indonesia pernah di temukan pada
jamur tahi sapi. Meskalin (peyot) di peroleh dari sejenis kaktus yang tumbuh di
Amerika Barat Daya dan Meksiko. Meskalin mengakibatkan ilisu dan halusinasi,
dan juga mengakinbatkan ketergantungan fisik dan psikis.
Obat-obat ini berasal dari sumber-sumber yang sangat berbeda dan
memiliki cara kerja yang berbeda. Tetapi pada umumnya, obat-obat ini
mengakibatkan pengalaman-pengalaman sensorik berubah secara dramatis.
Warna-warna akan menjadi lebih terang, suara-suara (bunyi-bunyi) akan menjadi
lebih keras dan bentuk-bentuk akan berubah.
Perubahan-perubahan dalam persepsi dan perasaan dibawa ke tempat lain
menyebabkan bermacam-macam pengalaman emosional seperti dipersonalisasikan dan
pelepasan (detachment).
Pada tahun 1960-an obat-obat halusinogen dianggap dapat menyebabkan
skizofrenia yang berlangsung dalam jangka waktu yang singkat dan obat-obat
halusinogen dan pengalaman-pengalaman halusinogenik dianggap berguna untuk
memahami skizofrenia. Tetapi sekarang, kita mengetahui bahwa penyebab dan sifat
dan pengalaman pengalaman halusinogenik sangat berbeda skizofrenia, dan dengan
demikian pengguanaan obat-obat untuk meneliti skizofrenia telah
ditinggalkan. Akhirnya, obat-obat
halusinogen digunakan secara luas dan tetap digunakan oleh beberapa orang
dengan tujuan semata-mata untuk hiburan atau rekreasi.
·
Cara
kerjanya
Obat-obat halusinogen diminum atau dimakan dan diseram melalui alat
pencernaan dan kemudian di bawa ke otak melalui aliran darah. Kebanyakan obat
halusinogen secara stuktural adalah sama dengan neurotransmiter dalam otak (misalnya
LSD dan psilosibin adalah sama dengan serotonin, dan meskalin sama dengan
norepinefrin) dan diasumsikan bahwa setelah mencapai otak, obat-obat tersebut
merangsang titik-titik tangkap (reseptor sites) postsinaptis yang biasanya di
rangsang oleh neurotransmitter-neurotransmiter yang sama dengan obat-obat itu
(Jacobs,1987 ; McKim, 1986).
·
Masalah
Penyalahgunaan.
Penggunaan LSD ,psilosibin, dan meskalin menimbulkan banyak akibat
negatif. Pertama, selama perjalanan itu individu-individu dapat melakukan hal-hal
yang berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain. Kedua, meskipun penggunaan obat-obat
halusinogen tidak mengakibatkan kemungkinan mengalami psikosis dalam jangka
waktu yang lama, namun sekurang-kurangnya 5% orang-orang yang mengkonsumsi LSD
mengalami kilas balik (flashback), yakni terjadinya lagi distorsi-distorsi
perseptual yang berlangsung secara mendadak dan tidak dpat di kontrol seperti
yang di alami selama perjalanan (Horowitz, 1969). Ketiga, ada bukti bahwa LSD
dapat menyebabkan kerusakan kromosom dan dengan demikian penggunaanya dapat
menyebabkan masalah-masalah yang berat bagi anak-anak yang dilahirkan untuk
orang-orang yang menggunakan halusinogen. Akhirnya, kelompok obat-obat ini
secara fisiologis tidak adiktif.
Penyebab
Ketergantungan dan Penyalahgunaan zat
Ada sejumlah penjelasan menganai ketergantungan zat, tetapi pada umunya
penjelasan-penjelasan tersebut dapat dikelompokan menjadi tujuh macam, yakni
pengeksposan (exposure), faktor-faktor situasional, karakteristik-karakteristik
keluarga, kepribadian,reduksi kecemasan, harapan-harapan, dan faktor-faktor
fisiologis.
Pendekatan pengeksposan ( Exposure)
Tentu, pengeksposan terhadap obat-obat adalah perlu bila suatu masalah
di kembangkan. Pada tahun 1949, ketika Republik Cina terbentuk, pemerintah
secara efektif menghilangkan opium, dan dengan demikian juga menghilangkan
penggunaan dan ketergantungan terhadap opium.
Meskipun pengeksposan perlu untuk ketergantungan, namun pengeksposn
tidak cukup menjelaskan ketergantungan. Bukti yang meyakinkan untuk hal
tersebut berasal dari fakta dimana para tenata Amerika kecanduan heroin pada
waktu berada di Vietnam, hanya 12% kambuh lagi dalam tempo 3 tahun setelah
mereka kembali ke Amerika Serikat (Robins et al., 1974; Robins et al., 1975).
Obat-obat tetap tersedia di rumah, tetapi situasi-situasi kehidupan dari para
veteran itu telah berubah dan dengan demikian pola-pola penggunaan obat mereka
juga berubah (untuk alasan mengenai bukti yang bertentangan dengan penjelasan
pengeksposan, lihat Alexander & Hadaway, 1982).
Faktor-Faktor
Situasional
Faktor-faktor situasional yang sangat penting biasanya dianggap sebagai
faktor-faktor yang menyebabkan suatu bentuk stres yang mungkin bisa dikurangu
atau dihilangkan dengan obat-obat.
Efek dari faktor-faktor situasional terhadap penyalahgunaan obat
diperlihatkan dengan sangat jelas dalam percobaan-percobaan dimana untuk
binatang-binatang laboran disediakan obat-obat di dalam kandang mereka.
Penemuan yang menarik adalah binatang-binatang yang dikurung sendirian dalam
kandang-kandang laboran berukiran standar
menghabiskan morfin 16 kali lebih banyak dibandingkan dengan
binatang-binatang yang dikurung dalam satu tempat yang luas bersama
binatang-binatang lain (Alexander,et al., 1978; Alexander,et al., 1981; Hadaway,et
al., 1979).
Angka penyalahgunaan ketergantungan zat pada tentara-tentara Amerika
yang bertugas di vietnam adalah sangat tinggi, tetapi angka itu berkurang pada
waktu mereka kembali lagi ke Amerika Serikat.
Dari hasil-hasil ini kelihatan bahwa faktor-faktor situasional ikut
menyebabkan penyalahgunaan dan ketergantungan obat, tetapi faktor-faktor
situasional saja tidak cukup menjelaskan semua masalah karena ada banyak orang
yang berada dalam situasi-situasi yang membosankan dan menimbulkan stres atau
situasi-situasi yang tidak menyenangkan tidak melarikan diri dengan menggunakan
zat-zat sebagai suatu pemecahan.
Karakteristik-Karakteristik
Keluarga
Para ahli teori sudah lama menduga bahwa karakteristik-karakteristik
selama masa kanak-kanak mempredisposisikan individu-individu untuk
menyalahgunakan obat pada masa yang akan datang.
Untuk menentukan apakah karakteristik-karakteristik keluarga ada
hubunganya dengan alkoholisme, banyak penelitian yang telah dilakukan dimana
keluarga-keluarga di teliti dan kemudian anak-anak dari keluarga tersebut di
amati terus sampai mereka tumbuh dewasa dan diteliti untuk alkoholisme.
Tinjauan dari hasil penelitian-penelitian tersebut mengungkapkan bahwaanak-anak
yang selalu menjadi pecandu alkohol adalah anak-anak yang (a) dibesarkan dalam
keluarga-keluarga dimana orangtua mereka mengalami konflik perkawinan yang
lebih banyak. (b) mengalami perlakuan orang tua yang tidak tepat. (c) memiliki
orang tua yang mengandung kemungkinan lebih besar untuk menjadi alkohol ,
mengalami penyimpngan seksual, dan bersifat antisosial (lihat tinjauan dari
Zucker & Gomberg, 1986).
Dengan demikian, karakteristik-karakteristik orang tua dapat menyebabkan
penyalahgunaan zat. Kemungkinan lain adalah tingkah laku antisosial dari para
orang tua dan tingkah laku dari anak-anak mereka disebabkan oleh faktor ketiga,
yakni memiliki gen yang sama.
Kepribadian
Mula-mula dikemukakan bahwa para penyalahguna zat telah mengalami
regresi ke fase oral dari perkembangan psikoseksual dan menggunakan obat-obat
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (Fenichel, 1945).
Tetapi dukungan empiris terhadap penjelasan regeresi ini adalah kurang, dengan
demikian mulain di telusuri gabungan atau kombinasi sifat-sifat kepribadian
yang dilihat sebagai penyebab kepribadian adiktif (lihat dari tinjauan Nathan,
1988 ;SUTKER DAN Allain, 1988). Salah satu masalah dalam mengidentifikasikan
sifat-sifat yang menyebabkan penyalahgunaan obat dari sifat-sifat yang
disebabkan oleh penyalahgunaan obat.
Tingkah
Laku Antisosial
suatu kepribadian adiktif yang unik tidak pernah ditemukan, tatapi
penelitan telah menghasilakan dua penemuan penting yang konsisten. Pertama,
tingkah laku antisosial pada masa kanak-kanak dan pada masa remaja (lihat
tinjauan atau ulasan dari Nathan, 1986 : Zucker & Gomberg, 1986).
Setelah mengidentifikasikan hubungan antara tingkah laku antisosial dan
penyalahgunaan zat, maka muncul pertanyaan : apakah yang menyebabkan pola
tingkah laku antisosial dan penyalahgunaan zat tersebut? Alah satu kemungkinan
adalah tingkah laku dipelajari dari orang tua atau model model peran lain yang
antisosial. Kemungkinan lain adalah individu-individu yang antisosial dan
menyalahgunakan obat mengalami gangguan kepribadian antisosial.
Depresi
Faktor kepribadian kedua yang selalu berhubungan dengan peyalahgunaan
zat adalah depresi. Dalam beberapa kasus, orang-orang yang mengalami depresi
menggunakan obat-obat stimulan sebagai penangkal depresi (misalnya Freud menggunakan kokain) atau mereka
mungkin menggunakan obat-obat depresan untuk mematikan pancaindra mereka.
Tetapi dalam kasus-kasus lain, orang mengalami depresi karena masalah-masalah
yang disebabkan penyalahgunaan zat tersebut (kehilangan pekerjaan dan teman
teman).
Perbedaan-perbedaan
dalam kepribadian dan pola-pola pemyalahgunaan
Ada kemungkinan inkonsistensi tersebut dapat dijelaskan kerena
penyalahgunaan zat mungkin ada hubunganya dengan tingkah laku antisosial atau
depresi dan bukan dengan kombinasi dari keduanya.
Dukungan terhadap gagasan bahwa dua pola keribadian yang berbeda mungkin
masing-masing berhubungan dengan penyalahgunaan zat adalah berasal dari
hasil-hasil penelitian dimana ditemukan bahwa ada dua type alkoholisme dan
kedua type alkohol yang berbeda itu berhubungan dengan
karakteristik-karakteristik kepribadian yang berbeda (Cloninger, 1987). Salah
satu type alkoholisme adalah alkoholisme yang munculnya relatif dini (sebelum
usia 25 tahun) dan tetap minum dari tingkat yang sedang sampai yang berat.
Dalam kasus tersebut, kelihatanya bahwa individu tidak mampu berpantang dari
minuman alkohol secara tetap atau teratur. Type semacam ini disebut dengan
persistent type of alcoholism.
Karakteristik-karakteristik kepribadian ini pada umumnya ada hubunganya
dengan rangsangan neurologis yang kurang dan di asumsikan bahwa individu yang
terus menerus menggunakan alkohol bertujuan untuk meningkatkan rangsangan ke
tingkat yang optimal atau normal.
Sebaliknya, type alkoholisme yang munculnya kemdudian setelah (sesudah
usia 25 tahun) dan jangka waktu pantang yang lama dimana individu mampu
mengontrol minuman, tetapi segera setelah mulai minum orang itu tidak dapat
berhenti minum , dan dia akan meminum minuman alkohol hingga mabuk. Type
alkoholisme seperti ini disebut binge type of alkoholisme.
Individu-individu dengan binge type of alcoholisme adalah
invidu-individu yang cemas, tertekan, hati-hati, mengalami depresi dan beremosi
peka. Perhatikan bahwa pada tingkat-tingkat yang tinggi alkohol adalah zat
depresan. Kemungkinan bahwa individu-individu dengan tingkat rangsangan yang
rendah atau tinggi mungkin menggunakan pola-pola minum yang berbeda (atau tipe
obat yang berbeda) untuk menormalisasikan tingkat-tingkat rangsangan mereka dan
ini disebut sebagai hipotesis pengobatan terhadap arti sendiri(self medication
hypothesis) terhadap ketergantungan zat (Khantzian, 1985). Tingkat-tingkat
rangsangan yang rendah menyebabkan tingkat-tingkat kecemasan yang rendah,
tingkah laku yang tidak terkekang, dan menggunakan zat-zat untuk meningkatkan
rangsangan. Sebaliknya, tingkat-tingkat rangsangan yang tinggi menyebabkan
tingkah laku yang terkekang dan penggunaan zat zat untuk mereduksikan
rangsangan (Cloninger, 1986; Khantzain, 1985).
Reduksi
kecemasan
Para ahli yang sudah lama belajar berpendapat bahwa konsumsi alkohol
yang mereduksikan kecemasan adalah menguntungkan dengan akibat individu semakin
banyak menggunakan alkohol (Wilson, 1987). Penjelasan reduksi kecemasan
mula-mula didasarkan pada penelitian dengan binatang-binatang laboran dimana
ditemukan bahwa konflik dan stres meningkatkan komsumsi alkohol dan
binatang-binatang itu akan mendekati stimulus yang di takuti apabila mereka
diberikan alkohol (Conger, 1951 ;Freud, 1971 ; Wright, et al., 1971).
Hasil-hasil yang sama juga talah diterapkan pada manusia (Sher&Levenson,
1982).
Penjelasan pertama adalah alkohol mereduksikan kecemasan karena alkohol
tergolong suatu zat depresan fisiologis, dan dengan demikian dapat mereduksikan
rangsangan yang disebut dengan kecemasan.
Penjelasan kedua adalah alkohol mereduksikan kecemasan karena alkohol
mengganggu fungsi kognitif(pengolahan informasi) yang sangat penting untuk
mengenal adanya suatu masalah (Hull,1981). Efek ini rupanya sangat hebat bila
ada bermacam-macam hal yang sedang terjadi dalam lingkungan karena dalam
situasi-situasi itu kebih baik sulit bagi individu yang telah minum untuk
mengolah semua iformasi yang masuk (Steele, et al., 1986 ; Steele &
Josephs, 1988).
Penjelasan ketiga adalah, alkohol mungkin mereduksikan kecemasan karena
lakohol meningkatkan perasaan-perasaan positif. Ada bukti bahwa efek-efek yang
merangsang dari dosis-dosis alkohol yang ringan merduksikan kecemasan karena
dosis-dosis alkohol itu menimbulkan perasaan-perasaan lebih besar terhadap
kekuatan, kesejahteraan, dan percaya diri (Mc Clelland,et al., 1972;
Ynakofsky,et al., 1986). Sebagai kesimpulan dapat dikatakan, alkohol dapat
mereduksikan kecemasn melalu (a) sedasi fisiologis, (b) gangguan kognitif, (c)
menggiatkan perasaan-perasaan positif. Ketiga tipe reduksi kecemasan ini akan
menguntungkan dan dapat memperkuat dorongan untuk minum.
Harapan-harapan
Diantara orang-orang yang berfikir bahwa alkohol mereduksikan
hambatan-hambatan, maka mereka yang meminum minuman alkohol atau meminum
placebo kurang terhambat (terkekang) dan lebih agresif dibandingkan dengan
orang-orang yang meminum minuman yang tidak beralkohol (lihat Wilson, 1987).
Pada khususnya telah dikemukakan bahwa kecanduan individu terhadap
alkohol akan memberi mereka kamungkinan untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan, seperti mereduksikan kecemasan atau kurang terkekang (Marlatt,
1985; Wise, 1988).
Dukungan terhadap peran dari harapan-harapan dalam minuman yang tidak
terkontrol berasal dari penelitian-penelitian dimana orang0orang diizinkan
meminum entah minuman beralkohol atau minuman placebo (yang beralkohol) dan
minuman mereka dicatat atau diamati (Berg,et al., 1981 ; Marlatt,. Et al.,
1973).
Keyakinan bahwa meminum tidak dapat dikontrol mungkin menjelaskan
kekambuhan yang terjadi setelah jangka waktu yang pantang (Marlatt, 1978 ;
Rollnick & Heater, 1982).
Faktor-faktor
fisiologis
Penjelasan fisiologis terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan zat
mengemukakan bahwa beberapa individu di predisposisikan terhadap masalah
tersebut karena mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan fisiologis yang berbeda
atau karena mereka mengolh obat-obat itu secara berbeda. Banyak penelitian
telah menunjukan bermacam-macam perbedaan fisiologis antara orang-orang yang
memiliki dan tidak memiliki sejarah beralkoholisme., tetapi tidak mungkin
menyimpulkan penyebab alkoholisme dari penemuan-penemuan tersebut karena
perbedaan –perbedaan itu mungkin hasil dari penggunaan alkohol dalam jangka
waktu yang lama (lihat tinjauan dari Grant, 1987). Untuk menghindari masalah
tersebut, maka perhatian dipusatkan pada perbedaan –perdedaan antara anak-anak
yang berasal dari orang tua alkoholik dan yang tidak alkoholik (lihat tinjauan
dari Schuckit, 1987).
Penelitian terhadap anak-anak dari para pecandu alkohol telah
memperlihatkan dua penemuan yang sangat menarik. Pertama, anak laki-laki dari
para pecandu alkohol memiliki atau mengalami tingkat-tingkat rangsangan
neurologis yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki dari orang tua yang
bukan pecandu alkohol. Khususnya telah ditemukan bahwa sebelum meminum minuman
yang mengandung alkohol, anak laki-laki dari orang tua pecandu alkohol kurang
memperlihatkan gelombang otak yang lambat (alpha EEG potentials) yang ada
kaitanya dengan rangsangan yang rendah dan relaksasi.
Meskipun kita tidak memahami proses-proses fisiologis yang menyebabkan
masalah-masalah minum, namun semakin jelas bahwa masalah-masalah minum itu
sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor genetik.
Masalah genetik versus masalah lingkungan dapat diatasi oleh penelitian
dimana para peneliti memeriksa angka-angka alkoholisme pada anak-anak angkat
yang orang tua biologisnya adalah pecandu alkohol atau bukan ( Cadoret,et al.,
1980 ; Goodwin, et al., 1974 ; lihat juga tinjauan dari Searles, 1988). Dalam
salah satu penelitian tentang adopsi, para peneliti memeriksa dua kelompok
besar anak-anak yang di adopsi (Cadoret,et al., 1986).
Penemuan itu mengemukakakn bahwa salah satu rute kepenyalahgunaan obat
adalah warisan gangguan kepribadian antisosial yang kemudian menimbulkan
penyalahgunaan obat. Beberapa ahli teori telah meneyebut tipe alkoholisme ini
sebagai alkoholisme sekunder atau alkoholisme psikopatik karena tipe alkohol
ini ditengahi oleh tingkah laku antisosial (Cadoret,et al., 1984 ; Shuckit,
1973).
Penemuan kedua yang menarik adalah sejarah keluarga biologis dari
alkoholisme juga ada hubunganya dengan penyalahgunaan dari semua tipe obat. Hal
ini menunjukan bahwa bebrapa individu mungkin memiliki predisposisi biologis
terhadap penyalahgunaan obat yang tidak tergantung pada tingkah laku antisosial
atau kepribadian. Tipe alkoholisme ini disebut alkoholisme primer karena
alkoholisme ini tidak ditengahi oleh faktor-faktor kepribadian (Cadoret,et al.,
1984; Shuckit, 1973).
Penemuan ketiga adalah beberapa anak angkatyang tidak memiliki sejarah
tingkah laku antisosial atau alkoholisme dalam keluarga biologis mengembangkan
masalah-masalah penyalahgunaan obat. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
hasil hasil penelitian ini menunjukan tiga rute penyalahgunaan zat : (1)
predisposisi genetik yang ditengahi oleh tingkah laku antisosial, (2) predisposisi
genetik yang ditengahi olh kecenderungan ke arah penyalahgunaan zat yang tidak
tergantung pada tingkah laku antisosial, dan (3) stres lingkungan.
Untuk menguji sumbangan genetik dan sumbangan lingkungan terhedap kedua
tipe alkoholisme, penelitian-penelitian mengenai adopsi dilakukan diamana
anak-anak angkat itu lebih dahulu dikelompokan ke dalam (1) anak-anak yang
dalam sejarah keluarga biologisnya mengalami alkoholisme dengan tipe teratur,
(2) anak-anak yang dalam sejarah keluarga biologisnya mengalami alkoholisme
dengan tipe minum-minum hingga mabuk, atau (3) anak-anak yang tidak mengalami
alkoholisme dalam sejarah keluarga biologisnya. Anak-anak dalam
kelompok-kelompom tersebut kemudian dibagi menjadi anak-anak yang diamana
lingkungan yang mengangkatnya menyalahgunakan alkohol dan yang tidak
menyalahgunakan alkohol ( Bohman,et al., 1981 ; Cloninger, et al., 1981 ; lihat
tinjauan dari Cloninger, 1987).
Dua kesimpulan dapat ditarik dari data mengenai alkoholisme dengan tipe
teratur. Pertama, faktor-faktor genetik sendirian adalah sangat penting,
sedangkan faktor-faktor lingkungan sendirian hanya sedikit penting.
Kedua, kombinasi latar belakang genetik dengan latar belakang lingkungan
tidak menyebabkan angka penyalahgunaan zat yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan yang terjadi hanya dengan latar belakang genetik (17,9 vs 16,9).
Dua
kesimpulan dapat ditarik juga dari data mengenai tipe alkoholisme yang
berlebihan (binge of alcoholism). Pertama, faktor-faktor genetik sendirian
sedikit penting, sedangkan faktor-faktor lingkungan sendirian tidak penting.
Kedua, kombinasi latar belakang genetik dan latar belakang lingkungan
mengakibatan angka oenayalahgunaan zat 1
¾ kali lebih tinggi dibandingkan yang terjadi dengan hanya latar belakang
genetik (11,6 vs 6,7) dan 2 ¾ kali lebih tinggi dibandingkan yang terjadi
dengan hanya latar belakang lingkungan (11,6 vs 4,2).
Perawatan
Empat strategi digunakan untuk memecahkan masalah penyalahgunaan zat.
Strategi pertama adalah melenyapkan persedian obat-obat sehingga individu-individu
tidak dapat memulai penyalahgunaan obat-obat tersebut.
Strategi kedua adalah menetapkan hukuman-hukuman yang berat terhadap
penyalahgunaan obat.
Strategi ketiga adalah legalisasi penggunaan obat. Strategi ini pada
hakikatnya mengatakan bahwa, “apabila anda tidak dapat mengalahkan mereka,
jadilah anggota mereka” dan dengan melegalkan penggunaan obat
sekurang-kurangnya tindakan kriminal dapat dihilangkan.
Strategi keempat untuk menangani masalah penyalahgunaan obat dalah
perawatan psikologis dan fisiologis. Ada empat pendekatan yang berbeda terhadap
perawatan penyalahgunaan obat, yakni pengontrolan diri (selfcontrol),
mempertahankan (maintenance), menghambat (blocking), dan mengoreksi.
Pendekatan pengontrolan diri dilakukan oleh Alcoholics Anonymous dan
Synanon, yakni suatu program yang dirancang untuk orang-orang yang kecanduan
opiat.
Pendekatan mempertahankan (maintanance approach) adalah memberikan kepda
orang-orang pengganti obat atau zat yang tidak berbahaya dan yang menjadi
ketergantungan mereka. Dalam hal ini kecanduan heroin, digunakan suatu obat
atau zat pengganti yang disebut metadon (dolopin).
Pendekatan perawatan ini bertolak dari dua asumsi. Asumsi pertama adalah
kecanduan mungkin tidak dapat dihilangka, dan efeknya yang sangat berat ialah
memaksa banyak orang melakukan perbuatan ilegal untuk mendukung
kebiasaan-kebiasaan para penyalahgunaan obat.
Asumsi kedua adalah penggunaan opiat yang tetap diteruskan disebabkan
pertama-tama oleh ketakutan terhadap putus obat (zat) dan bukan oleh kenikmatan
yang berasal dari obat-obat itu.
Hasil-hasil mengenai efek-efek dari tetap mempertahankan metadon
memberikan harapan (Meritz, et,al., 1979). Salah satu penjelasan terhadap
efek-efek yang lemah dari pendekatan mempertahankan adalah meskipun metadon
mereduksikan ketakutan akan putus obat (zat), namun metadon tidak memberikan
kenikmatan seperti yang diberikan heroin.
Ketika seseorang mengalami kecanduan heroin, maka orang itu diberikan
suatu obat lawan opiat (Nalakson) yang benar-benar menghambat efek-efek heroin,
dan dengan demikian akan menghilangkan kenikamatan yang biasanya diberikan
utnuknya. Bila zat-zat lagi memberikan kenikmatan, maka para pemakai akan
berhenti menggunakanya. Hasil-hasil dari perawatan ini bervariasi (Kleber,
1974; Martin, et al., 1976; Wikler, 1980).
Strategi keempat dalam perawatan adalah “perbaikan” (koreksi)”, strategi
ini adalah memperbaiki masalah yang pada mulanya menyebabkan penyalahgunaan.
Dalam banyak kasus, perbaikan adalah sulit (mengubah suatu gaya hidup seluruhnya)
atau mungkin tidak realistik (memindahkan individu dari lingkungan sosial).
Tetapi perlu diketahui juga, meskipun telah dikemukakan bermacam-macam program
untuk memberantas penyalahgunaan obat (zat), namun data menunjukan bahwa kita
sama sekali tidak berhasil dalam merawat masalah-masalah penyalahgunaan obat
(zat).
Daftar Pustaka :
1. Abramowitz, S.I. "Psychosocial Outcomes of Sex Reassignment Surgery". Journal of Consulting and Clinical Psychology. 1986. 54, 183-189.
2. Al Bachri Husin. "Wanita dan Alkohol". Buletin Ketergantungan Obat. Th. III, No 8. 1985.
3. Bergler, E. Homosexuality: Disease or Way of Life? New York: Collier Books. 1967.
4. Alzate, H., & Hoch, Z. "The "G Spot" and "Female Ejaculation": A Current Appraisal". Journal of Sex and Marital Therapy. 1986. 12, 211-220.
1. Abramowitz, S.I. "Psychosocial Outcomes of Sex Reassignment Surgery". Journal of Consulting and Clinical Psychology. 1986. 54, 183-189.
2. Al Bachri Husin. "Wanita dan Alkohol". Buletin Ketergantungan Obat. Th. III, No 8. 1985.
3. Bergler, E. Homosexuality: Disease or Way of Life? New York: Collier Books. 1967.
4. Alzate, H., & Hoch, Z. "The "G Spot" and "Female Ejaculation": A Current Appraisal". Journal of Sex and Marital Therapy. 1986. 12, 211-220.
Penulis
:
1.
Adelia
Maharani 10512146
2.
Niken
Ayuni Putri 15512314
3.
Reni
Sunjastri 16512129
4.
Sindy
Setiawan 17512019
Mata
Kuliah : Kesehatan Mental (Softskill)
Kulit penis yg sederhana lebih tipis,kulit yg jelang sirah penis bakal memutar balik dan jadi dua tumpuk, menutupi sirah penis, dinamakan kulup, yg dinamakan dgn kulup terlampaui panjang ialah kulup menaungi seluruh sirah penis,jika sirah penis tak kecil,kulup dapat tertuntung dan bakal menampakan sirah penis. berulang ada pertanda kulup yg panjang yg merujuk bagi sirah kulup yg terlampaui kecil,terbungkus perbincangan oleh sirah penis,tidak sanggup ditarik keatas dan tak dapat menampakan sirah penis.
BalasHapusPria yg terserang kulup terlampaui panjang,cenderung guna memainkan kulup penis, buat disaat yg identik rentan guna masturbasi buat cowok yg sudah gemuk dan bakal merintangi pertumbuhan penis untuk anak yg lagi pada musim pertumbuhan dan kronologi. kulup yg terlampaui panjang tak dapat dikategorikan sbg penyakit,tapi yaitu hina bawaan(cacat bawaan).
Kulup terlampaui panjang bakal mempengaruhi libido,juga ke-2 belah pihak bisa terinduksi kesulitan. Kulup yg terlampaui panjang bakal mempengaruhi kenikmatan seksual buat ke-2 belah pihak.Bagi seluruh cowok kulup yg terlampaui panjang mungkin sanggup mendirikan rasa nyeri atau mati rasa buat dikala bersambung intim, lebihlebih keadaan libido bakal melemah,
Ketika kulup terlampaui panjang melekatkan penis,akan menciutkan sensitivitas sirah penis,menimbulkan tak ejakulasi,ada separo cowok yg kulup nya panjang disertai bersama pertanda impotensi. malahan kulup yg panjang tengah sanggup mendatangkan simptom tidak jarang angan-angan basah. sehingga bersumber itu kepada seluruh cowok yg orang sakit kulup yg panjang mesti mengerti bakal berdampak kepada kehidupan seksualdan resiko negative yg lain nya.
article from: Klinik Apollo
Peringatan : apabila anda merasa artikel ana belum terang atau ada hal lain, sehingga kamu dapat klik Chat Online, di mana profesional saya dapat menjawab keluhan kamu, atau hubungi nomer (021)-62303060. Klinik Apollo Jakarta mengharapkan mudah-mudahan kamu selalu sembuh.
Klinik andrologi jakarta | Pengobatan kulup panjang dengan sirkumsisi
Sirkumsisi di jakarta | Metode sunat modern di Klinik Apollo
Chat Online | Free Consultasion